• No results found

INoUSTRI GULA RAKYAT DI BLANG MANCONG ACEH TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "INoUSTRI GULA RAKYAT DI BLANG MANCONG ACEH TENGAH "

Copied!
103
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

lAPORAN HASll PENEllTIAN

INoUSTRI GULA RAKYAT DI BLANG MANCONG ACEH TENGAH

Katimin Nirboyo

Stil Pengajaf Peda Universltas T.dulako Fakultas Hükum Dan Pengetahuan

Masyarakat Pelu

OARUSSALAM _ BANDA ACEH

1979

(2)

Mus, putriku terima kasihku

~ta.s doa restumu dan penhorbananmu

(3)

KATA PENGANTAR DAFTAR TAllEL DAFTAR LAI'iPIRAN

FErA KABUPATEN j,Clli TErIGIJl PErA LOKASI PENELITIA>I AllSTRACT

RINGlCASAN

BAD I PENDAHULUA"l

A. pcrumusan masalah B. Lokasi pL>J:H:;li tLm C. Tujuan pen eli ti m }). KegW1aan peneli tian

1:.. !üpotesa

F. Hetode dan 3a.'!lber data

G. Orffanisasi lnpuran p~nelitian

BAll II GAt"JlARAN ur-ruM DA:rnJJl Pil:<ELITIAN 1. .• Pcnnuduk clan é·.ni;katan kerja B. ~!at3. pcncah3.I'ien

C. Prasarana

D. Sosial dan budaya

Halaman

i i v vi vii viii 1 2 13 13 17 17

18 18

19

20 21 21

25

27 29

BAD III Lt.TAR P ELAKANG IcmUSTRI GULA TRADISIONAL 31 Jl. Pûngertian innustri gula tradisional 31 B. Si:jarah ln,l a stri gula trélCUsional 36 C. P~nentuan lokaai industri 38

L. Permodalan 39

E. Permlan pemerintah 40

BAll IV PRO D U K S I A. Fahrm b::\ku.

ll. ProE es p cmbua trm 6u10. mcrcll C. Kualitas haail produksi D. Barg? poknk

E. Analisa breok even point (BEl?)

i i i

42

42

~6

47 48 51

(4)

BAB

V KDNSUNSI DAN PENASARAN A. Konsumsi

B. Pemasaran

1. Mnta rantai pemasaran 2. Kebijaksannan harga

BAB VI PKlILAIAN TmHfJJ/il' KEl'IANFAJ.TAN rrr.LIUSTRI GUk Rlch.""Y AT TRlJHSroi,AL

1.. ~spek sosial

B. F..spc.:k ckonomi dan pcmbanguna"l

BAB VII K E3U:PULAN IlAl'TAR J[EPUS TAKAAN

Iv

53 53 55 55

59

61 61

63

72

74

(5)

Halarnan 1. Penyebaran penduduk per kecamatan dan pembagian

pendudul{ menurut kelompok umur dc;wasa dan anak

di K~bupntèn Acch Teugah tahun 1978 22 2. Penyobaran pen'iudui< per kemukiman dan pembagian

menurut kclompok umur dE;\'I::\sa ·Jan anak di Kecama-

tan Silih ;!o.ra tahun 1978 24

3. Luas are'll jaT} perkiraan produksi tebu pada umur 16 bulan di daeré."..h Blang j·~CU'·lg

4. Jenis kekayaan t~rt~ntu yêillg dimiliki penduduk

44

desa Blang Hancung 64

5. Tingkat pen;;eluarêlIl konsumsi pctCUli tebulprodu-

sen gula mer'ih scbula:l (Rp 1.000) 65 6. Peng..:luaran untuk pakaian bagi pt"ta..'1i/produscn

gula merah setahun (dal~ ribuan) 66

v

(6)

H?l.aman 1 .1. nasil peng~matan pa'1ja.TIG dan bcrat batang

tebu rakyat Blang Î'~c:mcung

1.2. H~_sil pcnba'natan b(.rflt nira dan bri.:< tc.;bu

77

r.'tkyat Jl1anC r'lancung 77

1.3. Hasil pt,;ng2~'1latan bc.rat per mt:t~r tDbu rruc-

rat Llan:..~ Ha'1cung 77

2.

3. 4.

5.

6.

7.

8.

9.

Lck2Si, ju!~lln.h peteni tcbu, di"Jl luas arcal pcrkebunan tcbu di I~;:>;_bupl1tcn l~c(;h Tf:nCah

tc.hun

1978

Porhi tunecm h!'U'~a pokok tcbu pcr hckt~

Harca pokok prOl.!uksi gula rner:-.h dcnt;an mem- per" ,unak;m ei1ing;:m k.~_yu tr2.disional

Perhitungan h~La pokok produksi SU1c mcrah dangan sis tem mûny~wa bilingan musin diesel Pcrhi tWlgn.n harpl pokok Bcwa Gl1ing:m mesin dieDcl

Perhi tun[;rul br(;~ f.:V~ point t~JH'_'lian tcbu

( per 1 hA )

P~rhitwlgan brenk eVtn point prcdukbi aula mornh deogan mumpergunclcan gilingnn kayu

tradisional

Pt::rhi twlgan break evEn point sisten s!.:\r.lo:l .ilir.çm -1(..sin rli<...scl

10. 1.Pcmbae;ian areal pt.:rkebwlan tebu di Blcmg N8.Il- cung

10. 2.Pola pemb~eian lU·"18 creal kebun tcbu ltcpada

78 79

80 82 83 85

86

87

88

pctnni di BIMe HMCtU1t: 88

vi

(7)

Blang Mancung has been a centre of sugar cane plan- tation and the home of the brown sugar industry in Cen- tral Aeeh sinee 1937. Blang Mancung lies Z 38 km from Takengon, the capitalof Central Aceh. lts pioneers are

the

rural

members of society themsel ves, they are

far- mers who originally came from Java to work in the tur- pentine industry nearby. i·lost farmers in Blang Mancung dep end for their livelihood on sugar production. Else- wbere in Central Aceh cofree growing is more common.

When the brovm sugar 1s ready i t 1s used as a raw

material ~or industrial purposes, i .e. the making of soyabean, juice for drinking, traditional cakes, and a160 for household consumption. The marketing channel from the producer to the consumer is limited to the village market, so that it is necessary for a middlemen to execute the marketing function further afield.

Tbe production of brown sugar is ... orked in the traditional system by two kinds of simpIer technology, i.e. by using a wood en traditional mill &.d/or a small machine mill. The wooden traditional mill is more pro- fitable tban the machine mill system because it can depend on supply from plantation held by the owner himself.

The Mini Sugar ~1ill was establisbed by the govern- ment to increase the quality of sugar. lts raw material depends on the societyts cane plantations . Faced with this project, most farmi!1's will change their cultivation to the "intensi.fication system", but th6re are others still in an anxious position. The brown sugar production will be stopped i f all farmers must d€livcr their cane

to the Mini SugaT Mill. This will create problems for industries which usc brown sugar as thcir raw material.

1

(8)

I

Mereka yang ingin memahami seluk-beluk industri ke- eil, sekarang ini banyak karangan atau tulisan yang ber- sifat ilmiah, apakah karangan itu berdasarkan haail pe- nelitian atau berupa pemikiran dan pendapat dari para ahli. Tertariknya meneliti industri keeil pengolahan gu- la rakyat di Blang 11ancung Kabupaten Aceh Tengah ad al ah bertujuan W1tuk memahami kemanfaatannya dan masaJ.ah 80-

sial lainnya yang dapat dipetik dari industri terscbut . Diperolehnya gambaran riil mengenai kejadian-kejadian di dilam lingkunga'l industri tersebut berarti dapat pula dipahami posisinya secara lebih jelas Behingga dapat di- perhitungkan akan prospek masa depannya. Hadirnya Pabri.'<

Gula Mini yang mempergunakan teknologi baru di dekat kon- sentrasi industri gula rakyat tentunya akan berpengaruh secara poait!! atau mungkin negatif. Dengan demikian ha- sil penelitian ini dapat dijadikan pedom~l bagi petani tebu/produsen gula merah maupun pemerintah untuk mengam- bil langkah-langkah kebijaksanaan menghindarkan aspek negati! yang mungkin terjadi.

