• No results found

NJO€ CHEONG SEN<;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "NJO€ CHEONG SEN<; "

Copied!
98
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

m

ü/'

11

hh

1 0 1 5 3

N

(

'f:

ÜiTG{VEIS»[DRUf

« W ,

NJO€ CHEONG SEN<;

Peroesahaan Penerbitan „KABE'' (N.V. Kol&Bunhizl ..jSl • _^IV • - -I

(2)

0261 0945

ogi-

(3)
(4)

'S«S®?-ï^-.;^<i' .'•'.C'i î^

(5)

KRIS MATARAM

OLEH

N)00 CHEONG SENG

Penoelis jang terkenal dariGagak Lodra"

PEROESAHAAN PENERBITAN ,,KABE"

(N. V. KOLFF - BUNING) DJOCJAKARTA.

(6)

Roman ini didjadikan film oleh ORIENTAL FILM COY di Batavia C. dibawah pimpinan

vpenoelis sendiri.

r

Isi boekoe ini diperlindoengi oleh Auteursrechl Staatsblad art, fl, 1912 Mo. 600,

(7)

BAB I

Tjeritera terdjadi, tidak terdjadi.

Seroepa dongèng, seroepa fantasie.

Apa jang girang, apa jang sedih . • . Adalah perpatjoean bentji dan kasih.

1

p JIPINANG !

Sjorga-Neraka dari orang berdosa !

L Disana, tinggal beratoes dan beriboe orang- orang jang hilang akal-iboedi, hilang hati-kasih, mem- boeat dosa-dosa jang doenia atjap ikali tidak dapat memberi nama.

Disana, orang disimpan bertahoen-tahoen, terpagar tembok-tembok tinggi laksana benteng koeatnja, di­

pagari oleh trali besi jang seakan-akan raksasa tidak mampoe meroesaki karena dosa-dosa jang diper-

boeatnja

Disana, orang^berdosa, disempatkan memikirkan do- sanja, soepaja insjaf dan tobat, dan kalau satoe kali pintoe terboeka dan orang itoe merdeka kembali, ia akan mendjadi seorang-lain jang kedjahatan- nja telah terkoepas dan senAoeh dan kemoedian mendapat djalanan langsoeng kepada kebenaran.

Disana, menoesia tidak iberkoeasa akan dirinja sen­

diri, tidak merdeka, dan haroes menoeroet oendang- oendang jang teläh ditetapkan, sesoedah hakim dan Wet, bersender dengan Dewi Jastitia jang mengenda­

likan keadilan-seadiUadilnja . . . . memberikan poetoe- sannja . . . .

Tetapi adakah semoea orang 'hoekoeman itoe . . . . betoel'betoel berdosa ?

Apa dengan ditoetoepnja sang mata. Dewi Justitia benar dapat berlakoc'adil dalam keadilannja, dengan tidak sekali-sekali mendosakan orang jang tidak bet' dosa ?

3

(8)

Sekeloearnja dari Tjipimang, boléh djadi banjak orang berdosa insjal akan dosanja, bertobat . . . . dan mentjari dja'Ian poelang dengan tidak berlembah dan bergoenoeng . . . . akan memboeat lain dosa . . . . Tetapi tidak koerang, pendjahat-pendjahat ketjil jang anggap Tjipinang itoe sebagi satoe Universiteit.

Sekeloearnja dari Roemahsekola-Bitjokok itoe, dengan langsoeng mereka telah mendjadi . . . seorang pendja- hat terlebih oeloeng, jang tiap-tiap sa'at memboeat sen^

satie baroe dalam kalangan perampokan, penjamoe- nan malah atjapkah zonder diploma me­

reka promotiekan dirinja mendjadi algodjo.

Demikianlah tidak semoea pendjara menjoetji dosa, banjak kali poen goena tjiptakan lain gelombang dosa.

Tjipinang

Dengan tembok-tembok besarnja : seakan-akan ben­

teng dan istana jang koeat, baroe sadja terlepas dari selimoet-malam jang gelap goelita, dan kembali men­

dapat berkahnja Betara-Soeria

Seorang persakitan nomer 2416 kelihatan berdiri dibelakang trali besi memandang keloear dengan paras jang poetjat.

Collega-collega-pendjaranja jang liwat, selaloe oen- djoeki paras jang bersenjoem, seperti seroepa compli­

ment jang roepanja tidak dapat diterima oleh jang menerima.

Seorang jang berbadan koeroes, berdjembrosi dan dan bermisai-tebal, berhenti sebentar dimoeka trali dan berkata ;

,,Tiar, lagi 3 djam kau akan soedah . berada dimoeka gerbang Tjipinang. Pintoe akan tertoetoep, dan kau dapatkan .... dirimoe soedah merdeka "

Perantean 2416 hanja memandang dengan mem- bisoe.

4

(9)

Seorang lain datang menjamperi.

„Ja, Tiar, 3 djam lagi kau merdeka, dan 3 tahoen kau mendapat koerang djoemblah hoekoemanmoe, ka­

rena selama di pendjara kau berkelakoean sa­

ngat baik, bersahabat dengan collegâmoe-orang-rantai semoea, dan berbaikan dengan ketoea-ketoea pendjara.

,,Tiar, akoe masih menoenggoe lagi 4 tahoen 7 boelan 21 hari Ha, ha, ha "

Orang itoe tertawa berkakakan

,,Ismail katanja perantaian 2416 itoe, ,,akoe ingin tertawa-gembira seperti kau sekarang

„Apa salah ?" mendjawab Ismail dengan oelangkan kembali tertawanja.

„Tidak. Akoe akan bersedih karena akoe kembali pada Neraka hidoepkoe

Ismail, perantaian 1351 memandang kawannja de­

ngan perasaan aneh

,,Neraka dalam merdekamoe ? Kau berdjenaka 'Tiar ?" katanja.

„Tidak Ismail, Tjipinang Sorgakoe dan di- loear tembok jang tinggi itoe Neraka ".

Pembitjaraan habis, karena Perantaian 1351 moesti djalan teroes, dengan membawa djawaban jang aneh dari kawannja jang tiga djam lagi akan tidak lagi mendjadi kawan-pendjara

Selagi mana pada matanja perantaian 2416 terdapat air-mata jang berlinang

Seorang-rantai jang toea kebetoelan menjamperi.

Dengan tidak memandang pada jang diadjak bitjara, ia berkata :

,,Lagi tiga djam kau berada poela dalam doenia " katanja.

'Ja ".

,,Tetapi kau menangis" katanja dengan ka­

get tatkala ia memandang. „}a, Pak-Mawi se- soedah bertahoen-tahoen kita bersama-sama, berga- lang-galoeng, bersenda-goerau tetapi se-

(10)

lekasnja akoe akan berenangi gelombang Nerakakoe

„Astaga " kata Pak-Mawi itoe. „Merdeka dan poelang kampoeng, bertemoe kembali orang toea dan keloearga, anak dan bini bagimana tidak ber- girang ? Oh, Bacïhtiar, kalau akoe nanti boleh boeka itoe pintoe gerbang, dan akoe mendapatkan doenia'koe kembali. Kalau akoe bersajap akoe nanti terbang, soe- paja lekas akoe sampai kekampoeng sendiri

Persakitan 2416 memandang

„Tetapi akoe tidak kepada seorang djoea poen . . ..

akan akoe poelangi, akoe tidak mempoenjai roemah tempat akoe kembali. Doenia disana Pak-Mawi, ada­

lah Neraka ... Oh, akoe ingin . 'disini akoe memboeat koeboerankoe kalau kesahkoe tammat. . . ."

Pak-Mawi tidak sempat njatakan herannja, karena ia moesti djalan teroes.

Tiga djam kemoedian Bachtiar telah berada di kan­

toor Directeur pendjara dengan pakaian biasa Ia berdiri dengan soenji, tidak mengoendjoekkan girang, tidak mengoendjoekkan kepinginnja ia lantas melihat doenia kembali.

Directeur pendjara itoe memandang kelakoeannja itoe dengan perasaan sangat herannja.

„Bachtiar, 9 tahoen telah liwat boeat hoekoeman- moe 12 tahoen. Kau telah mendapat 3 tahoen koe­

rang, karena kelakoeanmoe jang sangat sopan. Selama di Tjipinang kau berlakoe sangat baik. Kau dihoe- koem sebagai satoe pemboenoeh, tetapi akoe tidak per- tjaja kau memboenoeh Roepanja hidoepmoe pe- noeh dengan resia. Maka sesoedah kau merdeka, tja- rilah hidoep sempoerna".

Bachtiar itoe mendengar itoe semoea dengan paras jang dingin.

,,Terima kasih toean Directeur. Tetapi apa rekest saja akan tinggal teroes di Tjipinang tidak diterima ?"

6

(11)

Directeur Tjipinang itoe memandang dengan kaget, karena jang seroepa itoe dapat dioelangkan.

„Tinggal teroes di Tjipinang ?" Directeur itoe ter­

tawa. ,,Kau tahoe, kau poenja rekest dikirim langsoeng ke krandjang-roempoet".

Bachtiar toendoekkan kepalanja.

,,Toean Directeur, Tjipinang saja rasakan Sjorga.

Saja seorang berdosa jang didoenia tidak mempoenjai nama. Saja kepingin mati di Tjipinang".

Directeur itoe berdiri dan menepoek poendaknja orang-aneh itoe

,.Tidak, permintaan itoe moestahil. Kalau kau ber­

dosa, teboeslah dosa itoe kepada siapa kau berdosa . Matanja Bachtiar kelihatan basah dengan air-mata.

..Tidak dapat diteboes lagi toean, karena ia telah ber-Sjorga di Alambaka ".

7

(12)

BAB II

Dari pendjara ke Koeboeran, Apa didapati hanja kenangan.

Gelap melarat, dosa bertoempoekan.

Dapatkah dihajar dengan kematian ?

