• No results found

KAOEM PEREMPOEAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "KAOEM PEREMPOEAN INDONESIA "

Copied!
60
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

?3k

(2)

- ^

(3)
(4)
(5)

P E R L I N D O E N G A N

D A L A M P E R K A W I N A N , BAGI

KAOEM PEREMPOEAN INDONESIA

v

OLEH

NJ. SOEWARNI PRINGGOD1GDO.

„KENANGA" BATAVIA-C.

(6)

BIBLIOTHEEK KITLV

0093 6045

(7)

PERLINDOENGAN DALAM

PERKAWINAN

PENOELIS: Nj. SOEWARNI PRINGGOD1GDO.

IS1NJA : I. Pidato tentang perlindoengan dalam perkawinan bagi kaoem Perempoean Indonesia (di oetjapkan di dalam, Gedong Permoefakatan Indonesia, }acatra, pada 24 Juli 1937).

II. Keterangan dan djawaban pada orang-orang jang tidak tjotjok dengan pidato tadi.

III. Pasal-pasal jang penting dari ontwerp-huwelijks- ordonnantie oentoek mentjatet dan mengokohkan

perkawinan.

IV. Tabèl-tabèl dengan angka-angka tentang perka- winan dan pertjeraian.

..KENANGA" — BATAVIA-C.

Opfi

(8)

,

(9)

P E N G A N T A R KALAM.

Atas permintaan orang banjak maka pidato tentang „perlin- doengan dalam perkawinan" jang saja oetjapkan pada Congres Istri Sedar tahoen 1937 telah di tjitak sebagi brochure. Oentoek melengkapkan materiaal boeat pembatja saja boeboehi dengan keterangan lebih landjoet, dengan pasal-pasal jang penting dari ontwerp-huwelijksordonnantie dan dengan tabèl-tabèl tentang per- kawinan dan pertjeraian. Kepada saudara Mr. Saubari saja mem- bilang banjak terima kasih atas pertolongannya tatkala mentjari angka-angka ini. Isinja brochure ini jalah seperti berikoet :

I. Perlindoengan dalam perkawinan bagi kaoem pe-

rempoean Indonesia 3 — 23 Keadaan perkawinan dan pertjeraian di Indo-

nesia 3 — 6

t e n t a n g talaq dan polygamie (3-4), ta'liq-tjonto ta'liq m o d e r n (4), b e b e r a p a a n g k a2 t e n t a n g p e r - k a w i n a n dan pertjeraian di poelau Djawa (5-6).

Keadaan perkawinan dan pertjeraian di lain2

negeri Islam (Mesir, Algiers, Turki) 6 — 8 Keadaan perkawinan dan pertjeraian di bebe-

rapa negeri Barat (Nederland, België, Duitsch-

land, Frankrijk) 8 Soal polygamie di Indonesia dan di lain-lain

negeri 9 — 20

p e n d a p a t a n njonja2 R. A. Kartini, Oemi Kalsoem, Djarisah, Dewi S a r t i k a dan Siti S o e n d a r i (Red.

Wanita S w a r a ) , t e n t a n g polygamie (10, 16), p e n d a p a t a n E. M. White (10-11, 15), p e n d a p a t a n Sayid A m e e r Ali (11), p e n d a p a t a n L u i t . - G e n . Raffles (12), polygamie berhoeboeng dengan vrouwenoverschot — a n g k a - a n g k a t e n t a n g hal ini

(13-14), polygamie berhoeboeng dengan prostitutie

— p e n d a p a t a n K a o e m Isteri di F o r t de Koek dan S a r e k a t Isteri J a c a t r a t e n t a n g hal ini (12-13, 17), polygamie oentoek „membela" p e r e m p o e a n (17-19).

Rantjangan „ordonansi perkawinan tertjatat" ... 20 — 23

k e b e r a t a n2 t e r h a d a p p a d a b e b e r a p a f asal (20-22).

I. Keterangan dan djawaban 24 — 39

„Membela" perempoean Indonesia dengan dida- sarkan pada nafsoe berpolygamie — pidato

Njonja Rasoena Said di Sum.'s Westkust 25 Pendapatan perempoean India (Hindoestan)

terhadap pada soal polygamie — resolusi2 dari

All-Indian Women's Conference 26 — 27

(10)

Pendapatan N j . Dr. Muthulakshmi Reddi di dalam verslag All-Asian Women's Conference

1930 dan poetoesan2 Konferensi itoe 2 7 "

Djawaban dan naséhat kita bagi toean Joesoef

Wibisono 2 8 ~~ J 1

Pendapatan N j . Siti Machfiah dalam brochu- renja

Djawab kita pada Nj. Rasoena Said 25,29,32-33 Sedikit keterangan tentang talaq, choel' dan

fasch 3 3 ~ 3 5

talaq (33-34), choel' (34), fasch (35).

Alasan- oentoek bertjerai menoeroet Burgerlijk

Wetboek dan menoeroet rantjangan ordonansi. 35 - - 51 XI 39 Pemandangan penoetoep

III. Rantjangan peratoeran oentoek mentjatet perka-

40 — 43 wman di dalam daftar burgerlijke stand (pasal'

jang penting)

44 — 47 IV. Tabèl-tabèl

I. Banjaknja p e r k a w i n a n dan pertjeraian di p o e - lau Djawa dan Madoera (44).

II. P e r k a w i n a n di d a e r a h2 Goepernoer dan di iboe-kota provincie- di n e g e r i Mesir, di t a - hoen 1934 (45).

III. P e r t j e r a i a n di d a e r a h - Goepernoer dan di iboe-kota provincie2 di negeri Mesir, di t a - hoen 1934 (45).

IV. P e r k a w i n a n dan pertjeraian a n t a r a B o e m i p o e - t r a di negeri Algiers, di tahoen 1934 (45).

V. P e r k a w i n a n dan pertjeraian di iboe-kota dari d a e r a h2 di negeri T u r k i (46).

VI. P e r t j e r a i a n di negeri Belanda (46).

Wassalam,

P E N O E L I S .

Jacatra, November 1937.

(11)

P E R L I N D O E N G A N DALAM P E R K A W I N A N BAGI KAOEM PEREMPOEAN INDONESIA.

Saudara-saudarakoe sekalian !

Membitjarakan soal ini tidak moedah dan djika ketjintaan pada saudara-saudarakoe kaoem perempoean dan ra'jat Indonesia seoemoemnja tidak memaksanja, ta' sanggoeplah saja.