~letode yang dipergunakan untuk pengumpulan data la- poran penelitian in! adalab metode pengamatan terlibat, wawancara, dan metode dokumenter. Sumber data primer adalah petani tebu/produsen gula merah, pemilik gilingans buruh, pedagang perantara/tengkulak, konswnen, dan tokoh maayarakat yang relevan. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi berbagai instansi pemerintah tingkat kabupa-

ten dan kecamatan.

Kabupaten Aceh Tengah yang terdiri dari 7 kecamatan, pada tahun 1978 mempunyai penduduk 143.070 jiwa dengan tingkat kepadatan 26 jiwa/km2• Penduduk pria berjumlah

2

(9)

69.292 jiwa (48%) dan wanita berjumlah 73.-78 jiwa(52%). Penduduk berumur dewasa (15 tahun ke atas atau kurang, tetapi pernah kawin) sebanyak 67.461 jiwa (47%). dan ke- lompok umur anak-anal< 75.009 jiwa (5396) .

Desa Blang Nancung termasuk dalam wilayah Kemukiman Ketol pada Kecamatan Silih Nara berpenduduk 1.166 jiwa,

ya~g terbagl atas 627 orang pria dan 539 orang wanita. penduduk desa itu terkclompok dalam 246 KK yang terdiri atas 11 KK orang Gayo, 52 ~, orang Aeeh, dan 183 KR orang Jawa.

Penduduk Aceh Tengah yang bermata pencaharian pada sektor pertanian/perkebuna~ menempati jumlah yang domi- nan (73%) dibandiogkan pada sektor lainnya. Penyebaran mata pencaharian penduduk desa Blang l>1ancung terbagi atas petani/produsen gula merah 84,66%, pedagang/ pengu- saha kedai 10,16%, pegawai negeri dan ABRI 5,28%, Dengan dernikian terlihat bahwa penduduk yang menggalltungkan sumber penghidupannya pada rentetan produksi gula merah adalah menempati jurnlah terbesar. Belakangan in1 terda- pat kecenderungan para petani tebu untuk menanam kopi pada tanah-tanah yang berposisi miring dan pada sebagian keeil tanah bekas kebuc tebu sebagai pekerjaan tambahan.

Petani tebu di desa Blang foIaneung berjumlah 233 orang atau 24% dari total petani tebu kabupaten, luas tanah garapan 464,44 ha atau 40% dari total wilayah ka- bupaten, jadi rata-rata petani menggarap .±. 2 ha. l'enana- man tebu di desa itu masih bersiîat ekstensif, sedangkan panenan dilakukan dengan Sis tem tebang pilih sehingga panen dari areal tertentu dapat berlangsung cukup lama.

Panen dilakukan secara terus menerue dengan Sis tem J<epré!2..

penebangan

Beberapa suku bangsG. yang hidup bersama dalam suatu lingkungan 'kolektivitas ' pada desa Blang Mancung secara menonjol berkembang kehidupan yang bersifat gotong royong dalam berbagai bentuk dan tujuan. Gotong royong tere er-

(10)

min untuk kepentingan umum pada tingkat d. d atau ke luar desa dan untuk kepentingan antar penduduk di desa i tu sendiri (Blang HancWlg) t baik yang bersifat Boslal mau- pun ekonomis. Tetapi di bidang kesenian masih nampak adanya penghayatan secara terpisah antara kesenian yang dijiwai oleh masing-masing suku/kelompok karen a rnasing- masing memang mempunyai ciri yang tersendiri.

I I

Belum terpenuhinya kebutuhan gula dari hasil dalam negeri sendiri telah memaksa kepada pemerintah untuk ce- lakukan impor guna menlltllp kekurangan yang diperlukan. Pentingnya gula sebagai kebutuhan manusla itu seperti tercermin pada urutan daftar kebutuhan sembilan bahan pokok. Keadaan inilah yang mendorong kepada pemerintah dan berbagai pihak Wltuk memperluas areal dan intensifi- kasi tanaman tebu serta mengin tensifkan pabrik-pabrik gula lama maupun pembangunan pabrik gula baru.

Sebagian besar gula merah (brown sllgar) dari Ac eh

Tengah dihasilkan oleh rnasyarakat desa Bla.g Hancung dan sekitarnya, sehingga dengan alasan ini pulalah yang men- dorong untuk meJmlsatkan peneli tian pada desa Blang r-~an­

cung. Yang bertindak selaku pelopor pembuatan gul a merah adalah r akyat bekas buruh perkebunan negara yang semula terikat oleh perjanjian kerja. Mereka membuka perkampung- an pada tahun 1937 dan menanam tebu nerta mernprosesnya menjadi gula merah sebagai sumber mata pencaharian yang baru. Terciptanya kombinasi secara harmonia antara per- tanian tebu dengan industri pengolahan gula merah ter- nyata berhasil mampu mendorong majunya perekonomian desa

itu sendiri.

Prases produk.si gula merah dikerjakan dengan cara teknologi sederhana dan

dikenal dengan sebutan

bersifat tradisional, sehingga industri gula rakyat tradisional.

(11)

Artinya adalah suatu industri .:::ttau pengola..lan gula dengan mempergunakan teknologi sederhana yang sepenuhnya dimili- ki serta diuBahakan oleh rakyat. Teknologinya sederhana karena terbuka bagi setiap orang, artinya teknologi itu bisa dipakai oleh siapa saja yang mengingininya. Teknik pembuatan gilingan kayu diseoarkan secara sukarela kepada masyarakat oleh pembuatnya yang pertama sehingga orang lain bisa meniru ~anpa mcnimbulkan spesialisasi pekerjaan sebagai mata pencaharian pokok. Industri gula merah itu bersifat tradisional, karena kelompok industri itu pada umumnya belum mengenal pemisahan fungsi dalam pengkelola- an perusahaan, orga~isasinya masih sangat sederhana dan lebih bersifat padat karya.

Industri gula ra~yat tradisional di Blang Mancung yang rnenghasilka.'1 gula merah mempunyai kai tan yang cukup luas dalam hubungannya denga.n masalab pangan mRUpun per- tumbuhan industri. Kai tan ke belakang dapat menumbuhkan industri-industri yang mendukung berhasilnya pertanian tebu dan industri yang mendukung proses produksi gula me- rah. Sedangkan kai tan ke depan dapat menumb'.'hkan indus- tri ynng mempergunakan gula merah sebagai bahan baku atau bahan penolong.

III

Secara berurutan sejarah perkembangan al at giling tebu yang pernah dan sedang berlaku di "lang fêancung ada- lab gurilan,l'ilingan sistem berputnr yang digerakkan te- naga manusia, kcr:mdian diganti oleh tenaga he\,,Ian, dan

t erakhir adulah gilingan mcain diesel. .:>edangkaJ1. perkem- bangan hasil produksi mula-mula berbentuk cairan disebut

.1/Gurilan adalnh alat perns tcbu pad:'!. taraf permulaan, terbuat dari kayu ynng diciptaknn oleh ornng Gayo, cara perasnya digcrakkan kc ataG dan kc bawah oléh injakan kaki.

(12)

'manisan,' gula cetak disebut gula tepek, dan terakhir gula hancur berb~1tuk kristal disebut 'gula merah. 1 Kua- l itas gula merah dibedakan atas kualitas gula loge, gula no. I . dan gula barang. penggunaan bahan bakar mula-mula sepenuhnya mempergunakan kayu galih dan perkembangan yang terjadi sampai sekarang adalah penggunaan kayu gal ih di- campur dengan sepah.