EPERTI sebocah perahoe terapoeng ditengah gelombang, bcgitoelah Bachtiar waktoe ia di­

antarkan sendiri oleh Directeur pendjara ke- loear gerbang Tjipinang.

Sampai diloear. Directeur itoe kembali memegang poendaknja, dan berkata dengan heran :

„Bachtiar, pergilah ! Akoe tidak ingin melihat kau kembali ! ! Pergi djaoeh, djangan menengok lagi... . Doenia perloe dengan kau kembali, seorang boediman tidak dipendjara memboeat keboedimanannja, tetapi didoenia jang merdeka

Bachtiar mendengar perkataan ini seperti soeara impian jang tidak boleh djadi. Ia sekarang berdiri di- atas tanah dalam keadaan begitoe roepa, bah­

wa ia sekarang telah berkoeasa poela atas dirinja sen­

diri, boekan seperti 9 tahoen doeloe ia dibawa kembali dengan Kereta-Boei, terborgol, pakaian ran­

tai terdjaga oleh politie dan soldadoe jang ber- sendjata

Tetapi perasaan apa jang sekarang bertjanda dalam perasaannja

Ia merasa seperti bersendirian Sebatang-kara

Ia rasakan doenia itoe soenji, manoesia itoe boekan manoesia. Panggilan dari Tjipinang rasanja terdengar seperti bisikan .... Kenapa ? Kenapa ia moesti dioesir dari. . .ia poenja Sjorga, disana Sjorga orang berdosa, aman-sentausa dalam rasa berdosanja ?

(13)

Tiba-tiba ia menengok balik, Directeur pendjara soedah tidak ada lagi, pintoe-hitam, Gerbang kehor­

matan dan keagoengan Tjipinang soedah tertoetöep rapat.

Tjipinang. sekarang dekat ... dan .. djaoeh.

Dekat dimata tetapi djaoeh, akan sampai.

Tetapi kemana ia hendak pergi? Ia seperti asing lagi dengan doenia, boleh djadi seperti baji jang baroe didjelmakan kemoeka boemi .. . Segala apa agak gan- djil dipandangnja.

Ia berdiri lama, setaoe berapa lama

Ia melihat tetapi seperti tidak melihat. . . Jang dili- hatnja seperti impian dan bajang-bajang . . . jang ia tidak mengerti !

Ia tetap tidak mengerti, kenapa ia sekarang disana seorang diri? Tidaklah kedjam doenia itoe ? Selagi ia beroentoeng dengan sahabat handai dan ka­

wan . . . dalam seroepa doenia . . . dalam mana keloe- han bererti hiboeran, sekarang . . ia dioesirnja ... di- paksanja keloear . . . laloe . . . dari Sjorga itoe . . . dan ia sekarang . . . berseorang-diri.

Ia merasa ditangannja memegang apa-apa, dan nja- ta itoelah . . doeit, oeang . . ke-doeniaan . . . jang roe- panja telah dikoempoel dan disimpan oleh ketoea-pen- djara waktoe ia berkerdja dalam pendjara

Ha . . . oeang, dengan oeang . . . orang dapat bere- nangi ke-doeniaan

Tetapi apa ertinja doenia boeat ia?

Apa ertinja doenia boeat seorang jang tidak mem- poenjai apa-apa lagi ? Seorang jang telah hantjoer hidoepnja, loedes perasaannja, roeboeh pendiriannja ? Ia takoet menjeboet dirinja lagi. . . manoesia karena apakah jang berdosa sematjam dia . . boleh teroes mendjadi. .. manoesia ?

Tidakkah ketjewa manoesia jang lain itoe bercolega- vjcan ia . .. sebagai manoesia ... ?

' Bachtiar menghela napas ....

(14)

la tjoba mengembalikan perasaannja pada jang doe- loe-doeloe, tetapi ia takoet mengenangkan . . . Kalau djaroem lontjeng boleh dipoetar balik, ia takoet akan mendjadi dirinja sendiri, akan boleh moelai poela peng- hidoepan seperti dalam garisannja

Matanja sekarang moelai dapat memandang doenia !

Ia lihat manoesia didoenia ramai . . . liwat kesana kemari.... mikoel, berdjoealan, menarik kreta lemboe, ber-kreta angin, berdeeleman, mengendalikan grobag- raksaksa .... mentjari apa ?

Hidoep ? Boeat apa ? Boeat siapa ?

Boeat orang-orang jang mendjadi tanggoengannja, jang terkasih, terpoedja . . . boeat makan, Boeat pakai, boeat mondok !

Bachtiar bertjermin bajangan dengan dirinja sendiri Ia sekarang hendak kemana ? Hidoep boeat siapa ? Selagi semoea-siapa . . . soedah tidak ada lagi ? Ia ha- roes bertariggoengan goena apa ?

Bachtiar melihat kereta api ke-Barat dan ke-Timoer

Kertiana kereta-api itoe menoedjoe ia tidak menge-

tahoei lagi !

Waktoe ia masoeki Tjipinang itoe sebagi se­

orang jang dibeli oleh Wet, didiplomakan oleh Ha­

kim ia soedah habiskan sama sekali hidoepnja didoenia. Ia akan hidoep dan mati didoenianja jang baroe itoe, ialah Tjipinang.

Ia tidak sekali ingat berapa lama sebetoelnja 9 ta- hoen itoe Ia tjoema tahoe, hari pertama dari pertama adalah permoelaan, dan harian penghabisan dari tahoen ke 9 adalah perdjalanan achir kekoeboeran

Ia sendiri sekarang heran, bahwa ia moesti kembali lagi ke doenia Njata tjita- tjitanja, keinginannja, sedang berkelahi

Bachtiar kembali memeras air-matanja

10

(15)

Kereta api, teroes berdjalan moendar-mandir Bachtiar tjoba mengembalikan ingatannja

Dengan perlahan ia seperti mengerti bahwa Kereta ke-Barat itoe adalah menoedjoe ke Weltevre­

den, Batavia Tandjoeng Priok via Pa- sar-Senen, Kemajoran atau via Manggarai, Pe- gangsaan, Gondangdia

Dan jang ke-Timoer adalah via Tjikampek, Poerwakarta ke Bandoeng, teroes ke Garoet, atau ke Tasikmalaja

Atau kereta api itoe akan menoedjoe teroes ke Cheribon, Proepoek, Poerwokerto, Kroja, Gom- bong, Keboemen, Koetoardjo Djocja

D J O C J A ?

, Djocja itoe kota Mataram jang indah Kota dari Cultuur Indonesia, dari keradjaan Vors­

tenlanden, jang memperingatkan kita dari jang koena-koena, dari djaman Wajang-poerwa, goedang kesenian, klassiek, wetenschap Timoer jang soetji-tenang, takoet gelombang

Djocja dengan Merapi jang angkar, dengan Tjandi-tjandinja jang tetap toea dalam djaman baroenja

Prambanan, Sewoe dan Kalasan sebagai pagar ke-Timoeran

Boroboedoer, Mendoet dan Pawon sebagai tembokan keagoengan Timoer jang tidak dapat diroen- toehkan oleh hebatnja gelombang ke-Modernan

Dengan Parangtritis sebagai pesisir dari Nji Lore Kidoel, pagar Indische Oceaan

Dengan Waterkasteel jang melawan ke-Ba- roean dengan koenonjo

Batik membatik ke-Pangeranan, ke-Priajian, ke-Satriaan. ke-Boedajaan ke-Agoengan jang tetap beragoeng, biarpoen doenia akan ambroek ke- sopanan-Materiaalnja

Djocja seakan-akan awan tetap memajoengi.

(16)

soepaja Mataram itoe sedjoek dan aman Goe- noeng Merapi teroes berasap goena per-symbooikan bahwa jang -toea tidak akan mendjadi moeda karena kemoedaan djaman

Djocja !

Bachtiar tersedar dalam poelas 9 tahoen, ia sekarang menoedjoe teroes langsoeng ke Mataram, di- sana ia beladjar hidoep dan bertemoe mati

Mat^ jang tidak mati

Hidoep, apa hidoep ?

Malam itoe, Bachtiar lewatkan seakan-akan se-abad lamanja akan menoenggoe datangnja pagi ...

Tatkala Fadjar menjingsing. Betara Soeria telah kembali dalam kewadjibannja . . . Bachtiar soedah ada di Station Gambir akan menangkap Eendaagsche ....

Larinja locomotief jang berketjepatan rata-rata 90 KM. sedjamnja, ia rasakan seperti roda beloem ber- poetar lagi

Dan poekoel 2 lewat sedikit Bachtiar bertemoe Djocja.

Tatkala ia berdiri dimoeka Station, ia telah mem- baroekan kenangan jang lama dan ia agak koerang pertjaja bahwa ia pernali meninggalkan kota-keSul- tanan itoe

Ia melompat ke taxi teroes ke Koentjen !

Chauffeur agak heran, karena seorang penoempang kereta-api boekan terlebih doeloe mentjari hotel, tetapi teroes ke Koeboeran.

Koeboeran achir dari jang penghabisan .... 1 Ia bertanja dan bertanja, ia mentjari dan mentjari . . . Dari satoe maesan kelain maesan . ' !

Achirnja ia menoebroek dan memeloek seboeah koeboeran sesoedah ia mem- batja berkali-kali :

12

(17)

Disini bersemajam :

Raden Adjeng ROOSMINI Terlahir 15 Djoelhidja 1843 Meninggal 27 Moeharam 1861.

Bachtiar menangis, lebih banjak dalam hatinja dari pada dimatanja.

,.Roos, 10 tahoen telah lewat, tetapi dosakoe rasanja masih hangat" katanja dengan soeara jang terpoetoes- poefbes.

Ja, Bachtiar rasanja masih melihat pisau jang tadjam itoe telah menamatkan tjeriteranja Roos­

mini dan ialah jang memboenoeh.