Sebeloemnja saja moelai, haraplah saudara2 sekalijan perhati- kan dan dengarkan dengan betoel, boekti2 jang saja kemoekakan, keadaan2 jang boeroek jang masih meradjalela dalam masjarakat kita, dan djanganlah saudara memoetoeskan dengan tjepat, bo- honglah itoe perkataan, keterlaloean itoe atau apakah goenanja keboeroekan itoe dipertoendjoekkan, tidak lebih baikkah, djika kita semboenjikan atau diamkan sadja, sebab nanti akan terdjadi peng- hinaan atas diri kita ra'jat Indonesia, oleh pih=k loear ? Saudara2, saja berdiri didepan oemoem boekan sebagai orang asing, melainkan salah satoe kawanmoe jang penoeh dengan ketjintaan, bakti dan kesetiaan pada ra'jat Indonesia dan teroetama pada perempoean Indonesia !

Keboeroekan2 akan saja gambarkan oentoek diketahoei dan dimengertikan oleh saudara2 sekalian. Saja tidak lebihi, akan te- tapi djoega saja tidak koerangi. Pokok pembitjaraan saja, jaitoe oentoek menjerahkan pada saudara2 sekalian nasibnja kaoem pe- rempoean Indonesia dan ra'jat Indonesia seoemoemnja. Akan te- roes meneroes perempoean2 kita diperboedakkan atau akan dihar- gai sebagai manoesia jang djoega berhak atas perlindoengan jang bersifat dan berdasar atas pengadilan dan ketinggian boedi dari pihak laki-laki ?

Oendang2 perobahan atoeran berkawin jang dirantjangkan oleh pemerintah mendjadi pokok pembitjaraan saja. Pandjang dan lebar saja selidiki dan saja tjari boekti2, angka2 oentoek meng- gambarkan betoel tidakkah oendang2 ini berharga oentoek ra'jat Indonesia. Dalam segala pekerdjaan kita kaoem Istri Sedar bersi- kap lebar, bersikap objectief, kita tidak akan menjalankan faham lain2 orang, tidak akan membawa kekaloetan oedara Indonesia.

Itoelah sebabnja perloe kita menjelidiki dengan teliti keadaan di Indonesia dan membanding-bandingkan keadaan di sini dengan lain2 negri jang djoega memeloek igama Islam dan teratoer dengan hoekoem sjara' djoega. Laloe kita bandingkan dengan negri2 jang hanja dikoeasai oleh hoekoem negri. Nanti kita bisa saksikan sen- diri, mana jang kita haroes pilih. Sebagai pengabisannja kita bi- tjarakan djoega rantjangan Perkawinan Tertjatet itoe.

(12)

— 4 —

Sekarang saja moelai dan mengadjak saudara sekalian toe- roet melihat keadaan di Indonesia. Saudara2 mengetahoei, bahwa di Indonesia bagi kaoem pemeloek Igama Islam atoeran perkawinan teratoer setjara demikian : Hanjalah laki2 jang memegang talaq, dan setiap waktoe, sepertinja 1 atau 2 hari setelah perkawinan terdjadi, lakinja perempoean boleh mentjerai istrinja. Laki2 jang baik tentoe tidak akan berlakoe demikian, tetapi laki2 jang boeroek adatnja, jang semata-mata hanja maoe menjiksa perempoean bo- leh dan bisa berlakoe demikian, sebab diberikan kelonggaran.

Betoel laki2 itoe berat tanggoengannja, ia haroes memberi ma- kan, pakaian, haroes memberi roemah, haroes menjintai istrinja, te- tapi djoega oentoek pendapatan saudara2 tidak adil rasanja, djika perempoean dipandang sebagai permainan. Tiada ada perlindoe- ngan, djika laki2 ini soedah bosen pada istrinja dan djika istri dan anak-anaknja ia kembalikan pada orang toea si perempoean tiada ada satoe orang jang bisa membela ini perempoean, atau melarang pada laki1 itoe oentoek berlakoe demikian.

Polygamie atau permadoean adalah satoe hal jang merendah- kan deradjatnja perempoean, jang menghinakan deradjatnja ra'jat Indonesia seoemoemnja. Jang sering dikemoekakan oleh jang setoe- djoe pada adanja polygamie, ialah seperti : oentoek membela ka- oem-perempoean sebab di Indonesia ada kelebihan perempoean, oentoek membela djanda2 dan anak2 jatim, soepaja iaorang tidak terlantar hidoepnja, oentoek membasmi prostitutie (perempoean jang dagangkan dirinja), ada jang membilang lagi, oentoek mem- bela nafsoe laki2 jang boeas, sebab soedah semoestinja laki2 itoe beristeri lebih dari satoe.

Betoel, sebeloem perkawinan berlangsoeng bisa digantoeng- kan perdjandjian atau pertalikan, akan tetapi kita mengetahoei, bahwa ta'liq ini hanjalah oentoek memoedahkan pertjeraian soe- paja djangan terdjadi perempoean ditambang talaqnja. djikaloe laki2 melanggar perdjandjian2 terhadap pada istrinja dan djika istrinja tidak soeka ia berlakoe tidak senonoh demikian 1) .

Tjontonja ta'liq modern :

Manakala saja melanggar papagon hoekoem sjara dan saja tidak memberi nafkah jang tjoekoep selama 1 boelan pada istri saja bernama , dan djika saja tiada memberi pakaian, tiada memberi roemah jang pantas, dan manakala saja tiada memenoehi kewadjiban saja sebagai soewami, manakala saja meninggalkan istri saja lebih dari 2 boelan tidak dengan persetoedjoeannja, ma- nakala saja beristeri lagi perempoean lain, manakala saja memoe- koel dia dan berkelakoean tidak senonoh seperti memabok, memadat, maling atau berzinah dengan lain perempoean, ma- nakala saja mendapat hoekoeman negri jang berat dan istri saja

!) Sering alesan : „soedah tjoekoep perempoean diperlindoengi, djika telah a d a taliq n i k a h " dikemoekakan oleh orang-orang, p a d a h a l taliq itoe tidak menghalangi pertjeraian !

(13)

— 5 —

tidak setoedjoe, maka menghadaplah ia ke Raad igama dan dja- tohlah talaq saja kesatoe padanja.

(Ta'liq ini bisa kita koerangi atau lebihi).

Tentoe hanjalah perempoean jang insjaf akan kehormatan dirinja, perempoean jang koeat, berani bertindak demikian, oleh karena ia lebih baik hidoep miskin, hidoep mentjahari makan sen- diri, daripada hidoep dihinakan dan dibikin sebagai boekan ma- noesia. Perempoean jang lembek, jang takoet mentjahari makan dan pakaian sendiri oleh kerna ia ditjerai atau dibiarkan sadja, tentoe tidak akan rapa (meminta fasch, tjerai) kalau ia dimadoe, kalau ia dibiarkan sadja, asal ia dapat belandja dan pakaian.