Kapasitas gilingan kayu tradisional adalah sebanyak 1 gerobak tebu

(z

500 kg) dalam aehari kerja selama 6 - 7 ja~. Nira yang dihasilkan adalah seba~yak 13 - 15 ka- leng a 20 l iter. Dengan perhitungan rendemen sebesar 8 - 9%. maka has,l produksi ,otal berkisar 40 - 45 kg gula merah per gcrobak tebu. Cara lain dar! penggilingan tebu adalah mempergWlakan gilingan mesin di esel dengan sistem sewa. Tarip sewa adalah 0,5 kg gula merah untuk setiap kaleng nira yang dihasilkan. Fada umumnya bila dipergu- nakan gilingan kayu tradisional pemasakan gul a merah di- l akukan di rumah produsen, S€délIlgkan pada penggunaan gi- lingan mesin pernasakan dilakukan di rumah atau dengan mempergunakan fa5~litas alat-alat yang dise\ _akan oleh pabrik.

Terdapatnya tanarnan tebu cli Blang Mancung dipenga- ruhi juga oleh fak~or alam. Pembangunan industri gula merah di desa itu dipengaruhi oleh faktor-faktor ekono- mis berka~tan dengan sifat produksi gula merah yang ber- orientasi bahan baku (raw ma~erial oriented). Tingkat kesusutan bahan baku menjadi output sebcsar ..:!:. 90% adalah cukup menguntungkan ditinjau dari segi b~aya transport a- si. PertimbangaJ.l resiko pongangkutan, tersedianya bahan bakar, dan tersedianya tenaga kerja ikut pula mendukung t epatnya Qenentukan lokasi industri gul a merah pada dae- rah bahan baku (tebu) .

Kebutuhan modal tul tuk pengkl:!lolnan industri gul a merah akan berguna untuk lOelllbcl~Jljai pengolahan tanah dan pemel ihfll"rtaJl k('bun tebu, proses !IPnp;gjljngan tebu

(13)

dan proses pemasakan gula. Khusus untuk pembelanjaan tetap --gilingan dan alat-alat lainnya-- kebanyakan

alat di- beayai oleh produsen sendiri, tetapi ada pula yang mem- peroleh pinjaman dari pedagang perantara. Kredit bank berfungsi untuk pembeayaan investasi gilingan mesin die- sel.

Keterlibatan pemerintah pada industri gula rakyat tradisional pad a

dasarnya bertujuan untuk mendukung per- kembangan industri tersebut. Aparat dan lembaga yang tu- rut terllbat adalah aparat desa, Carnat, Dinas Kehutanan, Dinas Agraria, Dinas Perindustrian, Jawatan Koperasi, Di- nas Perkebunan Rakyat, tlan ERI.

IV

Di dalam industri gula tradisional ternyata belum dilakukan perhi tungan harga pokok yang didasarkan pada kalkulasi untuk menentukan harga pokok yang seharusnya. Sal ah satu fungsi harga pokok sebagai dasar penilaian ne- raca tidak bisa diperlakukan di dalam industri gula tra- disional in!,

karena administrasi pembukuan dan neraca memang belum dilakukan. Sebenarnya tiga fungsi harga po- kok lainnya --penentuan harga jual, alat kontrol, dan da- sar pengrunbilan keputusan-- bis a di pcrlal(ukan di dalaJl'l industri ini apabila sudah dilakukan perhitungan harga pokok yang seharusnya dan berdasarkan kalkulasi. Akan te- tapi karena produsen belum rnclakukannya maka konsepsi tersehut otomatis juga belum bisa berl3.ku. Sebenarnya ha- nyalah suatu keadaan yang bersifat t kebetulan I bahwa sc- lama ini produsen relatif tidak

rugi walaupun mereka be- kerja tanpa d::!sar perhi tungan harga pokok.

Demikian pula berdasarkan fakta yang diperoleh dalarn penelitian dapat dihitung beberapa harga pokok yang ber- hubungan dengan produkei gula merah masih pada tingkat yang lebih rendah daripadfl harga jualnya. Hflrga pokok yang

(14)

dihitung berdasarkan penelitian adalah:

a. harga pokok tebu

b. harga pokok gula merah, yang dibedakan atas peng- gun aan gilingrul kayu traàisional dan sis tem sewa gilingan mesin diesel

c. harga pokok sewa gilingan mesin diesel

Harga pokok tebu pada panen pertama adalah Rp 3,38 per kg, panen kedua adalah Rp 1,86 dan panen ketiga ge- besar Rp 2,61 per kg. Harga pok ok rata-rata adalah

Rp 2,92 per kg, sedangkan harga penjualan Rp 9,- per leg.

Harga pokok pengolahan gula merah yang memperguna- kan gilingan kayu tradis~onal diperoleh angka Rp 52,19 per kg, sedangkan aistem menyewa gilingan mesin adalah Rp 56,37 per kg. Setelah diperhitungkan dengan harga tebu, maka harga pokok gula merah ad al ah Rp 84,31 per kg apabila dip~rgunakan gilingan kayu tradisional, dan sebesar Rp 95,57 per kg bila dipergunakan sistem menye- wa gilingan mesin diesel. Harga jual ya~g berlaku ad a- lah Rp 160, - per kg. Berdasarkan perhitungan sehari kerja selama 8 jam un tuk penggunaan mesin giling diesel maka diperoleh harga pokok se"'!a giling sebesar Rp 62,51 untuk setiap kaleng ~ yang dihasilkan, tarip sewa adalah 0,5 kg gula merah yang berharga Rp 80,-

Berdasarkan perhi tungan harga polcok setiap kg gula merah ternyata gilingan kayu tradisional lebih eflaien/

menguntungkan sebesar Rp 1,45 daripada menyewa gilingRIl meoin d.lcscl. Tetapi di pjhak lain gilingan mesin die- sel meningkatkan output

5

kg gul a mcrah wltuk sctiap gillng 1 gerobak tebu (~ 500 kg) sehingga diperolch ke-

untungan sebesar Hp 691,- serta diperolehnya efisiensi wak tu ~ 5 jam.

Setclah diketahui dan bisa dihi tung UIJSUI-unsur beaya tetap, beaya beruhRh, dan harg::l penjualan d<lri has11 produksi , make dapat dlhi tlJng .brcatL_çyen point.

(15)

Break even point (BEP) adalah suatu kedaar. pada tingkat/

jumlah berapakah produksi dilakukan tanpa menderita rugi dan belum diperoleh laba (pulang pokok). Perhitungan ini harus pula diikuti oleh adanya suatu asurnsi bahwa selurub basil produksi dapat diserap oleh pasar. BEP yang dapat dihitung berdasarkan data penelitian adalah: (a)BEP tana- man tebu sebesar

24.23%,

(b)BEP gula rnerah bila diproses oleh gilingan kayu tradisional sebesar 7,25% dan (c) BEP sewa gilingan mesin diesel sebesar 76~56%. Bila diperha- tikan besarnya harga pokok dan besanlya tingkat BEP dari perhitungan-perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa us aha gula merah pada dasarnya bersifat profitable.

v

Mula-mula produksi gula merah hanya terbatas menjadi barang konsumsi akhir C~umer gq,~) untuk kebutuhan rumah tangga (household). Perkembangan selanjutnya diper- gunakan juga untuk koncumsi industri (industrial goods) yang diolah lebih lanjut menjadi barang lain. Sebagai konsumsi industri, gula merah berfungsi me~.Ijadi bahan da- sar/pembantu untuk industri kecap, anggur, minuman vi- gour, bon-bon, sirup markisa, dan industri rumah tangga yang mernproduksi kue-kue. Konswnen gula merah meliputi wilayah lokal Aceh Tengah, beberapa daerah kabupaten di Propinsi Aceh, dan Sumatera Utara terutama f'!edan.