Kenapa pengadilan hanja memberikan 12 tahoen pendjara, selagi ia lebih kedjam dari semoea pemboe- noeh jang paling kedjam.

Ia memboenoeh setjara dipikir matang, ia memboe­

noeh setjara sehat, ia memboeat dosa boekan karena pikiran gelap, tetapi melipoeti darah, membandjirkan darah pada badannja seorang prempoean jang berboedi, ditengah hari terang benderang

Kenapa ia tidak dihoekoem mati soepaja Bapa T ere mendapat kerdja ?

Atau sekoerang-koerangnja .... Seoemoer-Hidoep •?

Di Sawah Loento, di Modjo Sragen ? Di Noesa Kambangan ? Atau kirimkan ia teroes ke Ne­

raka jang mana sadja ?

Sekoenjoeng-koenjoeng matanja dapat memandang satoe apa-apa jang membawa perasaannja kepada satoe ketika jang ia séndiri tidak dapat menebak. . . .

Seorang anak gadis jang hampir remadja poeteri berlari-larian, membawa karangan boenga ditangan, dengan ramboet jang dibawa terbang oleh angin

Sekali pandang .... Bachtiar seperti terpoekoel ....

Ia seperti telah dapat mengenali ia dengan tidak dapat mengetahoei siapa sebenarnja ia

Jang menarik itoe menoedjoe langsoeng ke- padanja

(18)

Seperti diperentah. dan seperti ia kalah koeasa, Bachtiar menjingkir

Gadis itoe agaknja heran, kenapa seorang jang tidak dikenalnja berdiri ditempat dimana ia bertoedjoean.

Tatkala ia memandang, seperti ada soeatoe hal jang menarik dan menemboes kekalboenja, akan tetapi koeboeran itoe dan menjiramkan kembang- kembang jang dikarang itoe goena koeboeran itoe. . . .

,,Iboe, 11 tahoen oemoerkoe, 9 tahoen iboe telah tinggalkan akoe, dan 9 tahoen bapa terhoekoem "

Bachtiar tidak sangsi lagi, bahwa ia moesti berde­

katan rasa dengan gadis itoe, karena pada parasnja jang beloem pernah ia djoempai, seperti memberi ta- hoekan soeatoe pertemoean jang telah lama soedah .. .

Bachtiar laloe menjamperi dengan pelahan dan bertanja :

,,Kau ini siapa anak?"

„Akoe Atmini, anak piatoe, ditinggal djaoeh bapa, ditinggal mati iboe ,,djawabnja, sambil gadis itoe memandang sekedjab paras orang asing itoe jang ia beloem pernah djoempai selama hidoepnja, tetapi parasnja seperti telah lama dikenali dalam perasa- annja.

Bachtiar menanja poela :

„Siapa bapa, siapa iboemoe ? Kenapa bapa pergi djaoeh ?"

Atmini memandang lagi sekali sebeloem mendjawab, dan ia mendapat prentah resia akan mendjawab, dan ia haroes mendjawab :

,,Roosmini Iboe, Bachtiar. . . . bapakoe !"

djawabnja.

Bachtiar terpoekoel moendoer, seperti ia roeboeh dalam saat itoe, tetapi sebetoelnja ia tidak roeboeh, ia melawan

Atmini agak aneh, tetapi ia melandjoetkan :

„Iboe mati, bapa terpendjara. Ia ditoedoeh mem- boenoeh padahal tidak. Katanja bapa terpen-

14

(19)

djara karena meneboes dosa

Bachtiar toendoek dan matanja basah.

,,Oh, bapamoe berdosa kepada iboemoe" katanja Bachtiar itoe tatkala ia dapat melandjoetkan perka- taannja, „Tentoe kau bentji kepada bapamoe

Atmini melawan, dan ia terkandas hatinja

waktoe melihat air-mata bermain dimatanja orang toea itoe.

,,Oh, tidak, akoe sajang kepadanja, dan akoe sa­

ngat mengharap datangnja. Tetapi kenapa menangis ?"

Bachtiar kaget bahwa ia dit^ak resia-ke- doekaannja

,.Oh, tidak Akoe teringat seroepa nasib pada dirikoe "

Bachtiar agak hendak berlaloe, tatkala dari djaoeh terdengar soeara teriakan

..Angkoe Bachtiar ! Angkoe Bachtiar ! Saja harap saja tidak mengimpi bahoea saja telah djoempai Angkoe Bachtiar sendri. Kenapa ? Apa 12 tahoen soedah liwat, selagi saja rasakan baroe 9 tahoen sadja".

Dilain saatnja seorang toea, jang koemis dan djenggotnja soedah berwarna poetih telah menoebroek dikaki Bachtiar itoe.'

Boeat sesaat, semoea orang membisoe, mereka sa- ling pandang begitoe, dan masing^ tidak berkoeasa akan memainkan lidahnja

,,Sardjan Pak-Sardjan Kau menjoe- koepkan djandji ?" . . katanja Bachtiar sambil angkat dan peloek orang toea itoe.

,,}a, Angkoe, hati ingin poelang kampoeng, soepaja dapat menjingkiri dan meloepakan keadaan jang maha- hébat itoe tetapi kewadjiban minta saja melihat

besarnja Raden-Adjeng Atmini, anak Raden-Adjeng Roosmini... anak ".

Bachtiar memotong :

15

(20)

,»Terima kasih- Sardjan. Pada tiap-tiap menoesia agaknja diwadjibkan goena memboeang boedi pada- koe, selagi akoe berdjahat kepada doenia mem- boeat dosa, jang tidak ada doea dalam riwajat

Selagi itoe Atmini memandang kepada Sardjan . . . . ,,Pak-Sardjan, kau artikan ia bapakoe . . . ?"

ia menanja.

,,}a .... ja ... . Angkoe Bachtiar siapa lagi ?"

katanja Sardjan jang menangis

Atmini laloe berhadapan dengan Bachtiar, dan ber­

kata :

,,Bapa, Bapa, berdjoempa kepada anak. kenapa bapa tidak lekas mengakoei ?"

Bachtiar toendoek tatkala ia mendjawab ;

..Tidak Atmini. seboleh-bolehnja bapa hendak asing­

kan diri "

Atmini memandang dengan aneh :

..Kenapa ? Tidak girang bertemoe anak ?"

Bachtiar pandang parasnja iapoenja anak anaknja jang tidak beriboe lagi.

,,Girang ? Oh, anak. Apa ada kegirangan lain lebih besar ?"

Atmini laloe memeloek dan dibalasnja peloekan de­

ngan kasih-sajang jang sangat besar antara Bapa de­

ngan anaknja

Sardjan, karena girang dan terkenangnja pada se- soeatoe kehebatan doeloe, adalah tetap air-mata mem- bandjiri pipinja. Ia menangis seperti anak ketjil ber- tangis-tangisan

,,Soedah Pak Sardjan " kata Bachtiar jang menghiboeri, „semangkin dipikirkan, semangkin besar rasa dosakoe, dan semangkin djaoeh akoe rasanja ke­

pada doenia .... dan maloe kepada .... hidoep . . .

16

(21)

Tatkala itoe mereka tdah berada dibawah poe- dengan Bachtiar doedoek disatoe batoe- besar

Pak Sardjan sambil bersila berkata :

„Angkoe Bachtiar, ditempat ini saja senan- tiasa terkenang kepada Raden-Adjeng Roosmini. Satoe waktoe, tatkala la mengoendjoengi koeboerannja sen- diri sebagi koetoekan Romonja, ia pernah bertanja : ,.Pak Sardjan, dalam hidoep akoe dapat melihat koe- boerankoe sendiri. Tidakkah akan pendek riwajat hidoepkoe, seperti kematian telah mendahoeloei adial-

koe ?" '

n' Bapanja jang menangis

Maafkan Angkoe, saja tidak dapat menahan, de­

ngan tidak mengoelangkan itoe dan sekarang Angkoe dan Raden-Adjeng Atmini berada disini ber- doea Oh Allah. Apa kiranja tidak boleh djadi bahwa arwah Raden Adjeng Roosmini sekarang laoi memandang dengan bersenjoem dari tempatnja

jang djaoeh ?" '

tidak apa, Pak Sardjan. Tiap-

j-u sakit diperingati, memang

pedih dikenangi. Tetapi, kenapa seorang berdosa ta- koet akan peri-dosanja. Seorang berdosa haroes me­

nerima hoekoemannja sebeloemnja ia mati "

Atmini sambil memeloek bertanja :

,,Kalau bapa bergirang akan kenangi riwajat janq aloe, apa kiranja bapa soedi toetoerkan riwajat iboe nwajat bapa, maka terbit lelakon jang begini sedih.

Soekakah bapa ?

Bachtiar memandang dengan sajangnja :

„Kalau itoe permintaan jang soenggoeh anak, akoe nanti toetoerkan satoe dosa dari millioenan dosa, dosa jang tidak dapat diteboes. 12 tahoen anq laloe

anak ^

12 tahoen jang laloe !

(22)

BAB III

Perahœ kandas sesat bedaboeh.

Ke Barat tak sampai, ke Timoer djaoeh.

Sore terlambat, ketinggalan . . soeboeh, Matahari tertawa, 'boelan mengeloeh !

I

rv IROEMAH Raden Mas Hadikoesoemo keli- I j hatan soenji, ketjoeali soeara gamelan jang di-

poekoel pelahan.

Sardjan, dalam oesia 12 tahoen lebih moeda, me- lenggoet diroeangan tengah, seperti diwadjibkan me- moetar teroes menoeroet maoenja sang veer ,

Keadaan kota poesat Mataram jang ramai, pelahan- pelahan moelai djadi sepian, ketjoeali djalanan besar Malioboro tetap terang dan banjak orang moendar- mandir

Lontjèng telah sampai pada poekoel 12 tengah- malam, dan ini dapat ditetapkan tatkala soeara lon­

tjèng memoekoei 12 kali

Soeara gamelan poen lantas berhenti

Raden-Ajoe jang hampir mengantoek, seperti dapat disedarkan karena berhentinja soeara gamelan itoe.

