• No results found

BAB XIÎ

In document NJO€ CHEONG SEN<; (pagina 86-98)

Poedjangga bersabda, Doenia berpoetar, Haloean hidoep, senantiasa bertoekar, Kita bergaboeng dibenda perpoetar, Soeboerkan poetjoek, tegoehkan akar !

'H AOEN HÄDI tidak dapat mengampoenkan K ) anaknja.

ÄrO Majatnja Roosmini dikoeboer dari roemah sa-kit, teroes ke Koeboeran,

Ia telah menetapi poetoesannja, bahwa Roosmini soedah lama mati, dan tidak ada manoesia mati doea

kali

Atmini ia tidak akan lihat sebagai anak Roosmini, te­

tapi sebagai seorang asing, kalau ia mesti me-noempang hidoep dalam roemahnja. Ia akan menoe-toep hati kasihnja, malah ia koeatir, bahwa ia akan membentji, seperti tidak pernah manoesia membentji.

Sesoedah pengoeboeran, sang Iboe berkata :

,,Roosmini soedah mati, majatnja dikoeboer dari roemah sakit. Oh, Kangmas, bagaimana kedjam dan dingin, kau terhadap anakmoe

,,Roosmini soedah mati tiga tahoen jang laloe", dja-wabnja dengan pèndèk. ,,Mana ada manoesia mati doea kali ?"

Dengan menghela napas dan marah Radèn-Ajoe mendjawab : ,,Akoe tahoe, itoelah pendirianmoe. Kau koetoeki anakmoe, dari hidoep sampai matinja. Seorang moesoeh paling besar sesoedah mati diampoeni dosanja, kenapa kau tidak bisa ampoeni Roosmini ?"

Radèn-Hadi poen marah : ,,Roosmini soedah, mati habis tjeriteranja. Apa lagi mesti diampoeni ?"

Raden-ajoe mengerti, bahwa ia tidak boleh berkeras, maka ia laloe datang berloetoet : ,,Tetapi Atmini, anak

82

Roosmini sekarang piatoe " katanja dengan menangis.

Tetap dingin hati bapa itoe. „Roosmini mati sebagi satoe gadis. Mana gadis mempoenjai anak ?"

Tetapi waktoe Atmini sendiri menjamperi sang Kake dan memeloek loetoetnja, Radèn-Hadi tidak dapat me­

nahan keloearnja beberapa tètès air-mata jang sangat mahal dan goegoer pendiriannja; Berapa ke-djamnja, berapa membentjinja, berapa angkoehnja

ia tidak dapat toedjoekkan itoe pada Atmini jang tidak berdosa

Ia angkat itoe anak, dan laloe dipeloeknja

Radèn-Ajoe menangis, Sardjan dan Mina toendoek dengan siramkan tanah dengan air matanja—..

Dipendjara

Rochana dan Mr. Roestam, seorang advocaat, ka­

wan baiknja Bachtiar dan Rochana dan djoega Roos-mini telah datang pada Bachtiar :

Roestam berkata ; „Akoe tidak pertjaja kau mem-boenoeh, 'Tiar ?"

Roahana dengan sedih : ,,Akoe tahoe kau berdosa, tetapi kau tidak memboenoeh. Hatikoe tetap bersoetji kepadamoe ".

Bachtiar dengan marah meminta : „Akoe jang mem­

boenoeh, Rochana. Habiskanlah tjeriterakoe ".

Rochana tidak maoe mengerti.

„Tidak, 'Tiar. Kenapa kau tidak berteroes terang ? Apa salah akoe mengalaih ? Akoe menerima mendjadi istri-kedoea, selagi ia berhak jang pertama

Bachtiar pandang semoea orang seperti tidak mem­

poenjai kasihan padanja.

,,Rochana, djangan menoempoeki dosakoe, hingga Noraka tidak tjoekoep tempat boeat dosa itoe. Ben-tjilah akoe, koetoeki akoe, loepakan akoe

Rochana menangis.