Perempoean2 matjam demikianlah jang sangat soekar hidoep- nja. Dalam hatinja ia djoega merasakan sakit, tetapi apa boleh boeat, asal djangan ditjerai. Dan djika toch terdjadi pertjeraian, sedihnja dan sakitnja boekan main. Siapakah jang akan membe- lanja ? Bisakah orang toeanja atau saudara2nja menolong dia, soepaja djangan ia dilemparkan sadja ? Tidak ! Oentoek perem- poean demikianlah, djika rantjangan ordonansi baroe ini kita so- kong dengan persetoedjoean kita !

Oentoek perempoean jang sedar dan insjaf, tidak perloe di- adakan perlindoengan, kita tidak boetoehkan roepanja perlin- doengan apapoen, nasib kemerdekaan dan kemanoesiaan kita, kita pegang dalam tangan kita sendiri !

Walaupoen kita akan diperlindoengi dengan hoekoem kawin baroe, kita tidak akan berdiam, djika terdjadi penghinaan2 atas diri kita !

Marilah kita sekarang melihat angka2 jang saja koempoelkan dan terkoetib dari pengoemoeman Volkstelling 1930 terhadap pada beberapa soal jang saja seboetkan tadi diatas.

Moela2 terhadap pada hak talaq dari laki2. Oleh karena de- ngan moedah dan semaoe-maoenja talaq ini didjadikan, maka dengan sedih sekali saja mesti membikin saudara2koe, teroetama kaoem perempoean, terperandjat ! Boekti2 tidak bisa membohong ! Dan angka2 ini dikoempoelkan oleh badan pemerintah !

Perkawinan dan pertjeraian dalam 3 tahoen, jaitoe tahoen 1929, 1930 dan 1931 saja sadjikan 1) .

Saja hanja memoeat angka2 oentoek tempat2 jang besar, dan tempo2 djoega tempat jang ketjil, djika angka2 ini tinggi sekali.

Menoeroet angka2 ini, maka pertjeraian dii poelau Djawa dan Madoera ada banjak sekali, djaoeh lebih banjak dari negri manapoen di doenia. Di Tanah Priangan jang terkenal paling banjak per- tjeraian, oentoek Bandoeng terhadap pada 100 perkawinan ada ± 70 — 74 pertjeraian dalam tahoen '29 — '31.

Oentoek Soekaboemi ada tinggi sekali. Tidakkah saudara*

merasa gemetar dengan kesedihan melihat korban2 perempoean, lantaran soedah bosen si soewami, sang istri dilemparkannja ? !

l) Lihatlah tabel I,

(14)

— 6 —

Oentoek Djawa Barat angka ini ada lebih tinggi dari Djawa Tengah, terhadap pada 100 perkawinan di Djawa Barat ada 63,75, 61,46 dan 66,98 pertjeraian dalam tahoen 1929, 1930 dan 1931.

Di Djawa Tengah Poerwokertolah jang terseboet djempol banjak- nja pertjeraian ( ± 69,08), Di Djawa Timoer jang paling tinggi sekali ialah Modjokerto dalam tahoen 1929 (78,35). Pasoeroean djoega ada tinggi sekali (68,01, 66,28 dan 59,28), dan Soerabaja

(66,66, 705,45 dan 61,59).

Djika kita bandingkan Djawa Barat, Djawa Tengah dan Dja- wa Timoer, oentoek tahoen 1929, 1930 dan 1931, ialah : Djawa Barat 63,75, 61,46 dan 66,98, Djawa Tengah 54,24, 51,91 dan 45,89, Djawa Timoer 53,42, 51,29 dan 45,01.

Oentoek Djawa dan Madoera angka2 ini ialah 56,70, 54,93 dan 32,49 *).

Saudara-saudarakoe kaoem perempoean ! Inilah nasibmoe, djangan kamoe toetoep kedoea matamoe dengan membilang, saja tidak maoe melihat keadaan jang boeroek ini. Wahai, benar lemah- nja kaoem perempoean, djika kamoe tetap berdiam dan bermimpi dengan menoenggoe pertolongan Toehan sadja ! Dengarlah, de- ngarlah, kamoe perempoean haroes insjaf akan penghinaan jang terdjadi atas dirimoe ! Kamoe manoesia dan berhak atas keadilan !

Marilah kita bandingkan dengan lain negri dimana djoega hak menalak hahja dalam tangan laki-laki ialah negri Mesir 2) . Terkoetib dari Annuaire Statistique 1933 — 1.934.

Banjaknja perkawinan di daerah2 goepernoer dan iboe-kota provincie2 di Mesir dari kaoem Moeslimin pada tahoen 1933 ada 30,794.

Banjaknja pertjeraian tahoen itoe 14.719.

Banjaknja pertjeraian oentoek tiap-tiap 100 perkawinan adalah 47,8. Ini ada rendahan dari Djawa dan Madoera dimana terhadap 100 perkawinan ada rata2 55 pertjeraian. Oentoek Mesir kita djoega menjaksikan lamanja perkawinan, jang ddtjeraikan di ta- hoen 1933.

koerang dari 1 tahoen 5866 dari 1 — 4 tahoen 5472

„ 5 — 9 „ 1845

„ 1 0 — 1 4 „ 884

„ 1 5 — 1 9 „ 308

„ 20 — 24 „ 184

„ 25 dan lebih 160.

!) A n g k a - a n g k a dari tahoen 1936, jang kita dapat d a r i K a n t o o r voor Irüandsche Zaken, hanjalah boeat regentschap Tjiandjoer, seperti d i b a w a h ini :

District Perkawinan Pertjeraian Perbandingan % Tjiandjoer 1902 1064 55,94 Tjibeber 2183 1252 57,50 P a t j e t 2495 1350 51.11 Tjikakmgkoelon 1761 1064 64,77 S o e k a n a g a r a 3965 2316 55,56 2) Lihatlah tabel II dan III.