Di dalam proses pemasaran, pembeli sepenuhnya dapat menguasai fasilitas transpor sehir.gga rnenyebabkan terba- tasnya r2l1tai pemasaran dari prodt:sen hanya pad" -pasar desa daerah produksi. Produsen yang sudah terikat dengan hutang pada tengkulak menycrahkan ~asil produksinya kepa- da kreditur di desa itu sebagai p~oses marketing pada tingkat permulaan. Sedangk;m prod'lsen yang tidak terikat hutang dengan tengkulak bisa menjlal secara tunai atau kredi t kepada tengkulak manapun ymg dirasakan cocok.

(16)

Para tengkulak meneruskan jalur pemasnran Kepada pengecer dan/atau kepada pedagang besar. Pedagang besar menyalur- kan kepada pengecer dan/atau kepada konsumen industri.

Di dalam pembentukan harga, pengaruh konsumen indus- tri lebih kust dibandingkan dengan posiei produsen. Pro- dusen berada dalam pos is i yang lemab untuk menguasai har- ga dan wl1ayab pemasaran yang lebih luas, sehingga produ- sen harus menerima keputusan harga yang di tawarkan oleh tengkulak. Sumber informasi harga datang dari konsumen industri di Nedan melalui pedagang-pedagang perantara ke- pada produsen, sedangkan konsumen golongan lain yang ber- jumlah minoritas dalam menyerap gula merah cenderung ha- nya mengikuti harga yang sedang berlaku.

VI

Industri yang mampu menimbulkan terbukanya penanaman modal dalam berbagai usaba dalam arti kaitan ke belakang dan ke depan menunjukkan potensinya dalam menimbulkan ke- sempatan kerja yang semakin luas sehingga '1endukung pe- ningkatan dan pemerataan pendapatan. Dalam kaltan ke be- lakang industri gula tradisional perlu ditunjang oleh ta- Daman tebu sebagai sumber bahan baku yang memerlukan pupuk, obat-obatan, pandai besi yang membuat al at-al at pertanian dan lain-lain ~ Sedangkan kai tan ke depan ada- lab babwa gula merab merupakan baban baku/pembantu bagi industri lain.

Salab satu kedudukan penting daripada industri gula tradisional adalah sebagai mata pencaharian pokok bagi angkatan kerja pria dan kepala-kepala rumab tangga be- serta keluarganya. Di samping itu juga merupakan tempat latihan bekerja kepada anak-anak yang belum termasuk go- longan angkatan kerja, dalam arti untuk membiasakan me- reka mengenal pekerjaan. Sifat industri gula yang padat karya itu ternyata juga menimbulkan perubahan status 50-

(17)

sial bagi bekaa buruh perkebunan yang sem la terikat oleh kontrak kerja men jadi petani independen, selain itu juga mencegah terjadinya urbanisasi dan menampung penyebaran penduduk melalui transmigrasi spontao maupun transmigrasi lok:ll.

Industri gula merah yang merupakan us aha rakyat Blang Mancung menjadi tumpuhan harapan di dalam memenuhi kebu- tuhan masyarakat. Harapan Hu nampaknya de.pat terpenuhi oleh semakin mudclmya memperoleh béU'ang-b?rang kebutuhan pacta desa itu sendiri. ~engan derniklan industri dapat berfungsi atau berperrulan mendorong turnbuh majunya pere- konomian desa ynng terlihat dari berbagai usaha y~ng se- makin ramai. Selain nompak kegiatQn-kegiatan ekonomi se- cara fislk, kemajuan masyarakat desa itu dapat pula dili- hat dari Ukuran 1ain, misalnya tingkat pendapatan setal-tun, pemilikan benda-benda simbol kekaynan, pola konsumsi, kc- . cenderungan berbelanja pakaian dan lain-lain.

Efek secara posi tif y::mg dapat dirasakan masyarakat bahwa ketenangan dan stabili tas standar hidup mereka da- pat dipertahankan berkat dari 11.Oaha industri gula tradi- sioDal yang m€ngarah kepada sifat spesialiva8i. 8e1ama pengamatan dan penelitian tidak diperoleh petunjuk menge- Dai adanya gejala keresahan di kalangan rumah tMgga ka- rena ~lasan faktor ekonomi. Panen tebu sistem tebang pi- lih yang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga agaknya berhasil menghindarkan terjadinya gelombang konjungtur yang ekstrim terhadap ekonomi rakyat. Keadaan ekonomi rakyat desa i tu mungkin a'lcan me!lgalami perub:ilian yang se- makin poaitif atau mungkin bisa ber .rnbah negatif akibat dibangunnya Pabrik Gula ~lini. Kenyat~an yang acta setelah PGM dibangun dan dalam rnasa percobaan produksinya (trial) menimbulkan gangguan kepada produsen sehingga

ada pada pos is! transisi yang b!mbang akibat nya tebu rakyat.

petani ber- dilibatkan-

(18)

VII

perbuatan bckcs buruh p0rkebunan negara untuk ~enga­

lihkan perhatian menjadi pelopor pertanian tebu dan peng- ol ahan gula merah merupakan perubahan status sosial yang lebih bersifat bebas daipad'öt sebagai buruh kontrak. Ke-

nyataan mernperlihatkan bahwa _tuk I'lengadakan keputusan berproduksi gula merah dari r.-;asyarakat desa i tu tidak ada unsur paksaan dari pihak lain. Tata cara pembuatan gula meralt y.:mg diwarisi oleh anak keturunan mereka dan di- ikuti pula oleh para pcndatang baru :rtembuktikan si fat ke- wiraswastaan masyarakat de:sa.

(19)

KAB.

- -

-

- - - -

SKALA : 1 : 750.000

+ f..- - - - - +

,

,

++ •

• , ,

KAB. ACEH UT ARA

-

~

...

"

...

-

...

..,.

<- >

\ \

+

. .-

+

\

Jambe

KAB. ACEH TIMOR

KAB. ... .. ,. L..f + -f"

... - -

... "'.,.

Jalan besar Jalan setapak Sungai

Batas kecamatan Batas kabupaten

.. ..

AC:'J{ TENGGARA ,

", Ke

" Blang :, Kejeren

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 1

Sumber: Proyek Proposal Pabrik Gula ~1ini Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah

(20)

,

"

, , ,

BLANG fiANCUNG

~ / Ke But er

.~--- ~.~ ---<-

Ke

I ~ ~

ç

Pondok BaliJe

, ' - " ,

~~-".

Wihni Bal1k

, ""-",

,/ ~- ;-- ~"",. '" --~

-~

ali

,

, . ""

'. \ \

" .'

, . -

.

,,'"

:

..

\

"

, ,

'TIJ ii.ftI,;--'- ' "",'"",,_

Renjel e,-

, ,

__ e

.

,

,

--

, ,

, ,

,

, . '

, ,

cK

ulen

,

Lampahan Sp. Balik

,

- '

t%:;:.1

Lokasi pen eli tian

--

~,.

=""c::.-- :::-wr:fii

i K et 0 1 Lokasi Pabrik Gula Nini

Sungai

!i

P e"ggilingan mes in di es el Jalan kabupatenjdesa Jalan setapak

Areal kebun tebu

Sumber: Proyek Proposal Pabrik Gula f.lini Silih Nara, Kabupaten Acch Tcngah

u

(21)

Blang Mancung has been a centre of sugar cane plan- tation and the home of the brown sugar industry in Cen-

t r al Aeeh sin e e 1937 . B l ang

Ilancung

lies

;t

38

km

îrom

Takengon, the capitalof Central Aceh. lts pioneers are

tbe rural m embers of society themsel ves , they are f a r -

mers who originally came from Java to werk in the tur- pentine industry nearby. i'lost fanners in Blang Mancung depend for their livelihood on sugar production. Else- wbere in Central Aceh coffee growing is more common.

When tbe brown sugar is ready it is used as a raw material f or industrial purposes, i .e. tbe making of soyabean, juice for drinking, traditional cakes, and a150 for household consumption. The marketing channel from the producer to the consumer is limited to the village market, so that i t is necessary for a middlemen to execute the marketing function further afield.