Ia menengok kekanan kiri, tetapi tetap soenji

dan memandang kesatoe djoeroesan, ia lihat Sar­

djan soedah melenggoet dengan ke-

palanja moelai menari dengan lagoe mentjari bantal.

,,Sardjan !" memanggil Raden-Ajoe.

Sardjan kaget dan menjembah.

..Sardjan. kau tahoe gamelan soedah berenti ?"

Sardjan jang pikirannja beloem kembali, balik me- nanja :

,,Apa soedah dipoekoel nDoro ?

Raden-Ajoe merengoet : „Apa jang dipoekoel ? Akoe tanja gamelan ?"

(23)

„Soeroeh mainkan sekarang, nDoro ?" Menanja poela Sardjan dalam ngantoeknja.

,,Eh, gila Lihat ini poekoel berapa ?" mem­

bentak Raden-Ajoe.

Sardjan moelai tersedar menjembah meminta

„Soedah poekoel 12 roepanja saja kepoelesan Biarlah sekarang saja koentji pintoe

„Apa jang dikoentji, semoea orang beloem poelang"

„Beloem poelang ?" kata Pak Sardjan, dan sekarang la faham, kenapa Raden-Ajoe bermoeram doerdja.

Sardjan menjingkir dan menoenggoe diloear.

,,Roemah begini soenji. Gila vergadering, gila boe- koe, gila modern, tidak ada satoe jang betoel. Roemah seperti tidak bemanoesia . . .

Raden-Ajoe melirik keroeangan kamar-boekoe dan ampoe masih menjala. Ia menjamperi . . dan dapat­

kan anak-lelakinja Soedjono, tetap berkawan dengan toempoekan boekoe.

„Soedjono, Roosmini beloem poelang, sekarang soe­

dah poekoel 12. Sebagai saudara kau haroes ketahoei kebinalannja Roosmini. Ia liwat watas," kata Iboe itoe kepada anaknja.

Raden Soedjono menéngok sebentar dan mendjawab dengan pendek :

,,Ach, boekan Iboe. Kalau ditegor tentoe tjektjok.

Roosmini tenggelam terlaloe dalam didasar kemoder- nannja.. .."

Dan Soedjono teroes membatja .. .

,,Kau tidak boleh membilang bosan, Roosmini ada­

lah soedara kau satoe-satoenja ..."

Ia tidak mendjawab, dan lagi poen ia tidak diberi kesempatan mendjawab selagi iboe itoe berdjalan ke- loear, karena mendengar soeara andong masoek dalam pekarangannja. . .

19

(24)

Ia dapatkan soeaminja lagi disamboet oleh Sardjan jang menerima toengkat dan taschnja ....

„Kangmas dari mana ?" menanja Raden-Ajoe. „Ke­

napa sampai begini laat ?"

„Akoe ? Kenapa ?" Memandang Raden Hadi de­

ngan aneh. „Biasa, dari satoe Congres besar ? Ada apa ?"

„Vergadering, Congres, tidak poetoesnja. Apa 'Den- mas hidoep djadi boedaknja Vergadering dan Con­

gres ?" menjomel Raden-Ajoe.

Dengan angkoeh Raden Hadi mendjawab : ,,Itoe boekan Kau poenja oeroesan !"

Raden-Ajoe tersenjoem. „Ja, tetapi bereskan Masja- rakat Roemah Tangga dahoeloe, Kang-mas ! Roosmini haroes ditiliki. Tiap malam poelang laat, dan sekarang ini belo'em lagi poelang. Kemana ? Apa tidak berbahaja nantinja ?"

Raden Hadi memandang dengan tidak banjak' per­

hatian tatkala ia mendjawab :

..Kenapa ? Itoe boekan a/coe poenja oeroesan."

Raden-Ajoe menghela napas :

„Apa saja bilang doeloe. Sekolakan anak gadis djangan terlaloe tinggi. Sampai di Mulo, apa goena ? Sekarang, 'Kang-mas angkat poendak".

Sambil poetar koemisnja. Raden Hadi sangat tidak moefakati pikiran isterinja itoe .. .

„Kembali kau perbintjangkan kekoenoan. Habis, tidak disekolahkan, anakmoe maoe didjadikan poeteri- dapoer ? Berpotlcod dengan iroes ? Roosmini sering poelang laat, karena kau kasi banjak kasi hati, djadi- nja .. . anak ... alaman ..."

Kemoedian sambil berdjalan masoek ia berkata ; ,,Itoe kau poenja salah, boekan sekolah poenja sa­

lah .. . ."

Dan .. . boeat tjegah conflict Raden Hadi meng­

hilang.

,,Salah, selaloe salah. Ha. anak djaman sekarang,

(25)

sekolahnja setinggi poehoen kelapa, tetapi pikirannia

... mentah. '

Sang Iboe jang penasaran maoe intip bagaimana poelanghja ia poenja anak.

Ia sengadja padamkan semoea lampoe dan ia senqa- dja doedoek disatoe korsi jang dari loear tidak akan dihhat.

Betoel djoega, tidak antara lama poela, terdapat be­

berapa bajangan diloear djendela. Bajangan itoe njata boekan lam jalah Roosmini dan seorang lelaki kawan- nja, jang sesoedah menengok kedalam, dan mendapat kepastian bahoea semoea orang soedah tidoer, mereka seperti beloem poeas, telah mengobrol banjak lagi....

letapi nampak sekali lakoenja mereka itoe terboe- roe-boeroe.

Kemoedian seperti ada perdjandjian apa-apa, Roos- mini dengan djalan dioedjoeng kaki, soepaja tidak me- nim^oelkan soeara, laloe berdjalan masoek.

Hampir sadja ia meliwati semoea garis roeanqan itoe tetapi njata perdjalanan itoe tidak aman agaknja ka- rena baroe sadja mendekati pintoe kedalam, lampoe Rai-Ajî ^ Sardjan jang diberi perentah oleh Njata Raden-Adjeng Roosmini jang modern itoe se­

karang berada dihadapan iboenja, jang njata hendak meminta keterangan selengkapnja.

Roosmini roepanja dapat mengetahoei itoe, bahoea verelag lengkap haroes diberikan kepada iboenja

engan iboenja ia tidak banjak choeatir, dan seba­

gai seorang gadis jang mandja, ia tahoe benar bahwa Iboenja sangat sajang kepadanja

Ia poen tahoe, bahwa sebolehnja ia tidak akan ber- jerita banjak, selaloe ia bermaksoed akan menghilang kembali Malam itoe adalah Malam-Minggoe, di Club nja terdapat keramaian ketjil. Malam Windon karena perkoempoelan Kaum-Poeteri-Modern telah berdiri 8 tahoen . . . dan sebolehnja, Roosmini ingin soepaja ia

(26)

dapat hadliri itoe . . . dengan meminta vergunning ....

jang ia tahoe tidak akan moedah didapatnja, atau ba­

kal dioeroeki oleh banjak sekali pertanjaan.

Roosmini laloe menjamperi iboenja dan memeloek dengan kasih sajangnja.

Sebeloem iboe itoe sempat njatakan perasaannja. le­

bih doeloe Roosmini soedah berkata ;

„Iboe, begini malam beloem tidoer. Nanti masoek angin saja jang soesah ".

Perkataan ini dioetjapkan dengan senjoeman jang manis.

Marahnja sang iboe soedah koerang 50 %. Dadanja jang tadi berombak-ombak, sekarang agak moelai tedoeh Matanja jang tadi agak menjala, seka­

rang soedah setengah padam.

Roosmini sesoenggoehnja ada terlaloe manis akan dimarahi. Siapa jang memandang ia haroes menjoekai sepenoehnja.

Ia, seorang gadis dalam oesia kira-kira 16 tahoen, berbadan tinggi koeroes dengan ramboet masih pen­

dek karena beloem menjoekai akan berkonde, dan baroe sadja berapa boelan melepaskan pakaian rok.

Ramboet itoe tidak lóeroes, hanja berombak-ombak patah-majang dan sangat molek dipandangnja. Mata­

nja agak lebar, idoengnja mantjoeng tinggi seperti seorang poetri Mezir. Ia soeka bersenjoem, pandai berseri dan banjak tertawa tjoema boeat gam­

bar doea barisan giginja jang poetih jang teratoer be- gitoe roepa ... seperti pagar moetiara.

Tatkala ia berpakaian Barat, memakai rok model apa sadja, selaloe pantas dibadannja. Selainnja ini Roosmini sangat berani ber-mode. lapoen sering me­

makai tjelana teroetama waktoe bikin perdja- lanan oepamanja ke Parangtritis atau Boroboedoer .. .

Karena sangat menjoekai mode-mode Barat, tadinja orang choeatir, Roosmini tidak dapat menghargai pa-

(27)

kaian ke-Timoerannja. Njata doegaan ini keliroe, ka­

rena tatkala ia soedah remadja poeteri, ia moelai ter­

tarik dengan kain-kain pandjang

Memakai kain Parangroesak ketjil jang diwiron se- tjara Mataram, dengan badjoe kebaja potongan fan­

tasy, jang berani sekali difantasikan oleh Roosmini. . . meroepakan satoe combinatie jsng sangat perfect, hingga orang menjeboetkan pakaian jang seroepa itoe:

RoosminirStijl.

Sesoedah memandang lama pada anaknja, dan se­

tengah hilang amarahnja, sang iboe tjoema bisa me- nanja :

„Kau dari mana ngGèr ?"

,,Kapan dari badminton, 'boe" djawabnja dengan genit sambil oendjoeki racket badmintonnja.

,,Badminton ? Dari poekoel 4 soré sampai poekoel 12 tengah-malam ?" menanja sang iboe poela.