(15)

— 7 —

Melihat angka2 ini seharoesnja kaoem perempoean Mesir hi- doep perkawinannja terantjam sekali. Perkawinan jang koerang dari 1 tahoen terbanjak. Djika bisa berkawin lebih dari 4 tahoen haroes bersjoekoerlah ia, sampai 10 tahoen soedahlah ada soewa- toe anoegeraha dari Toehan. Dan lebih dari 10 tahoen ialah sebagai menarik loterij, jang soesah sekali didapatinja. Sajang oentoek Indo- nesia dari Jamanja perkawinan kita tidak bisa sadjikan angka2, sebab tidak ada tjatetan dari perkawinan dan pertjeraian dari masing-masing perkawinan.

kebanjakan pertjeraian tadi dilakoekan oleh karena tidak ada anak, menoeroet angka2 dibawah :

tidak beranak 10.729

1 anak 2.047 2 anak 935 3 anak 504 4 anak 222 5 anak 135 lebih dari 5 anak H 7 .

Angka2 dari Mesir memberi kenjataan bahwa malanglah na- sibnja perempoean djika pertjeraian boleh dilakoekan semaoe- maoenja. Melihat banjaknja pertjeraian jang tidak beranak, haroes gemetarlah kita. Apa perempoean ini dipandang sebagai kambing betina ?

Kita bandingkan lagi dengan Algiers dalam tahoen 1934 1).

(Angka2 terkoetib dari Annua're Statistique de l'Algérie 1934).

Algiers.

Banjaknja perkawinan ada 24.208.

pertjeraian ada 6.337.

ini adalah 26,18 pertjeraian oentoek tiap-tiap 100 perkawinan.

Tidak tinggi, djika dibandingkan dengan Indonesia, tetapi djika dibanding dengan lain-lain negri, dimana pertjeraian ada terbatas oleh karena soesah bertjerai, terlaloe tinggi.

Turki.

Kita bandingkan sekarang dengan Turki. Dj Turki saudara2

mengetahoei, hoekoem kawin diatoer setjara Barat. Polygamie ti- dak diperkenankan. Dan disana kita melihat, bahwa pertjeraian itoe djoega djaoeh koerangnja. (Lihatlah: Annuaire Statistique 1934—1935) 2) .

Dalam tahoen 1933 di iboe-kota daerah2 di negri Turki : Banjaknja perkawinan ada 20.269.

pertjeraian ada 2.113.

Djadi angka perbandingan pertjeraian oentoek tiap-tiap 100 perkawinan adalah 10,43.

Hal-hal jang mendjadikan pertjeraian, kebanjakan oleh karena tidak bisa akoer, ialah ± 6 0 % .

i)~~Lihät tabel IV.

2) Lihat djoega tabel V,

(16)

India.

Kita tidak bisa b a n d i n g k a n sebab dalam a n g k a - a n g k a pertje- r a i a n ini termoeat djoega a n g k a2 d j a n d a2 j a n g t e r t i n g g a l mati.

Barat,

N e g r i2 j a n g dikceasai oleh hoekoem s j a r a ' telah kita bitjara- kan. M a r i l a h kita melihat ke B a r a t . B a r a t h a n j a memakai hoekoem negeri j a n g teratoer d e n g a n m e m p e r k e n a n k a n pertjeraian, a k a n tetapi d e n g a n s a n g a t diperbatasi. I g a m a C h r i s t e n semalah mela- r a n g pertjeraian oleh k a r e n a b e r k a w i n itoe h a r o e s l a h oentoek se- lama hidoep. T e t a p i oleh k a r e n a tabiat orang lebih koeat d a r i p a d a igama, m a k a djoega p a t o k a n - p a t o k a n ini bisa dirobahnja.

Nederland. ( L i h a t l a h : Jaarcijfers 1 9 3 4 ) .

O e n t o e k negri B e l a n d a p e r b a n d i n g a n a n g k a pertjeraian ini a d a l a h :

Tahoen

1930 1933

Berkawin lelaki 61986 58699

peremp.

62409 38767

Pertjeraian (a) 2.851 2.916

V.

4.5 4.9.

Berpisah

„ „ „I.

(b) % 490

582 0.7 0.9.

Totaal

( a + b)

°/o 334 1 j 5,^

^3498 | 3.9.

D j i k a kita melihat p a d a a n g k a - a n g k a j a n g m e n o e n d j o e k k a n lamanja b e r k a w i n , m a k a njatalah, b a h w a b e r k a w i n d e n g a n diper- lindoengi hoekoem negri itoe b a g o e s sekali boeahnja, b i a r p o e n b e - loem m e n j e n a n g k a n . K e b a n j a k a n p e r e m p o e a n - p e r e m p o e a n B e l a n d a j a n g bertjerai ini b e r k a w i n s e k o e r a n g - k o e r a n g n j a 8 — 20 t a h o e n 1).

Saja bilang ini tidak begitoe m e n j e n a n g k a n , sebab seharoesnja o r a n g itoe d j a n g a n l a h bertjerai. T e t a p i djika d i b a n d i n g k a n d e n g a n M e s i r , d i m a n a k e b a n j a k a n hanja b e r k a w i n paling lama 4 t a h o e n ? België. ( L i h a t l a h : Statistisch J a a r b o e k 1 9 3 6 ) .

T a h o e n P e r k a w i n a n P e r t j e r a i a n T i a p2 100 p e r k a w i n a n . 1930 71.624 2.491 3,4 1934 62.692 2.441 3.8 Duitschland zonder Saarland.

T a h o e n P e r k a w i n a n P e r t j e r a i a n T i a p2 100 p e r k a w i n a n . 1934 732.147 54.402 7,4 1935 642.490 49.784 7,7 Frankrijk. ( A n n u a i r e Statistique 1 9 3 5 ) .

T a h o e n P e r k a w i n a n P e r t j e r a i a n T i a p2 100 p e r k a w i n a n . 1932 314.980 21.727 6,8 1933 315.668 20.808 6,5

i) Lihat tabel VI,

(17)

— 9 —

Bagoeslah boekan, angka2 ini, semalah Perantjis djoega jang tersohor perempoean2nja merdeka sekali dalam pergaoelan laki3 dan perempoean !

Boekan kita tjinta pada kebaratan djika kita setoedjoe dengan adanja ordonansi baroe ini, jang akan menghalangi perempoean*

kita dilemparkan setiap-tiap waktoe ! Siapakah jang tidak sedih hatinja, melihat perempoean jang tempo2 ditjerai sesoedah dikawin 2, 3 boelan, semalah sering terdjadi jang hanja 1 minggoe di-

soekainja. _ Apakah bedanja ini dengan prostitutie?! Oleh karena kita

berkawin dahoeloe didepan Penghoeloe ? -

Tiadakah heiran, djika perempoean2 ini sangat bingoeng, ada jang laloe mendjadi bini moeda, ada jang mendjadi goendik, ada jang mendjadi boenga djalan raja ! Heirankah saudara2, djika kita kaoem Istri Sedar memprotes dengan sekoeat-koeat penghinaan jang terdjadi atas saudara2 kami ?