The production of brown sugar is worked in the traditional system by two kinds of simpIer technology, i.e. by using a wooden traditional mill a".d/or a small machine mille The wooden traditional mill is more pro- fitable than the machine mil 1 system because it can depend on supply trom plantation held by the owner himself.

The Mini Sugar Hill was established by thu govern- ment te increase the quality of Bugar . lts raw material depends on the society's cane plantations. Faced with tbis project, mO!::it farmers tv1ll change their cult1vation te 'the "intensi:ficntion sy.stem", but th..:rc are others still in an o.nxlous pODition. 'rhc brown sugar preduction will be stopped if all farmers must df.:liver thcir eane

to the i\lini SUfA.r \-1111. This will create problcms for industries which usc brown Bugar as their raw material.

1

(22)

I

Mereka yang ingin memahami seluk-beluk industri ke- eil, sekarang ini banyak karangan atau tulisan yang ber- sifat ilmiah, apakah karangan itu berdasarkan hasil pe- nelitian atau berupa pemikiran dan pendapat dari para ahli. Tertariknya meneliti industri keeil pengolahan gu- la rakyat di Blang r1ancung Kabupaten Aceh Tengah adalah bertujuan Wltuk memahami kemanfaatannya da1'J. masa13.h BO-

sial lainnya yang dapat dipetik dari industri tersebut. Diperolehnya gambaran riil mengenai kejadian-kejadian di

d~lam lingkungan industrl tersebut berarti dapat pula dipahami posisinya secara lebih jelas sehingga dapat di- perhi tungkan akan prospek masa depannya. Hadirnya Pabrik Gula Nini yang mempergun~.kan teknologi baru di d ek at kon- sentrasi industri gula rakyat tentunya akan berpengaruh secara positif atau mungkin negatif. Dengan demikian ha- sil peneli tian ini dapat dijadikan pedomaI bagi petani tebu/predusen gul a merah maupun pemerintah untuk mengam- bil langkah-langkab kebijaksanaan rnenghindarkan aspek negatif yang mungkin terjadi.

Netode yang dipergunakan untuk pengumpulan data la- peran penelitian ini adalah metode pengamatan terlibat, wawancara, dan metode dokumentcr. Sumber data primer adalah petani tebu/produsen gula merah, pemilik gilingan, buruh, pedagang perantara/tengkulak ~ konsumen , dan tokoh masyarakat yang relevan. Data sekundcr diperoleh dari dokumentasi berbagai lnstans~ pemerintru1 tingkat kabupa-

ten dan 1cecama tan.

Kabupaten Aceh Tengah yang terdlri dari 7 kccamatan, pada tahun 1978 mempwlyai penduduk 143.070 jiwa dcngan tingkat kepadatan 26 jiwa/Ian2

. Pcnduduk pr1a bcrjumlah 2

(23)

69.292 jiwa (48%) dan wanita berjumlah 73.-78 jiwa(52%). penduduk berumur dewasa (15 tahun ke atas atau kurang.

tetapi pernah kawin) sebanyak 67.461 jiwa (47%), dan ke- l ompok umur anak-anak 75.009 jiwa (53%).

Desa lllang Mancung te .... asuk dal ... ilayah l .... uIdJl1all Ketol pada Kecamatan Silih Nara berpenduduk 1.166 jiwa, yang terbagi atas 627 orang pria dan 539 orang wanita. Penduduk desa itu terkelompok dalam 246 KK yang terdiri

atas 11 KJ[ orang Gayo, 52 KK orang Acch, dan 183 KK oraag Jawa.

penduduk Aceh Tengah yang bermata pencaharian pada sektor pertanian/perkebunan menempati jumlah yang domi- nan (73%) dibandingkan pada sektor lainnya. Penyebaran mata pencaharian penduduk desa Blang Mancung terbagi atas petani/produsen gala merah 84,66%, pedagangl pengu- saha kedai 10,16%, pegawai negeri dan ABRI 5,28%. uengan demikian terlihat bahwa penduduk yang menggantungkan surnber penghidupannya pada rentetan produksi gula merah adalah mencmpati jumlah terbesar. Belakangan ini terda- pat kecenderungan para petani tebu untu.k menanam kopi pada tanah-tanah yang berposisi miring dan pada sebagian kecil tanah bekas kebun tebu sebagai pekerjaan tambahan.

Petani tebu di desa Blang Nancung berjumlah 233 orang atau

24%

dari tetal petani tebu kabupaten, luas tanah garapan 464,44 ha atau 40% dari totaI wilayah ka- bupaten, jadi rata-rata petnni rnenggarap Z 2 ha. Penana- man tebu di desa itu ~aeih bersifat ekstensif, sedangkan panenan dil akukan dengan sistem tebang pilih

panen dari areal tertentu dapat berlangsu-'1g Panen dilal(ukan secara terus menerue dengan sistern kepras.

sehingga cukup lama.

penebangan Beberapa Guku bangs.c. yang hidup bersama dalam suatu lingkungan 'kolektivitas ' pada desa Blang Mancung secara menonjol berke~bang kehidupan yAAg bersi.fat gotong royong dalam berbagai bentuk dan tujuan. Gotong royong tere er-

(24)

min untuk kepentingan umum pacta tingkat d~ a atau ke luar desa dan untuk kepentingan antar penduduk di desa itu sendiri (Bla'lg l~ancung). baik yang bersifat sosia1 mau- pUD ekonomis. Tetapi di bidang kesenian masih nampak adanya penghayatan secara terpisah antara kesenian yang dijiwai oleh masing-masing suku/kelompok karena masing- masing memang mempunyai ciri yang tersendiri.

I I

Be1um terpenuhinya kebutuhan gula dari hasil dalam negeri sendiri tel ah memaksa kepada pemerintah untuk me- lakukan impor guna menutup kekurangan yang diperlukan. Pentingnya gula sebagai kebutuhan manusia itu seperti tercermin pada urutan daftar kebutuhan sembilan bahan pokok. Keadaan ini1ah yang mendorong kepada pemerintah dan berbagai pihak untuk rnemperluas areal dan intensifi- kasi tanaman tebu serta mengintensifkan pabrik-pabrik gul a lama maupWl pembangunan pabrik gula baru.

Sebagian besar gula merah (brown sugar) dari Ac eh Tengah dihasilkan oleh masyarakat desa :al&- 6 Hancung dan sekltarnya, sehingga dengan alasan in! pulalah yang men- dorong untuk memusatkan penel! tian pada desa Blang Man- cung. Yang bertindak selaku pelopor pembuatan gul a merah adalah rakyat bekas buruh perkebunan negara yang semula terikat oleh perjanjian kerja. Mereka membuka perkampung- an peda tahun 1937 dan menanam tebu serta memprosesnya menjadi gula merah sebagai sumber mata pencaharian yang baru. Terciptanya kombinasi secara harmonis antara per- tanian tebu dengan industri pengolahan gula merah ter- nyata herhasll mampu mendorong majunya pcrekonomian desa

itu scndiri.

Proses produksi gula merah dikerjakan dengan cara teknologi sederhana dan bersifat tradisional, sehingga dikenal dengan sebutan industri gul a rakyat tradisional.

(25)

Artinya adalah suatu iodustri atau pengola.an gula dengan mempergunakan teknologi sederhana yang sepenuhnya dimili- ki serta diusahakan oleh rakyat. Teknologinya sederha~a

k~ena terbuka bagi setiap orangJ artinya teknologi itu bisa dipakai oleh siapa saja yang mengingininya. Teknik pembuatan gilingan kayu disebarkan secara sukarela kepada masyarakat oleh pembuatnya yang pertama sehingga orang lain bisa meniru tanpa m€!1irr.bulkan spesialisasi pekerjaan sebagai mat a pencaharian pokok. Industri gula merah itu bersifat tradisional, karena kelompok industri i tu pada

umurnnya belum mengcnal pemisahan fungsi dalam pengkelola- an perusahaan, organisasinya masih sangat sederhana dan lebih berslfat padat karya.