,,Habis badminton, nonton bioscoop

Sang iboe jang telah faham, pandainja Roosmini menjoesoen tangkisan-tangkisan, sekarang akan tjoba mengoeloer sampai berapa djaoeh anaknja dapat me- njiptakan alasan-alasan.

,,Habis bioscoop ?"

,,Poelang djalan kaki Tidak ada andong 'boe"

djawabnja Roosmini dengan alaman sambil oeroet- oeroet kakinja seakan-akan mengoendjoekan

tjapainja.

,.Berapa djaoeh ? Djalan 3 djam ?"

,,Teman-teman adjaki mampir ,,Mampir lagi kemana ?"

,.Mampir di Aloon-aloon, kcbetoelan ada Wajang- orang Nonton".

„Bagoes ! Komplit betoel. Tadi jang didjendéla . . . siapa ?"

,,Oh, biasa sama Kartini, Soekaesi Ja- coba

(28)

Perkataan ini jang bakal melantoer djaoeh telah di­

potong oleh iboenja.

,,Akoe tanja jang didjendela tadi siapa ? Roosmini seperti tidak mengerti :

„Jang mana ... 'Boe T'

„Jang didjendela tadi, sebeloem. kau masoek ke­

mari ?"

Roosmini sekarang memeloek dan tjioemi iboenja...

„Boe, 'boe, apa Iboe sajang sama Roosmini ?"

,,Iboe soedah tahoe maoe djoega menanja.

Kapan itoe Bachtiar".

Raden-Ajoe pandang paras anaknja :

„Bachtiar ? Selaloe sama Bachtiar. Kapan kau tahoe Romomoe tidak soeka

Roosmini agak tjembroet parasnja.

,,Ach, Romo si-Kolot, tidak kebagian Mo­

dernisme " kemoedian sambil doedoek dipang- koe iboenja, ia berbisik : ,,Iboe, ini malam di Club saja;

ada pesta Windon. Saja dipaksa moesti datang Moesti 'Boe. Kalau saja tidak ada, pesta tentoe koe­

rang ramai ".

Sang Iboe tersenjoem.

„Hm, sombong, karena kau dimoeliakan sebagai kembangnja Mataram. Baroe datang maoe pergi lagi.

tidak. Minta sama kau poenja Romo '.

Roosmini hendak memprotest, tetapi sang Romo soedah berdiri dimoeka pintoe dengan koemis berdiri.

.„Apa ini ? Bagaimana anak tidak mandja, dan me­

nari diatas kepala. Tidak ada, riboet. Soedah poe- lang, boekan dikorreksi salahnja, malah dipeloek-pe- loek " kata Raden Hadi.

Roosmini lompat dari pangkoean iboenja dan ber­

kata : „Aiiii Romo, non-stop betoel dalam hal ; ngomel. Soedah malam 'ni Romo".

Sang Romo agak perloe memakai aksi djoega, dan

(29)

kelihatan seperti kaget jang sengadja dioendjoekkan waktoe melihat anaknja

„Eh, kau Roos. Astaga Firoellah. Akoe kira Bin- tang-film dari mana. Aiiii, boekan main aksinja. Dari mana, anak-manis ? Kapan masih beloem pagi, ini kan Zaterdagsavond ?"

Roosmini tertawa berkakaan tatkala ia disindir de­

mikian roepa.

„Ha-hai Romo. Dari kapan beladjar ... menjin- dir ?"

Sang Romo seperti bitjara soenggoeh :

„Boekan menjindir. Boeat satoe gadis Ultra-Mo­

dern, poekoel 12 masih terlaloe soré

Roosmini tertawa-geli dan gadis jang nakal ini tatkala melirik pada Romonja, dapatkan bahwa sang Romo masih berpakaian dari pepergian, malah...

tidak pakaian Sordjan Djocja, hanja Beskapan Solo...

Roosmini laloe menjamperi dan peloek Romonja

„Ini, Romo dari mana ? Wa, aksi, pakai badjoe beskapan tjara Solo. Pantas Iboe marah-marah.

Kabarnja diroemah nDoro Patih ada pesta Najoeban besar. Tentoenja Romo habis nandak . Na. ke- tahoean hajooo ".

Sang Romo kelihatan marah betoel :

„Siapa bilang akoe pergi pesta ?" kemoedian ia laloe memberi ultimatum agaknja : „Roosmini. akoe tidak maoe kau poenja pergaoelan dengan Bachtiar dite- roeskan Ingat betoel" dan sebeloemnja ia ber- laloe ia menoetoep waarschuwingnja : „Dan, djangan bawa tingkah terlaloe menjolok ".

Roosmini ditinggalkan ... sendirian dalam marahnja

Roosmini telah mengambil poetoesan, bahwa biar- poen dengan tjara bagaimana, Pestar-Windon itoe ti­

dak boleh ia mangkiri.

Selagi itoe didjendela soedah penoeh dengan ka-

25

(30)

wan-kawannja dan berapa antaranja telah menerobos masoek.

Roosmini djadi ripoeh, ia tidak tahoe apa jang ia moesti berboeat dan kalau Romonja keloear kembali, ia koeatir, ia nanti mendapat maloe, berhoeboeng de­

ngan adatnja jang conservatief dan sangat koekoeh dengan kekoenoannja.

Bachtiar, jang mengepalai barisan jang menjerboe tadi telah berkata :

„Roos, kita soedah kedinginan karena emboen . . . katanja,

Soeaib, seorang kawan jang paling bengal mempro- test : „Maoe toenggoe sampai matahari ngintip

Sang Romo soedah berdiri didepan pintoe, ,,Apa ini ? Begini banjak tetamoe tengah malam boeta Ini waktoe orang tidoer, boekan waktoe bertetamoe..."

Kawan-kawannja Roosmini tahoe siapa adanja Ro­

mo Roosmini, dan sengadja boeat menggodai, Romo itoe dihoedjani oleh ,,Dag-Oom" oleh mereka itoe, teroetama kawan-kawan perempoeannja Roosmini. . . dalam golongan Ultra-Modern.

Raden Hadi mengerti, bahwa anak-anak itoe senga­

dja berlakoe begitoe roepa, dan sekarang ia mendapat kesempatan akan tjoba sikat mereka poenja per- boeatan.

Raden Hadi laloe koempoelkan mereka itoe, dan ia berpidato pendek :

,,Apa ? Apa ? Apa ini ?" katanja Romo itoe dengan beraksi mengoendjoekkan herannja. ,,Gadis-gadis ke- loejoeran poekoel 1 malam, apa manis dipandangnja ? Modern-kemana ? Kita bangsa Timoer tidak boleh se- tjara boeta-toeli meniroe Barat. Mentah] Kita terpe- ladjar boeat matangkan otak, tidak boeat menggoe- goerkan kesopanan Timoer jang agoeng. Ajoo poe- lang".

Kawanan pemoeda dan pemoedi itoe tentoe

26

(31)

sadja djadi riboet, dan menjatakan tidak moefakatnja.

Soeaib adalah jang lebih doeloe madjoe :

„Ik, protest, Oude-heer Romo. Kita hidoep boeat ikoeti djaman, djangan ketinggalan di... Dapoer ..

Kimong, alias si-pendek poen ikoet madjoe :

„Jes, adat-koeno haroes disimpan sadja di. . . . Museum Romo".

Raden Hadi tertawa

Selamat-malam anak-anak. Pikiran diwaktoe lepas djaoeh malam, sering nganglong Poelang tidoer, soepaja dapat pertimbangan lebih sempoerna

kemoedian ia laloe menengok pada Sardjan. „Sardjan, ini soedah poekoel 1 malam, toetoep, pintoe depan . .

Semoea orang sama tinggalkan roemah itoe dengan mengomel sedang Roosmini laloe lari masoek kekamarnja tetapi karena amarahnja, tatkala semoea soedah habis digebah oleh Sardjan, ia meng­

hadap lagi kepada Romonja.

,,Romo memboeat maloe. Romo hinakan saja, hina­

kan kawan-kawan saja".

Sang Romo dengan sabar mendjawab :

„Memboeat maloe ? Menghinakan kau dan kawan- kawan terpeladjar, mengoendjoekkan aksi terlaloe bru­

taal loepa adat-sopan begitoe ?"

Sambil berkata begitoe sang Romo masoek keda- lam tinggalkan gadisnja jang kalap.

Dengan oering-oeringan Roosmini hendak kembali ke kamarnja, tetapi ia sekarang berhadapan dengan Soedjono saudaranja, jang telah lama mengintip.

,,Roos, apa tidak maloe. Saban terbit tjektjok da­

lam roemah ini, semoea karena kau. Kau satoe gadis Timoer, tinggallah dengan kau poenja ke-Timoeran".

Roosmini jang soedah marah, tambah lagi marahnja.

,,Apa lagi? Roemah ini roepanja terdiri dari satoe Battalion Barisan Kolot

Soedjona tertawa berkakakan.

..Mengapa tertawa T'

27

(32)

Soedjono menerangkan : „Akoe tertawa, oedang di- ténggok, tidak dapat air, mabok".

Roosmini mendjengèki dengan djebikan bibirnja . . . ,,Ach, kau satoe stel dengan Rome. Roepan ja kau kepingin perempoean pergi pasar, djadi baboe, djadi boedaknja lelaki of paling mentereng, djadi. ..

poeteri dapoer. Apa goena sekolah ?"

Soedjono menerangkan :

,,Bersekolah boeat tjari kepandaian, boekan boeat gila-gilaan. Kemadjoean dan adat boeat perempoean Timoer, ada poenja batas sendirinja jang soetji. Akoe mengerti kau banjak dipengaroehi oleh Bachtiar. Satoe hari akoe nanti adjarkan ia adat !"

Dengan marah Roosmini djawab ;

„Ach, itoe semoea Nonsens, Nol-besar".