L Boekankah ini pembaktian kita pada ra'jat, djika kita men- tjoba menginsjafkan kamoe sekalian pada keboeroekan2 ini ? !

Marilah kita selidiki keadaan polygamie di Indonesia dan ban- dingkan ini dengan lain2 negri. Saudara2 mengetahoei, aksi kita terhadap polygamie tidak baroe2 ini, semendjak berdirmja Istri Sedar kita mendengoeng-dengoengkan hal ini. Banjak djoega da- lam kalangan perempoean terpeladjar jang mengatakan, boeat apa- kah polygamie itoe selaloe dibitjarakan ? Nanti kaoem laki2 paaa marah !

Saudara2, semendjak kapankah kita kaoem Istri Sedar men- djadi kaoem pengetjoet ? Semendjak kapankah kita menoetoep mata dan telinga kita, oleh karena „keamanan" kaoem laki2 jang tjoepat Lkiran ini terantjam ?

Nanti akan terdjadi kekatjauan katanja, sehingga djoega da- lam tahoen 1935 tatkala Congres Perempoean Indonesia dilang- soengkan, perhimpoenan kami haroes menarik diri, oleh karena penghinaan terhadap pada perhimpoenan kita. Kita diseboetkan kaoem penghina Islam oleh karena kita anti-polygarnie. Dan sau- dara-saudara kita sedjawat jang haroes membela kita oleh karena djoega kepentingan oentoek soetjinja deradjat perempoean Indo- nesia, meninggalkan kita seorang diri. W a h a i , sedih dan sakit rasanja hati melihat kesempitan fikiran saudara2koe perempoean ini ! 5 tahoen bergerak dari aksi mengirimkan oetoesan ke Lahore sampai Congres perempoean Indonesia II, tiadalah ada kemadjoe- an dalam soemangatnja ! Lahore memaksa kita menarik diri, (oleh karena pembitjaraan terhadap pertjeraian dan polygamie djoega) boekan oleh karena kita kalah, tetapi kesetiaan terhadap kawan2

kita soepaja hatsillah pengiriman oetoesan itoe, sedangkan kitalah kaoem Istri Sedar jang berani memoelai aksi pengiriman oetoesan ke-Lahore dan mengambil bagian terbesar dalam pekerdjaannja.

Entah bagimana kesetiaan mereka, djika sekarang djoega kita be-

(18)

rani membentangkan soal-soal kerendahan deradjat perempoean Indonesia.

Kita tidak akan pandjang lebar menerangkan adil tidaknja polygamie itoe menoeroet igama Islam, atau igama Hindoe, Boedha, Jahoedi, Kong Hoe Tjoe. Semoeanja memperkenankan polygamie sebab tentoe melihat nafsoenja laki-laki dan melihat kebodohan dan kelemahan perempoean jang mendjadi korbannja. Sehingga sampai abad ke XX, dimana diseloeroeh doenia kaoem perempoean berderadjat merdeka dan dipandang sebagai manoesia 100%, di negeri2 Timoer Djaoeh kita kaoem perempoean sendiri menghor- mati instituut ini sebagai pembelaan ekonomie kita ! Ja, toetoepilah moekamoe dengan maloe, hai kaoem perempoean dan laki2 jang loepa pada kehormatan dan deradjat ra'jat jang haroes tinggi dan soetji itoe.

Akan tetapi, djoega sebeloemnja ada satoe „georganiseerde"

perhimpoenan perempoean djoega, maka oleh perempoean2 jang terpeladjar seperti almarhoem Kartini dan saudara2nja, polygamie telah dipandang sebagai satoe kehinaan besar. Kartini jang soetji hatinja, jang sangat dalam perasaannja, telah menoelis dalam soe- rat-soeratnja bahwa ia sangat bersedih hati kalau ia melihat h:~

doepnja selir-selir, melihat pergaoelan didalam roemah tangga an- tara bapa, iboe- dan anak. Djoega lain-lain perempoean merasa begitoe, seperti saudara-saudaranja Kartini, njonja2 Oemi Kalsoem, Djarisah, Dewi Sartika dan Siti Soendari (Redactrice W a n i t a Swara). Didalam verslag dari „Onderzoek naar de Mindere W e l - vaart" IX b. 3, tentang „Verheffing van de Inlandsche Vrouw"

mereka mengirimkan boeah fikirannja dimana terang sekali terli- hat kebentjiannja terhadap pada polygamie, jang djoega ada salah satoe lantaran oentoek djatoeh dalam prostitutie.

Djadi njata sekali, bahwa kaoem perempoean jang sedar, jang bisa membandingkan nasibnja dengan perempoean2 dari lain-lain bangsa, mochal menjintai polygamie.

Ia orang akan mendjeroemoeskan diri sendiri kedalam djoe- rang kehinaan dan ke-tidak-merdekaan, djika ia orang menjintai polygamie atau memandang polygamie sebagai „redmiddel ter ver- betering van de zedelijke toestand en ter bestrijding van de prosti- tutie en onwettige geboorten" (pembela kesopanan dan oentoek membasmi boenga raja dan kelahiran anak jang tidak sjah).

Seorang penoelis Inggeris perempoean E. M. W h i t e dalam bcekoenja W o m a n in World's History mengatakan :

„It is foolish and futile to judge Mohammed and his followers by twentieth century standards, it is as foolish and futile to ende- avour to supply explanations and excuses. It is best to take the matter simply, and consider that plurality of wives was a natural thing to him and his, and that the women assented. This is an important point often overlooked ; if the women of the East are awaking and rebelling against their lives now (see A Turkish W o -

(19)

— I l —

man's European Impressions, by Zeineb Hanoum), it does not imply that in the past they felt the same spir!t of freedom within them. In the sex sphere, as in every other, the relative position of man and woman depends ultimately on men and women themsel- ves. Denunciation, evasion, attempted explanation, all fade before fact ; the standard of yesterday is not that of to-day ; otherwise this would be a stagnant world".

Artinja : „Bodoh dan pitjiklah, djika orang mengoekoer Mo- hammad dan pengikoet2nja itoe dengan oekoeran2 abad kedoea- poeloeh, dan bodoh dan pltjik poela kalau orang maoe membikin- bikin keterangan dan memaafkan polygamie itoe. Lebih baik kita pandang perkara ini dengan moedah sadja, bahwa polygamie itoe bagi dia dan bagi sahabat2nja adalah barang2 jang natuurlijk, dan bahwa kaoem perempoean pada waktoe itoe soeka menerimanja.