Industri gula rakyat tradlsional di Blang Mancung yang menghasilka.'1 gula merah r.1t.:!mpullyai kai tan yang cukup luas dalam hubungannya dengan masalah paYlgan maupun per- tumbuhan industrie Kai tan ke belakang dapat rnenumbuhkan industri-industri yang mer.àukung berhasilnya pertanian tebu dan industri yang mendukung proses produksi gula me- rah. Sedangkan kai tan ke ct epan dapat menumbuhkan indus- tri yang mempergunakan gula merah sebagai bahan baku atau bahan penolong.

IIl

Sec ara berurutan sejarah perkembangan al~t giling tebu yang pernah dan sedang berlaku di ..Jlang Mancung ada- lah gurilan,.lkilingan sistem berputar y3Ilg digerakkan te- naga manusia, ke:!Jl.ldian digaTlti ol

er.

tt:naga he' .... an, dan teralchir adalah gilingan !:Icsin die!)el~ ;:iedallgkan perkem- bangan hasil produksi mula-mula berbentUk cairan disebut

.l/Gurilan adalah alat peras tebu pada taraf permulaan, terbuat dari kayu yang dicipt~~~ oleh orang Gayo, cara perasnya digerakkan kt atas dan kc bawah oleh injakan kaki.

(26)

'manisan, , gula cetak disebut gula tepek, dan terruc~ir

gula hancur berbentuk kristal disebut 1 gula meraha I litas gula merah dibedakan atas kua11tas gul a loge.

Kua- gul a no. I. dan gula barang. penggunaan bahan bakar mula-mula sepenuhnya mempergunakan kayu galih dan perkembangan yang terjadi sampai sekarang adalah penggunaan kayu gal ih di- campur dengan sepah.

Kapasitas gilingan kayu tradisional adalah sebanyak

1 gerobak tebu (~ 500 kg) dalam sehari kerja selama 6- 7 jam. Nira yang dihasilkan adalrul sebanyak 13 - 15 ka- leng a 20 liter. Dengan perhitungan rendemen sebesar 8 - 9%. maka hasil produksi total berkisar 40 - 45 kg gula merah per gerobak tebu. Cara lain dari penggilingan tebu adalah mempergunakan gilingan mesin diesel dengan sistem sewa. Tarip sewa adalah 0,5 kg gula merah untuk setiap kaleng nira yang dihasilkan. Pada umumnya bila dipergu- nakan gilingan kayu tradisional pemasakan gula merah di- lakukan di rumah produsen, scdangkan pada penggunaan gi- lingan mesin pt;masakan dilakukan di rumah atau dengan mempergunakan fasilitas alat-alat yang dised _akan oleh pabrik.

Terdapatnya tru1aman tebu di Elang Ma~cung dipenga- ruhi juga oleh faktor alam. Pembangunan industri gula merah di desa itu dipengaruhi oleh faktor-faktor ekono- mis ber]{ai tan dengan siïat produksi gula merah yang ber- orientasi bahan baku (raw materlal oriented) . Tingkat kesusutan bahan baku menjadi output sebcsar .± 90% adalah cukup IDcnguntungkan ditinjau dari segi beaya transport a- si. Pertimbangan resiko pcngangkutan, t~rsedianya bahan bakar, dan tersedianya tcnaga kerja ikut pula mendukung tepatnya ~enentukan lokasi industri gula merah pada dae- rah bahan baku (tebu).

Kebutuhan modal un tuk pengkelolaan industri gul a merah akan berguna ull1.uk membel?.njai pengolahan tanah dan pemelihn.r[\A!l !rchWl tebu, pl'OSCC 1,Pnggilingan tebu

(27)

dan proses pemasakan

tetap --gilingan dan gula. Khusus untuk pembelanjaan alat alat-alat lainnya-- kebanyakan di- beayai oleh produsen sendiri, tetapl ada pula yang mem- peroleh pinjaman dari pedagang perantara. Kredi t bank berfungsi untuk pembeayaan investasi gilingan mesin di e- sel.

Keterlibatan pemerintah pada industri gula rakyat tradisional pada dasarnya bertujuan untuk mendukung per- kembangan industri tersebut. Aparat dan lembaga yang tu- rut terlibat adalah aparat desa, Camat, Dinas Kehutanan, Dinas Agraria, Dinas Perindustrian, Jawatan Koperasi, Di- nae Perkebunan Rakyat, dan BRr.

IV

Di dalam industri gula tradisional tcrnyata belum dilaJmkan perhi tungan hnrga pokok yang d idasarkan pada kalku1.asi untuk m~nentukan harga pokok yang seharusnya. Salah satu fungsi harga pokok sebagai dasar penilaian ne- raca tidak bisa diperlakukan di dalam industri gula tra- disional ini, karena administrasi pembukuan dan neraca memang belum dilakukan. Sebenarnya tl ga fungsi harga pa- kok lainnya --penentuan harga jual, alat kantral, dan da- zar pengambilan keputusan-- bisa dipcrlakukan di dalaPl industri ini apabila eudah dilakukan perhitungan harga pokok yang seharusnya dan berdasarkan kalkulasi. Akan te- tapi karena produsen belum melakukannya maka konsepsi tersebut otomatis jug~ belum bisa berlaku. Sebcnarnya h~­

nyalah suatu keruiaan yang bersiföt I kebetulan I bcllW~ se- lama ini produsen relatif tidak rugi walaupun mereka be- kerja tanpa d~sar perhitungan harga pokok.

Demikian pula berdasarkan fflkta yang diperoleh dalam pen eli tian dapat dihi tung bcberapa harg8. polcok yang ber- hubungRl1 dengrul produksi gul a merah masih pR.da tingkat yang lebih rcndah d<U'ipoda hal"ga jualnya. HBrga pokok yang

(28)

dihitung berdasarkan penelitian adalah:

a. harga pokok tebu

b. harga pokok gula merah, yang dibedakan atas peng- gunaan gilingan kayu tradisional dan slstem sewa gilingan mesin diesel

c. harga pokok sewa gilingan mesin diesel

liarga pokok tebu pada panen pertama adalah Rp 3,38 per kg, panen kedua adalah Rl' 1,86 dan panen ketiga se- besar Rp 2,61 per kg. Harga pokok rata-rata adalah

Rp 2,92 per kg, seda~gkan harga penjualan Rp 9,- pcr leg. Harga poleok pengolahan gul a merah yang memperguna- kan gilingan kayu tradisional diperoleh angka Rp 52,19 per kg, sedangkan sistem menyewa gilingan mesin adalah Rp 56,37 per kg. Setelah diperhitungkan dengan harga tebu, maka harga pokok gula merah adalah Rp 84,31 per kg apabila dipergunakan gillngan kayu tradisional, dan sebesar Rp 85,57 per kg bila dipergunakan slstem menye- wa gilingan mesin diesel. Harga jual yang berlaku ad a- lah Rp 160, - per kg. Berdasarkan perhitungan sehari kerja selama 8 jam W1 tuk penggunaan mesin giling diesel maka diperoleh harga pok ok Bewa giling sebesar Rp 62,51 untuk setiap kaleng nira yang dihasilkan, tarip sewa adalah 0,5 kg gula merah yang berharga Rp 80,-

Berdasarkan perhi tunga'l harga pokok setiap kg gula merah ternyata gilingan kayu tradisional lebih efisien/

menguntungkan sebesar Rp 1,46 daripada meny~wa gilingan mesin diesel. Tetapi di pihak lain gilingan mesin die- sel meningkatkrul output 5 kg gula merah untuk setiap giling 1 gerobak tebu (~ 500 kg) sehingga diperoleh ke- untungan sebesar Rp 691,- serta diperolehnya efisierrsi waktu + 5 jam.