Roosmini menetapkan poetoesannja, biarpoen ia djalan keloear dari djendéla. Biarpoen bagaimana, ia berpoetoesan akan boektikan perkataannja

28

(33)

BAB IV

Angin Barat, geloembang menderoe, Berdoejoen-doejoen berganti baroe, Kemoedi salah, haloean keliroe.

Kandas ditengah laoetan biroe....

1

K /r ENIROE Barat.... setjara ngawoer, djoes- V I troe ada penjakit menoelar dalam kalangan L J, Timoer.

Pemoeda dan pemoedi jang asjik berlomba-lombaan dalam ke-Modernan, kebanjakan dengan mata me- ram mereka meniroenja serba-serbi meniroe sa- dja. apa jang dipandang gilang goemilang dalam ke- Baratan

Barat jang agoeng dan garang, jang hanja soeroep ke-Baratannja, telah ditelan boelat oleh si-Timoer . . . dengan tidak timbang menimbang lagi

Kepada masing-masing telah diberikan sendirinja, apa-apa jang menjotjoki masing-masing keadaannja.

Barat itoe garang, Timoer itoe tenang, mereka seperti Minjak-air ta' dapat bersatoe

Boleh tetapi tidak hanja mengadoek Mate- ïial ke-Baratan, Timoer tidak boleh hanja poêlas da­

lam kandangnja. Mereka poen haroes toeroet berpatjoe patjoean tetapi perwatasan soedah ada

Tembok katja jang mengandang diantara doea be­

lah fihak, tipis nampaknja, tetapi tiHak dapat ditem- boesi oleh pengaroch apa sadja

Timoer dan Barat, adalah doenia masing-masing . . . dengan masing-masing goemilang dan amannja

Nasi-goedeg tidak dapat dimasak tjap- tjay bersama dengan Huzarensla

Seperti Ontjom-Garoet tidak akan mendjadi Ontjom-de-Luxe karena dimasak dengan Mentega- Australia

29

(34)

Malam itoe. Pesta-Windon dimoelai djam 1 ma­

lam satoe kegandjilan jang disoenglap oleh si- gadis-gadis Modern... karena hendak goenakan mereka poenja Zaterdag-avond tidak tjoema setengah- malam

Jang modern rasanja koerang modern, kalau tidak dapat tjiptakan sensatie jang boleh menampar pendi- riannja si-Kolot-kolot jang mereka oepamakan adalah mereka poenja oude-heer.

Samboet karena datangnja Roosmini diterima de­

ngan tidak ada Roosmini, segala apa agaknja koerang ramai Roosmini senantiasa menggembirakan, dan hi- doep dalam tiap-tiap pelosok ia datang

Baroe sadja sampai Roosmini laloe berkata : , , S o e d a r i . . . s o e d a r i k i t a s e k a r a n g p e r a n g !"

Kartini jang selamanja bergembira dengan tiap-tiap gembiranja Roosmini menjamboeng :

„ P e r a n g ? "

,,}a, perang , kata Roosmini lebih djaoeh. ,,Modern contra Kolot, Wanita lawan pemoeda

Soekaesih jang agak toeroet-boeta, laloe menjela : ,,Kita prek-persetan semoea lelaki ?"

Beloem lengkap hendaknja, apabila tidak Soekaesih itoe mendapat kawan setolol.

„Kita boycot pemoeda ?"

Karoean sadja pemoeda-pemoeda berdjengit. Kalau Wanita moesti prek-persetan pemoeda dan boycot le­

laki ada harapan mereka itoe haoes de­

ngan Liefde.

Wanita poen lapar ! Roosmini berkata lebih djaoeh :

„Tidak. Hak perempoean terlaloe diilas-ilas. Kita maoe merdeka ! Kita boekan perawan kolot ! Kenapa moesti selaloe disoeroeh oekoer dapoer ?"

Kemoedian sambil memandang kepada kawan-ka-

30

(35)

wannja, atau boleh dibilang kaumnja, kaum Wanita- binal, ia meneroeskan :

,.Kita terpeladjar, kita maoe lihat doenia Accoord ?"

Kartini selaloe bersetoedjoe, maka ia tidak diminta doea kali, ia laloe menjatakan :

„Natuurlijk accoord !"

Roosmini berkata lebih djaoeh :

„Lfelaki maoe menang sendiri, kita boneka hidoep.

Polygamie, apa manda perempoean di-madoe ?"

Soekinah adalah sekarang bergiliran memboeat sa­

menspel :

„Natuurlijk niet. Lawan Polygamie !"

Roosmini melandjoetkan ;

,,Kita disekolahkan, tetapi kita disoeroeh djadi ga- dis-koeno. Hak kawin diperkosa, kenapa ?"

Bachtiar, jang terkenal mendjadi pemoeka kawan- kawannja dan ketoea dalam Masjarakat pemoeda, se­

laloe andjoerkan dirinja dipaling depan.

„Betoel Roos. Polygamie, kaum pemoeda poen me­

lawan. Pemoeda modern berikan hak sama rata ke­

pada kaoem Wanita".

Älaoedin poen tidak maoe tinggal dibelakang.

,,Kita moesti tentangi kekolotan. Conservatisme.

Egoisme enzoovoort-enzoovoort ".

Soeaib tidak kenal membisoe dalam hal begini. Ia jang paling pandjang dan anggap paling pandjang pikiran.

,,Natuurlijk Zeg. Modern, accoord 100 % Vaste- prijs, maaaaarrrrr djandji. Modern tinggal mo­

dern, kaoem Isteri djangan main klompen diatas ke­

pala ".

Semoea orang tertawa, dan Roos dengan gembira meneroeskan :

,,Yes, Wanita haroes merdeka. Co-operatie ada per- loe. Wanita dalam kerdja Sociaal dan Politiek ! Da­

lam Völksraad, dalam Parlement ! Kenapa tidak ?'

31

(36)

Soeara accoord hampir dengan berbareng

Tetapi Roestam jang agak pandjang pertimbangan, pertimbangkan mereka itoe lagi gembira-ngawoer....

dengan mata silau pada sinar matahari. Ia mene­

rangkan :

,,Hé, saudara dan saudari. Jang modern djangan terlaloe modern. Djangan beladjar berenang di petjomberan, nanti makan loempoer .. .

Satoe lawan semoea, karoean sadja Roestam dikerojok.

Tetapi ini hanja satoe Intermezo, bahwa pada soal apa sadja nistjaja terbit pro dan contra. Tidak ada manoesia atau tidak semoea manoesia boleh ditoen­

toen seperti kerbau ... Satoe-satoe kali, benar atau salah, ia mejawan. Adat manoesia jang begini haroes orang indahkan.

Pesta djalan teroes dengan ramai

Ada jang bermain muziek, ada jang menjanji, ada jang bermain Hawaiian Beberapa kawan per- empoean jang pandai bernjanji mendapat giliran ma- sing-masing akan memperdengarkan soearanja

Menjanji serba-serbi lagoe Indonesia, oempamanja Krontjong jang terkenal sebagai Java-Serenade, dan berapa lagoe Modern jang sebagaian digoen- ting, diadoek atau dimasak... dari lagoe- lagoe Belanda atau Inggris. Kadang-kadang ada jang menjolok, tetapi ada banjak djoega jang kita bisa ang­

gap seperti aseli lagoe kita

Roosmini jang Modern, senantiasa kemoekakan ke- Modernan dalam njanjiannja, goena menambahkan se­

mangat soedari-soedarinja akan madjoe teroes .. . djangan ,lihat lagi belakang. Sangsi, berarti lambat akan orang sampaikan doel tjita-tjitanja

Oh, prempoean, Djaman sekarang, Djangan terbelakang, Berpatjoe'patjoean.

32

(37)

Oh, prempoean.

Wanita Modern, Sombongkan iman.

Dalam pergerakan.

Fadjar menjingsing, Doenia bersaing, Djangan didapoer,

Doedoek terpekoer.

Oh, prempoean, Hajoolah kawan.

Kita menjeberang, Geloembang djeman.

Orang semoea bergembira, dan soedah tentoe, jang paling gembira adalah Bachtiar, karena perasaan Roos- mini-Bachtiar itoe agak soedah bersatoe kiranja.

Tjoema Roestam selaloe merasa, jang terlaloe gembira itoe dikoeatir akan bertemoe apa-apa dibelakang ha- rinja.

Orang-orang jang asjik gembira itoe sama sekali tidak mengambil perhatian bahwa Bachtiar telah di­

minta keloear oleh Raden Soedjono.

Interview dilakoekan dalam tempo jang sangat pen­

dek Begitoe ringkas, sehingga dapat melepas­

kan perhatian orang.

,,Bachtiar, akoe ingin bitjara dengan empat mata . . demikian barisan perkataan pertama jang dioetjapkan oleh Soedjono dengan sabar.

Bachtiar poen tidak memboeat riboet, sambil me­

mandang pada parasnja itoe bakal-ipar jang begitoe roepa, ia bertanja :

.,Kenapa tidak disini, Djono ?" katanja.

Soedjono menolak :

,,Tidak ! Akoe ingin kita hanja berdoea setjara laki- laki", djawabnja dengan pandangan seperti hendak menimbangkan kelaki-lakiannja.

33

(38)

Dan Soedjono tahoe bahwa ia tidak akan sangsikan ini, karena seorang lelaki jang ditantang begitoe tja- ranja, tidak ada semangat akan dapat menolak.

Sambil bersenjoem-simpoel, seperti mengerti apa jang terdjadi, Bachtiar mendjawab ; „Baik, Djono".