Inilah soeatoe fatsal jang sering orang loepakan ; bilamana kaoem perempoean Timoer zaman sekarang ini bangoen dan berontak ter- hadap pada atoeran hidoepnja, maka itoe tidaklah berarti bahwa mereka itoe dizaman doeloe djoega soedah bersemangat merdeka jang demikian itoe. Didalam hal soal laki-perempoean, seperti djoe- ga didalam tiap-tiap hal jang lain, maka kedoedoekan laki-laki dan perempoean achirnja adalah tergantoeng dari pada kaoem laki-laki dan perempoean sendiri. Keterangan2 atau penolakan2, itoe semoea kalah dengan kenjataan ; oekoeran hari kemarin tidaklah sama de- ngan oekoeran hari sekarang ; sebab djika begitoe doenia akan mati".

Sayid Ameer Ali, seorang pengarang Islam jang terkenal, dalam boekoenja T h e Teachings of Mohammed :

„For my own part I look upon polygamy in the present day as an adulterous connection, and in contrary to the spirit of Islam, an opinion which is shared by a large number of Mussulmans

It is earnest to be hoped that before long1 a general synod of Moslem doctors will authoritatively declare that poly- gamy, like slavery, is abhorrent to the laws of Islam".

Ârtinja : ,,Boeat saja, saja pandang polygamie itoe didalam zaman sekarang ini sebagai soeatoe perboeatan zina, jang berla- wanan dengan kemaoeannja Islam ; pendapatan saja ini diakoei

benarnja oleh banjak sekali kaoem moeslimin Moga2 sadja sigeralah ada pertemoean besar daripada oelama2 Islam, jang

akan menerangkan, bahwa polygamie itoe, sebagai perboedakan- belian, adalah bertentangan dengan hoekoem2nja Islam".

Njatalah bahwa djoega dalam doenia penganoet igama Islam telah terdapat orang2 jang mempoenjai standpunt modern, sehingga di negeri Toerki sesoedahnja ada pemerintah Kemal Pasha poly- gamie itoe dilarang keras dan diadakan hoekoeman terhadap orang jang melanggar larangan ini walaupoen negeri Toerki ini tidak merendahkan igama; djadi njatalah kelinjapan polygamie itoe tidak bertentangan dengan igama Islam. Kelinjapan ini tidak lam

(20)

hanja oleh karena kaoem perempoean Toerki telah begitoe sedar.

sehingga dengan aksinja mereka bisa merobah publieke opinie, ia bisa menanam sympathie dalam hati sanoebarinja kaoem lelaki oentoek menghilangkan polygamie ini.

Luitenant-Generaal Raffles bilang dalam boekoenja The History of Java, sec. edit. vol. II (1830), katja 2 8 2 :

„Of the causes which have tended to lower the character of the Asiatics in comparition of the Europeans, none has had a more decided influence than polygamy. T o all those noble and generous feelings, all that delicasy of sentiment, that romantic and poetical spirit, which virtuous love inspires in the breast of an European, the Javan is a stranger, and in the communication between the sexes he seeks only convenience and little more than the gratification of an appetite. But the evil does not stop here ; education is neg- lected and family attachements are weakened".

Artinja : „Dari pada sebab2 jang membikin boedi-pekertinja bangsa Asia lebih rendah daripada bangsa Europa, tidak adalah jang begitoe besar pengaroehnja sebagai polygamie. Orang Dja- wa ada asing daripada semoea itoe perasaan3 loehoer, manis, dan romantisch, jang seseorang Europa dapatkan daripada pertjintaan jang soetji ; dan didalam perhoeboengan laki-perempoean, ia hanja mentjari kesenangan-hati dan kepoeasan nafsoe. Tetapi kedja- hatan ini tidak habis disini : pendidikan mendjadi terlantar, dan pertalian2 familie mendjadi kendor".

Inilah pemandangan2 dari orang2 jang pandai, jang telah me- njelidiki benar2 kedjelekannja polygamie. Apalagi kalau kita me- ngingati kesedihannja beriboean, ja bermillioenan kaoem isteri jang dimadoe, jang melihat lakinja meladjoer nafsoenja dan tidak me- ngingati keakoeran dan harmonie dalam roemah-tangga. Kesedi- hannja perempoean ini ditinggalkan terpendam dalam hatinja sen- diri, air mata jang mengalir-alir ini ta' terlihat oleh doenia, sebab soedah ,,semoestinja" perempoean memikoel sengsara, penghinaan dari fihak laki2 jang berlakoe semaoe-maoenja ini.

Kaoem laki2 jang malang ini berkepentingan besar dengan te- tap adanja polygamie, sebab oentoek memenoehi kemoerkaannja, mereka lebih senang, kalau ada „gewettigde" polygamie daripada

„clandestiene" polygamie katanja. Orang2 ini mengoekoer lain2

orang menoeroet keboeroekan dirinja sendiri dan beloem „pernah"

melihat lak.2 jang tidak bernapsoe boeas katanja. Oleh karena itoe, maka kaoem laki2 jang sematjam ini selamanja berdaja-oepaja oen- toek mempertahankan hak2nja, dan mereka memberi penerangan jang tidak2 tentang polygamie, soepaja nafsoenja jang_ djelek ini ta' terlihat oleh orang.

Begitoelah mereka mengatakan, bahwa polygamie ialah oen- toek „menolong" orang perempoean, soepaja orang perempoean djangan terlaloe djelek „economienja", sebab katanja hanja per- kawinanlah jang bisa memberi hidoep sederhana bagi kaoem pe-

(21)

— 13 —

rempoean, djadi kalau memang tjinta bangsa, orang perempoean haroes memberi idzin pada soeaminja oentoek berpolygamie ! Pen- dapatan ini telah mendjalar di Sumatra's Westkust dimana di- adakan perhimpoenan dari kaoem laki-laki jang gadjinja ƒ 150.—

haroes berbini doea dan seteroesnja. Inilah ada soeatoe tjonto jang typeerend sekali oentoek menggambarkan semangatnja kaoem laki-laki ini.

Berhoeboeng dengan adanja „vrouwenoverschot", maka orang*

jang mendasarkan hidoepnja kaoem perempoean pada „perkawinan sadja, memandang adanja polygamie ini sebagi „noodzaak" oentoek

„membela" kaoem perempoean dari „stuurloosheid, armoede en zonde" (kebingoengan, kemelaratan dan kedjelekan kelakoean).

Dibawah saja akan moeatkan angka2 jang akan memberi njata, bahwa kosong belaka pendapatannja itoe. Sebab vrouwenoverschot tidak selamanja rechtvaardigen polygamie, semalah di negeri2 jang kekoerangan perempoean banjak djoega terdapat polygamie !