Setelah diketAhui dan bisa dihi tung unsur-unsur beaya tetap, beaya berubah, dan harga penjualan dari hasil -produksi, maka dapat dihitung ?reak ~~l?oint.

(29)

Break even point (B~) adalah suatu kedaar: pada tingkat/

jumlah berapakah produksi dilakukan tanpa mender1ta rugi dan belurn diperoleh laba (pulang pokok). Perhitungan ini harus pula diikuti oleh adanya 6uatu asumsi bahwa seluruh hasil produksi dapat diserap oleh pasar. B~ yang dapat dihitung berdasarkan data penelitian adalah: (a)BEP tana- man tebu sebesar

24,23%,

(b)B~ gula merah bil a diproses oleh gilingan kayu tradisional sebesar

7,25%

dan (c) BEP sewa gilingan mesin diesel sebesar 76.56%. Eila diperha- tikan besarnya harga pokok dan besarnya tingkat B~ dari perhitungan-perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa us aha gula merall pada dasarnya bersifat profi tabie.

v

Mula-mula produksi gula merah hanya terbatas menjadi barang konsumsi akhir (~onsumer goods) untUk kebutuhan rumah tangga (household). Perkembangan selanjutnya diper- gunakan juga untuk konsumsi industri (industrial goods) yang diolah 1ebih 1anjut menjadi barang 1ain. Sebagai konsumsi industri, gula merah berfungsi meujadi bahan da- sar/peebantu untuk industri keeap, anggur, minuman vi- gaur, bon-bon, sirup markisa, dan industri rumah tangga yang memproduksi kue-kue. Konsumen gul a merah meliputi wilayah lakal Aceh Tengah, beb~rapa daerah kabupaten di Prapinsi Aceh, dan Sumatera Utara terutama l'ledan.

Di dalam prases pemasaran, pe'1lbeli sepermhnya dapat menguasai fasilitas transpor sehir.gga menyebabkan terba- tasnya rantai pemasaran duri prodt;scn hanya pada pasar desa daerah produksi. Produsen y~1g sudah terikat dengan hutang pada tengkulak menyerahkan ~aail produksinya kepa- da kreditur di desa itu sebagai p~oses marketing pada tingkat permulaan. Sedangkan prod·,sen yang tidak terikat hutang dengan tengkulak biza menJ1.al secara tunai atau kredi t kepada tengkulak manapun ymg dirasakan coc ok.

(30)

Para tengku1ak meneruskan jalur pemaa=an kepada pengeeer dan/atau kepada pedagang besar. Pedagang besar menyalur- kan kepada pengee er dan/atau kepada konsumen induBtri.

Di da1am pembentukan harga, pengaruh konBumen indus- tri 1ebih kuat dibandingkan dengan posiei produsen. Pro- dusen berada dalam posiei yang 1emah untuk menguaaai har- ga dan wllayah pemaaaran yang 1ebih 1uaa, s ehingga produ- sen harus menerima keputusan harga yang ditawarkan oleh tengkulak. Sumber informaai harga datang dari koneumen induetri di Medan me1a1ui pedagang-pedagang perantara ke- pada produsen, sedangkan konsumen golongan lain yang ber-

jum1ah minoritas dalam menyerap gu1a merah e enderung ha- nya mengikuti harga yang sedang ber1aku.

VI

Industri yang mampu menimbulkan terbukanya penanarnan modal dalam berbagai us aha dalam arti kai tan ke be1akang dan ke depan menunjukkan potensinya dalam menimbulkan ke- sempatan kerja yang semakin 1uaa sehingga mendukung pe- ningkatan dan pemerataan pendapatan. Dalam kaitan ke be- 1akang industri gu1a tradisional per1u ditunjang oleh ta- naman tebu sebagai sumber bahan baku yang memerlukan pupuk, obat-obatan, pandai besi yang membuat alat-alat pertanian dan 1ain-1ain. Sedangkan kai tan ke depan ada- 1ah bahwa gu1a merah merupakan bahan baku/pembantu bagi industri 1ain.

Salah satu kedudukan penting daripada industri gula tradisional adalah sebagai mat a peneaharian pokok bagi angkatan kerja pria dan kepala-kepala rumah tangga be- serta keluarganya. Di samping itu juga merupakan tempat latihan bekerja kepada anak-anak yang belum termasuk go- longan angkatan kerja, dalam arti untuk membiasakan me- reka mengena1 pekerjaan. Sifat industri gula yang padat karya itu ternyata juga menimbulkan perubahan status so-

(31)

sial bagi bekcll buruh perkebunan yang semla terikat oleh kontrak kerja menjadi petani independen, selain itu juga mencegah terjadinya urbanisasi dan menampung penyebaran penduduk melalui transmigrasi spontan maupWl transmigraei lokal.

Industri gula merah yang merupakan usaha rakyat Blang Nancung menjadi tumpuhan harapan di dalam memenuhi kebu- tuhan masyarakat. Harapan itu nampaknya d::.!pat terpenuhi oleh semakin mudahnya memperoleh bnrang-bexang kebutuhan pada desa itu sendiri. ~engan demikian industri dapat berfungsi atau berperanan rnendorong tumbuh majunya pere- konomian desa yong terlihat dari berbagai us aha yang se- makin ramai. Selain nampak kegiatan-kegiatan ekonomi se- cara fisik, kemajuan masyarakat desa itu dapat pula, dil i- hat dari ukuran lam, misa.lnya tingkat pendapatan setahun, pemilikélll benda-benda simbol kekayaan, pola konsumsi f kc- . cenderungan berbelanja pakaian dan lain-lain.

Efek secara posi tif yang dapat dirasakan rnasyarakat bahwa ketenange.n dan stabili tas standar hidup mereka da- pat dipertahaakan berkat dari uoaha industri gula tradi- sional yang mengarah kepada sifat spesiali~asi. Selama pengamatan dan penelitian tidak diperoleh petunjuk menge- na! adanya gejala keresahan di kalangan rumah tangga ka- rena alasan faktor ekonomi. Panen tebu sistem tebang pi- lih yang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga agaknya berhasil menghindarkan terjadinya gelombang konjungtur yang ekstrim terhadap ekonorni rakyat. Keadaan ekonomi rakyat desa i tu mWlgkin akan mengalami perubahan yang se- rnakin positif atau mungkin bisa bertambah negatif akibat dibangunnya Pabrik Gula Mini. Kenyataan yang ada setelah PGI'I dibangun dan dalam masa percobaan produksinya (trial) menimbulkan gangguan kepada produsen sehingga petani ber- ada pada posisi transisi yang bimbang akibat dilibatkan- nya tebu rakyat.

(32)

VII

Perbuatan bck~s buruh p~rkebunan negara untuk ~enga­

lihkan perhatian menjadi pelopor pertanian tebu dan peng- olahan gula merah merup?.kan perubahan status sosial yang lebih bersifat bebas daripada scbagai buruh kontrak. l:e-

nyataan memperlihatkan bahwa ~tuk rnengadakan keputusan berproduksi gula merah dari rnasyarakat desa itu tidak ada unsur paksaan dari pihak lain. Tata cara pembuatan gul a merah yang di warisi oleh anale keturu..'"lan :nereka dan di- ikuti pula oleh para pcndatang baru m~mbuktikan sifat ke- wiraswastaan masyarakat desa.

(33)

P E H D A HUL U A N

A. Perurnusan masalah

Sejak tahun 1928 Indonesia telah rnenjadi eksportir gula nemar dua di dun ia setelah Cuba, tetapi setelah pro- duksi terus menurun, sejak 1966 Indonesia mulai mengimpor untuk rnencukupi kebutuhan dalam negeri.

11

Pernyataan ini menunjukkan bahwa secara nasional tenaman tebu maupun gu- la telah lama dikenal dan berfungsi dalarn mencukupi kebu- tuhan rakyat.