Kedoeanja laloe berdjalan keloear, seperti jang telah ditoetoerkan tadi dengan melepaskan diri dari perha­

tian orang. Tjoema Roosmini jang mempoenjai per­

hatian speciaal akan Bachtiar dapat melihat ia ber­

djalan kepintoe dengan seorang lain, tetapi ia tidak dapat membadenja bahwa orang itoe adalah saudara- nja sendiri

Diloear tidak banjak terdjadi variatie

,,Bagoes Demonstratiekan kebiadaban" tjoema ini sadja meroepakan proloog, dan lain saatnja tin- d j o e n j a S o e d j o n o t e l a h m e l a j a n g , d a n s a t o e s w i n g . . . . tjoekoep bikin Bachtiar terlempar.

Bachtiar memandang dengan tertawa tetapi tatkala ia bangoen, ia mendapat poekoelan kedoea . . . Boeat seorang laki-laki tjoema tiga kali poekoelan sadja manda, biarpoen terhadap kepada siapa djoega.

Poekoelan pertama ia mengalah goena Roosmini.

Poekoelan kedoea ia mengalah goena kasih-hatinja.

Poekoelan ketiga adalah goena menghormati seorang bakal saudara ipar, tetapi Tidak ada seorang lelaki manda menerima poekoelan ke-empat sebagai boelan-boelan

Tatkala Soedjono kirimkan poekoelan jang lain, ada­

lah ia sendiri menerima tondjokan dari Bachtiar Perkelahian setjara gentleman, setjara laki-laki....

tjoema hendak memoeaskan hatinja

Tetapi sebeloem djadi sangat hebat. Roosmini jang roepanja tjoeriga telah datang sama tengah

Ia meminta dengan sangat soepaja Bachtiar menga­

lah boeat goenanja Maafkan 'Tiar, akoe ber- tanggoengan", katanja.

34

(39)

Kemoedian dengan paras menjesal ia pandang sau- daranja

„Djono, apa kau berotak waras ?"

Soedjono tertawa: „100% Roosmini! Apa ini?

Main komedie ? Vrije-Omgang ? Atau ke Djoerang ?"

Roosmini dengan goesar:

„Djono, doenia telah lama datang fadjar, Timoer- Barat haroes berpatjoe-patjoean

Soedjono sekarang tertawa, roepanja hilang marah- nja, karena melihat, bagaimana djaoeh orang dapat kesasar

Njata orang jang lagi tersesat, tidajc dapat melihat jang benar

Pertimbangan seperti soedah tidak ada lagi Pemoeda-pemoedi jang mabok ke-Modernan seperti mabok 13 botol Whisky Black & White,

tidak dapat bedakan lagi apa merah dan blaoe

Soedjono berkata : Dengar :

Timoer-Barat tidak djaoeh, Tembok-katja hanja pagatnja.

Tetapi bersatoe, pajah soenggoeh, Minjak-air, itoe boektinja.

B a r a t . . . . A g o e n g - g a r a n g , T i m o e r . . . . S o e t j i - t e n a n g ,

Jang satoe . . . . Ombak ditantang, Jang lain . . . . Takoet geloembang.

Sebagai climax, Soedjono dikerojok kaum perem- poean, jang soedah liwat goal-pal ke-Modernannja . . . dan Soedjono moesti berlaloe sebagai petjoen- dang dengan diketawai...

(40)

BAB V

Dipasir poetih ombak berderai.

Gelombang bermain ditepi pantai, Daoen kelapa melambai'lambai.

Memanggil semangat lekas sampai.

EN GAN bertempat dibawah poehoen Ke- moening jang haroem baoenja, disaksikan oléh Dèwi 'Boelan, sepasang merpati itoe selagi memperdamaikan nasibnja jang agak terantjam oléh haibatnja perang Kolot-Modern, seperti jang te­

lah dinjatakan sendiri oleh Roosmini dalam gembira- nja waktoe Winden perkoempoelannja Kaoem-poeteri.

Baahtiar samibil memandang boeah hatinja, berkata :

„Roos, tjinta kita agaknja terapoeng dipesawang awan. Tenggelam tidak, timboel tidak

Roosmini hanja dengan senjoemnja jang tawar, berkata :

„Bagaimana kalau kita hidoep di 20 tahoen jang laloe, 'Tiar ?"

Bachtiar tertawa tidak dalam tertawa.

.,Akoe djadi pendita, kau djadi penoenggoe dapoer".

Roosmini ringankan hatinja jang tertindih dengan mentjari kesempetan tertawa berkakakan, biarpoen itoe dilakoekan sengadja begitoe roepa, biarpoen tidak ber­

kenaan dengan oerat gembiranja.

Baohtiar memegang tangannja Roosmini dengan soenggoeh, seperti ia koeatir, balhwa mereka akan meroepakan petjoendang dalam pertempoerannja.

,,Roos, kita tidak boléh moendoer", katanja.

,,Kenapa moendoer ?" memotong Roos.

„Kita tidak boléh bersetengah ?" menjamboeng dan menetapkan Bachtiar.

(41)

„Kenapa moesti ?" memotong poêla Roos jang nakal.

Bachtiar meminta, so(ipaja Roosmini berlakoe lebih soenggoeih, dengan sorotan matanja.

„Keatas tidak berpoetjoek, kebawah tidak beroerat, ditengah-tengah dilarik koembang

Sekarang Roosmini pandang Bachtiar seperti se­

orang poedjangga, kepada siapa ia boléh pertanggoeng- kan keberoentoengannja.

..Tentoe 'Tiar.

Djika takoet dïlamoer-pasang, Djangan beroemah ditepi pantai, Kaloe takoet tjinta bertofan.

Kenapa kita berdjoedi kasih ?"

Sambil memelok Bachtiar seperti mendapat tenaga dan semangat berlipat karena persatoean kasih dan rasanja

,,Baik Roos. Akoe nanti minta sama kau poenja Romo, tetapi kalau gagal ?"

Roosmini memastikan tatkala ia djandji : ,, D jangan takoet, kalau loepoet kemana 'koe ikoet ?"

Mereka saling pandang seperti ihendak menetapkan tidak 'dengan soempah masing-masing perkata'annja...

Lain harinja Bachtiar setengah didjemoer diroeangan tetamoe dari Radèn-Hadi, dengan saban-saban diawasi oléh Sardjan, seperti ia hendak menanja, apa tetamoe itoe tidak mempoenjakan perasa'an bahoea keda- tangannja seperti sangat tidak diinginkan

Karena soedah menoenggoe lama, Bachtiar dengan setengah djengkel, biarpoen ia soedah memakai kesa­

baran jang loear biasa akan hal ini, ia laloe rhenanja- kan pada Sardjan.

,,Sardjan, berapa lama lagi akoe mesti me­

noenggoe ?"

37

(42)

Sardjan hanja mendjawab dengan sangat pèndèk : ,,Saja tidak tahoe Angkoe".

Badhtiar laloe berkata lebih djaoeh :

„Toeloeng sampaikan, akoe tidak ada tempo Sar­

djan

Tidak dengan perkata'an lain, hanja pandang seke- djab parasnja tetamoenja itoe Sardjan berdjalan ma- soek, dan tidak lama kemoedian keloear kembali de­

ngan seroepa tekoekan paras.

Kalau tidak ada tempo, katanja disoeroeh poe- lang sadja katanja Sardjan.

..Apa T ' , menanja Bachtiar dengan mendongkol, dani kepingin ia salah mendengar perkata'an itoe.

,,Katanja Kalau tidak ada tempo, soeroeh poe- lang sadja !"

Bachtiar kepaksa mesti telan loedahnja sendiri, tat­

kala ia berkata dan mesti : ,,}a ada tempo ".

Bachtiar disoeroeh lagi menoenggoe 38 minuut, de­

ngan sangat serba salah hendaknja. Doedoek salah, berdiri salah, dan terpaksa mengoekoer roeangan de­

ngan tindakannja jang sabar-sabar, soepaja ia dapat hiboeri zenuwnja jang berkerdja terlaloe tjepat dan panas.

Achirnja jang ditoenggoe moentjoel, dengan lakoe malas-malasan, dan ia sendiri tidak mengerti, bahoea ia sengadja didjemoer atau memang didjemoer ? ! ? Wel, sebagai seorang jang mengharap apa-apa, ia mesti bersabar dan- dengan oendjoeki moeka ma­

nis, karena ia haroes hormatkan seorang toea jang mendjadi ajahnja seorang gadis jang ia sangat kasih, biarpoen orang toea itoe parasnja lebih asam dari tjoeka, dan sinaran matanja begitoe goeram, seperti sama sekali tidak ada matahari, mendoeng tebal hendak toeroen petir.

Bachtiar memberi salam, tetapi Radèn Hadi poera- poera tidak melihat, dan ia disoeroehnja doedoek

38

(43)

Dengan bingoeng dan gigit bibir Bachtiar mengambil satoe tempat doedoek, dan ia moelai dapat firasat, bahwa keada'an akan hebat.

„Bitjara ringkas Angkoe Bachtiar", katanja Radèn-Hadi dengan pèndèk, sambil plintir koemisnja jang melintang.

Angkoe Bachtiar ? Bachtiar pandang parasnja itoe Romo dari Roosmini, memanggil ,,Angkoe", selagi se- dikitnja, ia mendapat tahoe apa kehendak keda­

tangannya.

Ja, tidak apa, Bachtiar mesti mengalah. Karena me­

ngalah, bersabar dan teroes mengalah, boléà djadi kemenangan akan boleh di-impikannja? Ja, mengimpi- lah teroes .sampai matahari bertjioeman dengan

boelan

Sabar soeboer atau Hantjoer !

„Djangan panggil angkoe, panggil Bachtiar sadja..."

Bachtiar meminta dengan satoe senjoeman jang moelai koerang aselinja.

Radèn Hadi dengan angkat kepalanja mendjawab : ,,Orang Kolot pakai banjak adat, dan takoet langgar atoeran. Bitjara sadja ".

Bachtiar tahan berdebar hatinja tatkala ia menerang­

kan : '

,,'Den-mas tahoe Roosmini dan saja telah lama ber- setoedjoe hati. Maka itoe saja datang melamar...".