Angka-angka polygamie di tahoen 1930, menoeroet publica- tie volkstelling 1930 ialah:

Oost-Java Midden-Java West-Java Jogjakarta Soerakarta

Westk. van Sum.

Lampongsche distr.

Atjeh Tapanoeli Riouw Palembang Oostk. van Sum.

Bengkoelen Oud-A'gam Manindjau Fort de Koek Karolanden Sumatra

Java & Madoera Buitengewesten Ned. Indie

Perbandingan antara banjaknja laki2 c seperti dibawah ini :

Oost-Java Mid 'en-Java West-Java Jogjakarta

Laki1

7222835 5362008 5392618 749544

1,6 % 2,4 „ 1,8 „ 2,3 „ 2 8,7 „ 5,5 „ 4 3,7 „ 2,7 „ 2,2 „ 2,1 „ 1,7 „ 19,— „ 15,7 „ 14,6 „ 8,9 „ 4,2 „ 1,9 „ 4 „ 2,5 „

an perempoean adalah

Pevemp.

7588866 5603572 5646732 789324

Tiap*

1000 laki' 1050,7 1045,1 1047,1 1053,1

(22)

— 14 —

Soerakarta

Westk. v. Sumatra Lamp. districten Atjeh en onderh.heden Tapanoeli

Riouw

Palembang res.

Oostk. v. Sumatra Bengkoelen

Oud-Agam Manindjau Fort de Kock Karolanden Sumatra

Java & Madoera Buitengewesten Ned. Indië

Laki3

1248692 936674 179010 495840 518571 129368 535549 769858 162620 207247 48645

7218 41076 3924967 19975697 9088563 29064260

Peremp.

1286902 951192 172368 480105 516811 128071 528568 700537 153692 224750 54966 5797 43399 3820260 20915396 9023061 29938457

Tiap*

1000 laki2

1030,6 1016,5 962,91 968,3 996,6 990 987 910 945,1 1048,5 1129,9 803,1 1056,6 973,3 1047

993,9 1030,9 Njatalah, bahwa djoega di tempat2 jang koerang perempoe- annja terdapat banjak polygamie.

Lain tjonto adalah India, dimana menoeroet pendapatannja E. M. W h i t e ada ± 5 pCt. polygamie dari penganoet Islam, angka mana djoega diseboetkan oleh Mr. Sayid Abdullah Brelvi, M. A., dalam The Hindustan Review boelan April 1914.

Sekarang, berapakah banjaknja perempoean di India, sampai bisa ada polygamie begitoe banjak ?

Menoeroet perhitoengan djiwa pada 26 Februari '31, maka di India ada 170.477.673 perempoean dan 180.973.016 laki-laki, djadi ada lebih banjak laki-laki 10.495.343 daripada perempoean!

Apa kalau begitoe, oentoek membela kaoem laki-laki kaoem perempoean India moesti „berpolyandrie" sadja, soepaja „keaman- an oemoem" djangan terganggoe ?

Mrs. Cousins mengatakan dalam boekoenja „The Awakening of Asian W o m a n h o o d " : „There are seven million more men than women in India 1) , therefore it follows as a national service, that every woman should marry, and it is the way to freedom for mar- ried women that we have to seek".

Artinja : „Di India adalah lebih banjak toedjoeh djoeta laki2

daripada orang perempoean. Oleh karena itoe adalah soeatoe ke- wadjiban nasional, bahwa tiap-tiap perempoean haroes berkawin ; dan kita haroes mentjari djalan kearah kemerdekaannja perem- poean-perempoean jang berlaki".

Negeri lain jang kekoerangan perempoean, tetapi djoega ter- dapat polygamie antara lain Siam.

ï) Boekoe Mrs. Cousins terbit dalam tahoen 1922.

(23)

— 15 —

Menoeroet perhitoengan djiwa pada 15 Juli 1929 di Siam ada 5.711.142 perempoean dan 5.795.065 laki-laki, djadi ada lebih ban jak laki-laki 83.923.

Itoe semoea mendjadi boekti, bahwa walaupoen tidak ada vrouwenoverschot semalah ada overwegend mannenoverschot di Asia, maka toch polygamie ini „asik" didjalankan. Oentoek mem- bela kaoem perempoean ! Tidak tersenjoemkah kamoe, saudara2, mendengar ini ?

Sekarang kaoem jang pro-polygamie ini djoega mengatakan, bahwa polygamie ini ialah oentoek menghilangkan atau mengoe- rangi prostitutie. Orang2 jang berpendapatan begini njata boeta sekali. Sebab, walaupoen disini polygamie diperkenankan, walau- poen djoega pertjeraian dari fihak laki-laki sangat gampangnja, sehmgga sekarang kawin besok boleh bertjerai, walaupoen dus kesempatan dan kelonggaran oentoek mend'jalankan ..gewettigde prostitutie" ada gampang sekali, tetapi toch prostitutie teroes soe- boer sadja, dan perempoean, jang mendjadi korban dari stelsel masjarakat jang malang ini saban hari makin mendjadi tambah ke- sengsaraannja.

Argument jang achir ini sering sekali dipakai sendjata, teroe- tama dipakai seperti tjonto dengan negeri2 di Barat, dimana banjak terdapat concubinaat (hidoep setjara laki isteri tapi tidak kawin) dan prostitutie. Lebih baik ada polygamie seperti di Timoer kata- nja, daripada prostitutie di Barat, dimana banjak sekali terlahir anak-anak djadah.

Djoega E. M. W h i t e mengatakan bahwa :

,,A modified form of polygamy, the four wives allowed by Mohammed, has actually been of service in checking the advance of prostitution, and therefore a lesser evil has prevented the greater, for the position of a third or fourth wife is better than of

a prostitute, though of course that of an only wife is the best, and if the husband is faithful to her, that is the ideal mating.

Another justification for polygamie in the past is the conside- ration of the children, which in a polygamous nation are legitimate and, with their mother, have certain rights".

Artinja :

„Polygamie jang teratoer, jaitoe bini-ampat sebagai jang di- perkenankan oleh Mohammad, adalah menghalangi madjoenja prostitutie dan oleh karenanja, kedjelekan ketjil telah menghalangi adanja kedjelekan jang besar, sebab nasibnja bini-ketiga atau bini- keampat adalah misih lebih baik daripada nasibnja seorang soen- del, walaupoen tentoe nasibnja bini-satoe adalah jang paling baik.