Sejak tahun

1937~/tebu

mulai ditanam di desa Blang Mancung dan diproses lebih lanjut menjadi gula merah. Pe- lopornya adalah rakyat desa bekas buruh perkebunan peru- sahaan negara yang semula terikat dengan perjanjian kerja. Prases produksi gula merah ini dikerjakan dengan cara

teknologi

Bederhan~/ yang

sepenuhnya dimiliki dan diusa- hakan oleh rakyat desa itu. Industri yang masih bersifat tradisional ini sekaligus menjadi pekerjaan dan mata pen- caharian pokok bagi masyarakat desa i tu. r-'~ ta pencaharian yang bersifat baru itu berhaail mengkombinasi secara har- monis antara usaha pertanian tebu dengan industri pengo- lahan gula merah yang sekaligus dapat mendorong kemajuan ekonomi desa itu sendiri.

- - -, - - -

1 /~1ubyarto, "The Sugar Industry J 11 Bulletin of Indonesian wonomic Studies, Australian Nationä1 Oniversity ""Fress, Canberra, (July, 1969), Vol. V, 2 : 37.

2.A'!awancara dengan Kasantaruno, 71 tahun, salah seorang pelopor yang membuka desa Blang Hancung, tanggal 26 April

1979.

3/Lihat E.F. Schumacher. IIpembangunan Kalau r1anusia MasUk ihtWlgan, percikan Pikiran tentang Desentralisasi, I1 Pris- ma, (Nopember, 1977), 11 : 49-54. ----

Lihat juga Iskandar Alisyahbana, "Cuaca setelah Kenop-15:

Teknologif ll Prisma, (Januari, 1979), 1 ! 48-50.

13

(34)

Industri gula tradisional yang diusal. _kan rakyat di desa Elang Mancung dan Aceh Tengah pada umumnya, ternyata mampu menciptakan lapangan kerja, menciptakan lingkungan

industri serta memptu1yai potensi kai tan ke belakang dan ke depan. Tetapi seperti halnya dengan industri- industri lain tentu masih terdapat berbagai masalah dalam kehidup-

an Û&, perkembangannya. Agar terjamin kontinuitas dan mu-

tu hasi l produksinya, industri keeil sangat bert.; '1 nng

:p~a bahan baku, ketrampilan tenaga kerja, peral.:

-,,- .n

ker-

ja, d'3!l permodalan. Untuk mengatasi hal i tu, indL_ ·",.ei m~

masih memerlukan bantuan secara posi tif terutama dari pi- hak pemerintah.

21

Keterlibatan seseorang ke dalam industri gula tradi- sional tersebut akan menentukan banyak atau eedikitnya tingkat kemanfaatan yang altan diperoleh dan akan dinikma- ti. Mereka yang terlibat adalah petani tebu dan pengusaha industri selaku produsen, pedagang perantara, konsumen, dan pemerintah. Diperolehnya sisa hasil usaha bagi produ- sen berarti mereka akan marnpu mempertahankan dan mening- katkan kontinuitas usahanya. Kemanfaatan bagi konsumen industri adalah diperolehnya bahan baku aio_u bahrn pem- bantu berupa gula merah secara lebih kontinu sehingga produksi dapat terjamin. Pedagang perantara dapat memper- oleh keuntungan dari sifat dagangnya, dan pemerintêl1 mem- peroleh sumber pendapatan berupa pajak.

Terdapatnya dua macam peralatan produksi yan . berbe- de da1arn lokasi industri yang sama, ternyata timbl;l. per- bedaan tingkat efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi. Proses produksi yang mengorbankan bah2rl. baku (tebu) relatif lebih banyak, lebih efisien mempee 'c.akan mesin diesel. Sebaliknya bila bahao baku (tebu) relatif

sediki t lebih efisien mempergunakan gilingan tradisional

1/Heidjrachman Ranupandojo, lIProspek Industri dalam peli- 1;a III: Tinjauan Kebijaksanaan,1I Prisma, (Januari, 1979),

1 : 70.

(35)

yang terbuat dari kayu. Di lain pihak den~1n adanya dua macam alat giling yang berbeda i tu mengakibatkan terjadi- nya perebutan dal am perolehan bahan baku, sehingga giling- an mesin diesel sering kekurangan bahan baku karena tidak memiliki areal tanaman tebu yang tertentu. Masalah keku- rangan bahan baku dapat diataai apabila terjadi perluasan areal dan peremajaan tebu yang dilalcukan secara intensi- fikasi.

Walaupun tebu di tanam secara intensifikasi, sehenar- nya kenyataan dari haai! peneli tian Roger Montgomery pada

lokasi industri gula di Jawa menyatakan kurang mengun- tungkan apabila sebidang tanah yang sarna di tanami tebu dibanding dengan variasi tanaman la.m. Pen eli tian i tu di- tinjau dari Begi: (a)penyediaan makanan (nutrition), (b) pendapat an bagi petani dan buruh yang terlibat, dan (c) penyerapan tenaga kerja dan efeknya terhadap pembagian pendapatan •

.1I

Tetapi apabila diperhatikan adanya kenyataan bahwa Indonesia pada dewasa ini masih kekurangan gula se- banyak Z 400.000 ton setiap

tahun,~/wajarlah

apabila ta- naman tebu masih dikembangkan di berbagai daerah --terma- suk di desa Blang r'iancung, Aceh Tengah--

Hasil produksi induBtri gula tradisional dari Blang Mancung masih berbentuk gula merah, dan gula merah itu dapat pula berfungsi sebagai barang substitusi daripada kebutuhan gula pas ir .

Industri Gula Rakyat TradiBional Blang 11ancung yang menghasilkan gula merah (brown_~ugar) mempunyai kaitan yang luas, baik dalam hubungan dengan maaalah pangan mau- pun pertumbuhan industri. Kai tan ke belakang dapat menum- buhkan industri-industri yang dapat mendukung berhasilnya pertanian tebu dan industri yang mendukung proses produk-

1/Roger Nontgomery, Hasil Peneli tian Tanaman Tebu dikirim Kepada Bappenas Jakarta, ndak diterbitkan, November 1978.

2/Pidato Menteri Pertanian RI pûda upacara peresmian pab- rik Gula Mini Silih Nara, Aceh Tengah, tgl. 17 Oktober

1979.

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

barctll8A:1itaa MIIa.. A rt1JQ'à diaciaJr;aa peIIi.aj.. lJ&lt;lnoft dladak. tet spl karena kMd. cIà benanq&amp; h:Jl. tere.but dM dÛlW!)'avarablwll.. bIlt lIarua

kan masaalah io1. Tetapi dalam masyarakat manapun juga ma- salah io1 selalu menarik untuk diketahui baik di kota mau- pun di desa. Para remaja mengetahui soal sex

peNen.l .... huus aenplah, urapallaD7&amp; percJ. jika t1dak Gangg.p. Ini IIUdah dltahald lt4rena pert. , iehrl terpeka berachon lID. tuk diceraikan ateu.. U- _ttap

wajiban oran:~ tua. Setiap keluarga merasa bertanggung jawab untuk aelak- eanakannyn. H allya setelah ketrampilan itu dimiliki anak, .erekA akan meneru.s.kcn pelajar~a

llaJarital1 Mroka terdiri dor1 koloçok atau SOlOllp.a potaai.. poranpi

Pada zaman peQcrintahan Jepang usaha industri keeil arang kayu tctap berjalan. Kasil produksi arang dimonopoli oleh pemerintah Je - pang. Pengusaha industri keeil

Kehidupan Masyarakat Terasing Gunung Kong dalam fase berkelana. di atas tidak berlangsung lama. Sebab mulai tahun-tahun pextama mercka bel±elana dalem rimba, di

perseli=ihan baik antar~ pcnduduk dengan pemerintah maupun se - c.a;na merek~. BerdDGOrk3n ini tani... pemerintahc.n zaman kemerdeka- a.n.. Hak milik penduduk tetap