Radèn Hadi memandang seperti datang anèh jang sangat anèh

„Saja takoet, ini dilakoekan diloear adat-lembaga...".

Bachtiar membantah dan ia haroes membantah.

,.Kenapa ? Kita saling' menjinta, dan saja datang setjara Sopan".

Radèn Hadi seperti gampang sekali djadi marah, biarpoen ia tjoba menahan timboelnja perasa'an itoe.

,,Sopan ? Pelamaran sopan dilakoekan oléh orang toea dan orang toea,- menoeroet adat kampoeng dan bangsa ".

(44)

Bachtiar agaknja lebih berani, sesoedah tahoe hawa apa ia sekarang tempoeri.

„Kenapa begitoe koeno ? Orang toea saja djaoeh.

Apa salahnja saja mewakili...?"

Radèn Hadi soedah kembali sabar dan tidak per- doelian, tatkala ia mendjawab :

„Tidak salahnja boeat jang Modern, tetapi banjak keliroenja boeat jang Kolot. Apa ini soedah dapat perkenan orang toea ?"

Seperti ada angin tenang datang menjerboe, dan dalam sa'at jang sangat pèndèk, seperti iharapan jang linjap dapat dipanggilnja kembali.

„Beloem. Tetapi meréka akan moefakat, kalau disini bersetoedjoe ".

Dengan soeara tertawa, lebih banjak dalam tjara mendjèngèki, dari pada mengihîboeri, orang toea itoe berkata :

,,Akoe tidak i Dan ma'afikan ; segala omong kosong biarlah dihabiskan sadja ".

Dilain sa'atnja orang tjoema melihat Badhtiar sendi­

rian dikorsi jang lagi memandang dengan tidak dapat berkata satoe apa, waktoe ia ditinggalkan masoek oleh toean-roemah, setjara oesiran jang paling hormat ? ! ?

Boléh djadi soedah lama mengintip, Soedjono moentjoel tatkala Baohtiar soedah berbangkit dari korsinja.

Biarpoen mareka telah pernah berkelahi seihebat- hebatnja, tetapi sebagai orang-orang terpeladjar me­

réka tjoba saling loepakan itoe dalam lapisan loe- arn.ja sadja.

Kedok-aksi djoestroe paling banjak digoenakan oléh manoesia dalam sopannja.

,,Hallo Soedjono

„Hallo 'Tiar".

Bachtiar menjamperi dan toetoerkan ia apa jang telah terdjadi :

,,Djono, akoe minta pertimbanganmoe. Tadi akoe

(45)

melamar Roosmini pada kau poenja Romo. Tetapi ia ke- liwatan kolot

Soedjono pandang ini pemoeda modern,

„Begitoe ? Dan tidak dapat kepoeasan ?" ia me- nanja.

„Kau tahoe akoe ambil djalan melepaskan schandaal.

Roosmini dan akoe telah saling menjinta

„Soenggoeh romantisch kata Soedjono.

,,Akoe melamar, tetapi ditolak Soedjono dengan tertawa berkata : ,,Kalau begitoe, tandanja tidak djodo

Sekarang Bachtiar pandang ia dan mengerti siapa ia

Dengan goesar ia berkata ;

,,Roepanja kau djoega beloem melèk

Soedjono dengan sabar laloe melepaskan diri dan berkata dengan lebih sabar kepada Sardjan ;

„Sar-djan, toendjoeki ini angkoe pintoe boeat keloear

Doea-kali petjoendang.

Ia tahoe bahwa roemah itoe, ia haroes tinggalkan tjepat, atau ia koeatir, perasa'an kelaki-lakiannja nanti boléh menerbitkan apa-apa jang tidak senonoh.

Ia mengambil langkah tetap menoedjoe kepintoe dengan tidak maoe dikatakan kalah.

Roosmini memboeroe dan pelok kekasihnja. Roe- panja gadis Mataram jang modern ini faham, bahwa

Bachtiar roeiboeh.

„Gagal... Roos ", katanja pemoeda ini dengan soeara tetap.

Roosmini dengan lebih tetap, seperti soedah ber- poetoesan

„Kita hadapi tof an 'Tiar".

Tatkala itoe sang Romo soedah berdiri didepan pin­

toe dalam sikap jang sangat bringas, amarah jang tidak dapat diloepakan, tetapi tidak dapat dipendamnja di- dalam dada, koeatir dada itoe meledak

,,Bagoes ! Apa ini tantangan ?" kata sang Romo.

41

(46)

Roosmini baliki badannja, tetapi ia berdiri didepan Bchtiar

,,Tetapi Rome, saja menjinta Bachtiar

Sang Rome tetap pendiriannja, tidak akan berkisar agaknja, biarpoen goenoeng Merapi meledak :

„Apa ? Tjinta ? Djangan permainkan tjinta, karena keleboe dalam ke-Modernan. Kau satoe gadis Timoer, djagalah ke-Timoeranmoe

Roosmini berkelahi boeat jang penghabisan, ka­

rena hendak mentjari keadilan dengan oendang-oen- dang djeman jang baroe.

„Dan apa Hak perempoean, Romo ? Terpeladjar, te­

tapi dikoeroeng sebagai boedak djaman dahoeloe kala.

Apa ertinja Harta, kekaja'an, dengan zonder tjinta Romo, berikan saja kemerdikaan setjara ma- ncesia

Sang Romo poen telah mengambil poetoesan

„Oh, kau maoe merdéka ? Kalau begitoe pilih : Satoe antara doea Pendopo lama atau Villa-baroe... Romo-^Iboe atau pilihan... hatimoe... ?"

Tatkala itoe sang Iboe dengan terbirit—birit telah moentjoel dihadapan ramai itoe

Sekarang Roosmini bingoeng. Ia beloem mendapat pertimbangan jang matang sekali akan terima tantangan dan pilihan jang seroepa itoe.

Roosmini merasa bahwa doenia telah djadi sempit dengan mendadak, tidak ada tempat lagi boeat tari.

Hendak terbang tidak bersajap, hendak keboemi tidak berpintoe

Rasanja ia kepingin kalau tatkala itoe Elmaoet sadja lagi isang dan habiskan kesahnja soepaja tidak berat kesana-kemari

•Melihat kasih melihat Romo hati dan adat berkelahi kemana memilih ?

Achirnja ia menoebroek dan menangis dalam peloekan iboenja

Bachtiar mengilang !

42

(47)

BAB VI

Poetjoek djangan melambai-lambai.

Ke Timoer anggang, ke Barat.... tak sampai.

Digenggam lepas, salah mentjapai, Masjarakat leboer mendjadi. . . tapai.

ARDJAN pada malam itoe seperti telah men­

dapat-rasa apa-apa jang tidak dapat diterimanja oléh perasaan kebenarannja.

Njata firasatnja seorang toea tidak banjak melèsèt, ia ketemoekan Roosmini seperti menoenggoei apa-apa dikebon belakangnja

Waktoe melihat Sardjan, Roosmini itoe agaknja djadi ripoeh lakoenja, tetapi Sardjan disengadja atau tidak, ia seperti tidak dapat melihat itoe.

Sardjan itoe, ada seorang boedjang toea dari Radèn Hadi, dan toeroet pada ajahnja Radèn-Hadi itoe wak- toe ia masih anak-anak. Maka dalam roemah itoe, ia lebih banjak merdeka seperti familie sendiri dari pada sebagai boedjang. Dengan Mina, isterinja, meréka seperti terhitoeng setengah keloearga dari familie jang aristocratisch itoe.

Sardjan berkata :

'Den-adjeng kelihatan bengong ! Apa jang dipikir­

kan ?" katanja.

,,Hati jang sangsi, nasib jang malang", djawabnja sambil menghela napas, seperti kata-kata itoe terloeap dari sanoebarinja jang sesak. ,,Menoeroet bapa, hati- koe pedih ".

Roosmini itoe jang pandang Sardjan setengah-bapa, memandang ia seperti mengharap pertimbangan.

Sardjan selaloe bersedia, dengan tidak berfihak- fihak, artinja, ia sajang kepada satoe, kasih kepada jang lain.

43

Referenties

Outline

GERELATEERDE DOCUMENTEN

Kebudayaan masyarakat kampung Komodo terancam karena kebingunan mengenai sejarahnya, peraturan yang ditetapkan oleh TNC, sistim pendidikan yang tidak mengajar kebudayaan

jo.ng lo.zim. Prosedur oks v or biuso.. pe rsotudjuo.n mongona. J&gt;orrauli r ini setelû.h tortjo.nt um dïd.. penITawcsan pemba j ar an.. 1i tetc.pkan ol eh Pernerintah

kajoe jang mana ~dalah ia doedoek ter- meaoeog, karena sedang memikirkan soeatoe perdjalanan jang maha haibat dan pen oeh bahaja, akan tetapi berhoeboeng

Sakarano&gt; dan diachirat o Orang itoe poen berkatlah. 3 Kaloe kita do~ka tjita, Kena han.iak kasoekaran, Del'i pada Kitab kita Boleh dapat penghiboeran. 1: Kaloe kita

noeh olih episkopos Roem dengan tangannja sendiri, ma- tilah djoega banja~ marika-itoe dari lapar dan sedjoe~ dan kasakitan. Adapon marika-itoe jang lébih rin~an

koekan Kea.diLan oemoem, apakah di-Hindia tidak selaloe katjau · sadja? Boleh djadi kalau perloe kita orang anak Hindia berani · P erang Guerilla, ' j aitoe perang

Gala ini dibeli oleh Kopral satu (Koptu) Dono dan jang semesti-' nja hanja 9 Kw. adalah tanpa idzin pihak pabrik. tidak dapat dipakai, oleh karena bukan semen Jang sebenamaa

tungan itu sesungguhnja telah digunakan untuk membiajai pengeluaran2 tahun berikutnja, karena antara tahun panen jang satu dengan jang lain susul menju- sul, Dalam keadaan