Mr. Roestam dengan gojang kepala, berkata :

,, Tiar akoe tahoe kau membajar hoetang kepada Roosmini. Tetapi ingatlah Rochana sekarang".

,,Akoe jang memboenoeih ! Bachtiar menetapkan.

Rochana sambil memeloek ; ,,Tjoema akoe perloe memberi tahoe, kalau mesti kau dihoekoem, akoe me-noenggoe poelangmoe dari pemboeangan ".

Bachtiar kagèt dan berteriak :

"Djangan djangan Akoe tidak akan kem­

bali. Pembo-eangan adalah koeboerankoe

Rochana meneroeskan i ,,Kalau kau mati di-pem-boeangan akoe nanti mendjadi djanda se-oemoer hidoep ".

Bachtiar tinggalkan meréka ke kamarnja de­

ngan hati dingin, dengan maksoed soepaja manoe-sia semoea membentjikan dia, loepakan dia

,,Kau kedjam Tiar katanja Roestam, dan Bach­

tiar girang dengan koetoekan ini

Poetoesan pengadilan Bachtiar dihoekoem 12 tahoen Biarpoen Mr. Roestam membélakan

sebo-^è\in\a dan pengakoeannja Bachtiar jang anèh.

Waktoe hendak mendjalankan hoekoemannja, Mr.

Roestam sekali lagi mengoendjoengi Bachtiar, pada siapa ia berkata :

,,Apa kau poeas, Bachtiar, dengan ini segala keheba­

tan ?"

Bachtia tersenjoem : ,,Ja, biarlah akoe memboenoeh satoe, tidak doea. Toeloenglah djaga Rochama, Roes­

tam. Berikan ia kesempatan hidoep dilain tjerita jang goemilang. Biarlah akoe terloepa, seperti jang tidak pernah berkesah didoenia fana

84

Sardjan diberikan kesempatan, berdjoempa dengan Bachtiar, sebeloem ia dikirim ke pemboeangan.

Sardjan lantas sadja berloetoet dan menoebroek be­

kas djoendjoengannja ini.

. Angkoe, saja menjesal, saja minta ampoen

Bachtiar angkat ia bangoen. „Menjesal ? Ampoen ? Ada apa ?"

„Angkoe dihoekoem 12 tahoen

,,Ja, 12 tahoen boeat koeboeran-dosa, moerah", kata Bachtiar.

„Tetapi Angkoe tidak berdosa? Saja jang tjiptakan itoe dosa. Angkoe tidak memboenoeh".

,,Akoe jang memboenoeh, Pak Sardjan , Bachtiar memastikan.

..Tidak. Saja tahoe Raden-adjeng Roosmini meng­

ambil djiwanja sendiri, dengan itoe pisau jang ta-djam ".

,,Itoe pisau adalah akoe, Akoe tidak memboenoeh pada saät itoe, tetapi akoe memboenoeh dengan boe-lan dan tahoen. Karena perboeatankoe ia fer-boenoeh !"

Sardjan toendoek, kemoedian Bachtiar memeloek : ,,Poelanglah Pak Sardjan. Dan kalau masih ada rasa kasihan dalam hatimoe, akoe memindjam tjintamoe, mendjaga Atmini anakkoe, anak Roosmini. anak akoe, anak piatoe. Kau berdjandji ?"

Sardjan berdjandji dengan air matanja sebagai saksi.

,.Saja berdjandji dengan soempah, sampai tidak ada lagi njawa ".

Bachtiar tertawa dan girang nampaknja : ,,Terima kasih Pak Sardjan ".

85

9 Tahoen kemoedian

Bachtiar mendapat koerang 3 tahoen hoekoemannja, karena selama bertahoen-tahoen itoe di Tjipi-nang.

Demikianlah sehingga ia berangkat ke Djocja, ke Pesantrèn Koentjèn bertemoe dengan Atmini, anaknja jang beroesia 11 tahoen

Sambil mengiringkan peloeh jang saban-saban mem­

basahi badannja, Bachtiar telah menghabiskan tjeri-teranja dan Atmini menangis.

,,Begitoelah Atmini, riwajat dosa, beriboe dosa. Se-soedah mendengar ini, apa kau tidak bentji akan akoe

Atmini, akoe .... pemboenoeh Iboemoe

Atmini sambil memeloek : ,.Tidak, saja sajang akan bapa ".

Roepanja waktoe Bachtiar bertjeritera, Sardjan telah lari poelang dan toetoerkan apa jang telah ter-djadi dan satoe oemanat jang baik telah disam­

paikan.

Njatalah Sardjan kembali diwaktoe jang betoel, siapa dengan kegirangan ia menoebroek Bachtiar, dan berkata :

,,Angkoe Bachtiar, diminta datang di Pendopo, oleh nDoro 'Den-mas dan 'Den-ajoe ".

Bachtiar boekan main kagètnja : ,,Akoe dipanggil ke Pendopo ?"

Atmini memeloek dengan girang. ,,Oh, Bapa

biarlah terbit matahari, sesoedah hoedjan riboet . . . . "

Peringatan, kenang-kenangan diwaktoe doeloe....

diwaktoe ia masih anak-anak, sekarang tergambar di-moeka mata

Bachtiar ingat, bagaimana ia sering sampiri Roos-mini dengan semboenji, dan bagaimana ia dioesir oleh Romonja dan Soedjono, bagaimana ia membawa ming­

gat Roosmini tjoema boeat menghantjoerkan hidoepnja

Ia tidak mengerti, bagaimana ia dapat diberinja ke­

sempatan akan berloetoet dihadapannja itoe Bangsa­

wan Mataram jang sangat kolot dan Aristocratisch . . .

„Romo, Iboe , . . . . Ampoeni dosa saja

Atmini poen berloetoet kemoedian laloe pegang ta­

ngan mBahnja dan Bapanja.

,,mBah, Bapa ganti Iboe saja

Dimatanja Raden Hadi soedah tidak terdapat lagi itoe kekerasan, ia memandang Bachtiar dengan penoeh rasa mengerti dan sajang, sesoedah pandjang kesah jang menerbitkan Tofan

Kemoedian Romo itoe berkata :

,,Akoe ampoeni kau Bachtiar ja, ja Doe-nia Goedang Dosa". Pada matanja itoe bapa ter­

dapat air-berlinang ; ,,Akoe jang salah, boekan Roos­

mini. Akoe salah didik. Akoe djaoehi, akoe bentjiï

pemoeda AKOE ]ANG GAGAL

Matanja Bachtiar memandang kedalam, melihat por­

tret Roosmini jang dibesarkan sebesar-besarnja Sekarang semoea mata memandang dan se-moea bersama pendapatan, seperti djoega arwah Roos­

mini menghidoepi portret itoe karena PORTRET ROOSMINI AGAKNJA SEPERTI BERSENJOEM.

Akar djangan mempentji poetjoek Kemadjoean kita kelak mengantoek Kadoea pohon toendoek menoendoek Berdaoen rindang, bernaoeng sedjoek !

T A M A T .

l^j^mpotcLn

Satoe penerbitan bergambar, sebagai boekoe, jang meraoeat riwajat penghidoepannja

BINTANG-BINTANG RADIO.

Serie i menioeat7riwa)at .

MISS NETTY — MISS TITING ' PONIMAN KOESBINl

PAMAN LENGSER

Beloem pernah dalam riwajat Radio di Indonesia diterbitkan boekoe seperti ini. Tiap-tiap pendengar Radio atau penggemar Muziek haroes mempoenjai boekoe ini boeat mengetahoei perdjoangan masing-masing ahli kesenian kita oentoek mentjapai tjita^.

HARGA 2 S CENT, ONGKOS KIRIM 4 CENT

P E S A N L A H P A D A :

PEROESAHAAN PENERBITAN ,,KABE"

= = DJOKJAKARTA. = =

m

^ ^ i Q Q 3

.•'.3:-UITGEVERSBEDRIJF

In document NJO€ CHEONG SEN<; (pagina 86-98)

GERELATEERDE DOCUMENTEN