Lain hal jang membenarkan polygamie boeat zaman doeloe ialah hal oeroesannja anak, jang besar djoemlahnja dikalangan Ra'jat jang berpolygamie^ dan jang bersama iboenja, mempoenjai beberapa hak jang tentoe".

(24)

— 16 —

Tetapi bagi saja dan bagi segenap perempoean Indonesia jang tahoe pada harganja diri sendiri, tetaplah polygamie satoe penghinaan, willekeur dari orang laki-laki, sebab selamanja poly- gamie didjalankan oleh karena hawa-nafsoe laki-laki jang djelek.

Dalam verslag Mindere Welvaart IX b 3, bijdrage dari Njcnja Dewi Sartika : „Dank zij de verleiding, de slechte omgang, en, wat het voornaamste is, de verwaarloozing van haren echtgenoot, zal het zedelijk gevoel van die vrouw op den duur verstomd zijn. Zij dankt het dan voornamelijk aan de uitspattingen van haar heer en meester".

Njonja Siti Soendari, idem berpendapatan :

„De polygamie is in werkelijkheid slechts in naam een behoor- lijke zaak, ze moet spoedig v.h. aangezicht der wereld verdwijnen.

W a n t uit de veelwijverij spruit voort voor beide seksen allerlei kwaad en allerlei oneenigheid, nalatigheid en moeilijkheid". Dan seteroesnja ia membilang oentoek menoendjoekkan, bahwa kaoem perempoean ini sangat diaboei matanja oleh soeaminja : „Een vrouw, die het volhoudt met een mededingster naast zich, zal na haar dood in een der hoogste hemelen komen, hoe meer mede- vrouwen er waren, hoe hoogeren hemel zij bereiken zal. Daar zal zij hoofdvrouw wezen over 40 engelen, bijvrouwen van haar echt- genoot, die weer bijvrouwen v.d. 2de rang zijn van haar echtge- noot. Zoodat zij daarboven 40 + 40 X 40 is 1640 engelen tot medevrouwen heeft. Oh, oh ! Deze vermaning lijkt wel zonder na- denken gegeven. Zelfs met één mensch tot medevrouw is het reeds niet uit te houden van harteleed, hoe zal het dan zijn met 1640 engelen, die zeker veel schooner en volmaakter zijn. Heeft dat nu den naam van hemel ? Mijnerachtens is dat een ware hel ! Kortom;

er zijn geen vrouwen ter wereld die, als zij gezonde hersens hebben, het verduren kunnen of die het gaarne hebben, met een medevrouw opgescheept te worden."

Dan selandjoetnja: „Laat de vrouw meer dan een man nemen.

Hoe zouden de mannen dat opnemen ? Dan zullen ze misschien in zinsverbijstering raken, amok maken, lui die er niets mee te maken hebben, overhoop steken enz".

Dengan koetipan-koetipan diatas, njatalah, bahwa djoega kaoem perempoean, jang sama sekali tidak terseboet begitoe „ra- dicaal" seperti kaoem Istri Sedar, pada membentji benar polygamie dan kedjadian-kedjadiannja.

Berlainan lagi adalah pendapatan orang laki-laki terpeladjar pada itoe waktoe, semalah ia mendjabat pangkat tinggi, ja'ni boepati.

Tatkala Mr. C. T h . van Deventer membikin pertanjaan-2 ke- pada kaoem ambtenaar-ambtenaar, menoeroet madjallah B. O.

1913, antara mana pertanjaan tentang banjaknja polygamie dan golongan (kias) mana dari Ra'jat (bangsawan, pertengahan, kro- monja) jang soeka berpolygamie, maka adalah boepati jang me- njeboetkan, bahwa conclusienja :

(25)

— 17 —

„Der langen Rede Kurzer Sinn ist: polygamie is uit den booze in den prijajistand, maar van weldadigen invloed voor de zwaar- werkende tani's".

„Wil men het Westersch gezinsleven invoeren in de Javaan- sehe maatschappij ? Daar valt zeker veel voor te zeggen ! Maar een zeker vrees kan ik toch niet onderdrukken, de vre»es of er niet veel djadah-kinderen (djadah is kind eener ongetrouwde vrouw) zouden rondloopen".

Saudara-saudarakoe, inilah pendapatan seorang laki-laki ! Pro-polygamie ! Tetapi boekan ia sadja, dj'oega kaoem perempoean di Indonesia ada jang terdapat ,,menjoekai" polygamie oleh karena

„takoet ada onwettige geboorten, takoet ada prostitutie lebih ba- njak", seperti kaoem Istri di Fort de Koek dalam boelan October

1929 telah mengambil poetoesan setoedjoe sekali pada polygamie ! Begitoe djoega Sarekat Istri Jacatra didalam tahoen 1932 telah mengambil poetoesan „pro-polygamie l" Adoehai, oentoenglah ka- oem laki-laki jang „lemah" ini, jang takoet kena godaan iblis, jang dengan senang hati memperbanjak „onwettige geboorten", menda- pat belas kasihan ini sehingga iaorang sama sekali tidak meng- ingati kesedihannja lain2 perempoean ! D jikalau isteri2 tadi sendiri dimadoe, apakah akan terdjadi ? Apa mereka akan pasrah dan

„bergirang dan bersoetji" hati sadja? Itoe saja tidak pertjaja.

Moedah-moedahan semboehlah mereka daripada pendapatan jang keliroe ini ! Sebab tidak lain, djika mereka tetap sadja pendiriannja, mereka hanjalah menolong memboenoehkan moraalnja Ra'jat In- donesia seoemoemnja, dsn menambahkan kegetiran dan keseng- saraan pada Ra'jat jang memang tersesat ini hidoepnja.

Tatkala voorzatter dari Mindere Welvaart Commissie, toean Steinmetz membikin voorstel oentoek mengadakan wettelijk verbod (larangan) tentang polygamie sebagai „een eerste stap tot gelijk- berechtiging van vrouw en man", maka anggauta2 dari Commissie ini, jaitoe boepati-boepati Demak, Modjokerto, Serang, Djakarta dan Djepara, sama memberi advies „anti-regeeringsbemoeienis te dier zake'' (tidak tjotjok pemerentah tjampoer dalam hal ini). Biar- lah dengan onderwijs sadja, katanja, nanti djoega akan ada kema- djoean !

Marilah kita selidiki, apakah betoel polygamie itoe perloe di- adakan di Indonesia oentoek „membela" djanda2 jang mempoenjai anak jatim, oentoek membela keamanan, sebab laki-laki Indonesia itoe mempoenjai nafsoe polygamie jang boeas.

Saudara2 haroes mengerti betoel, biasanja soeka diseboetkan oleh kaoem pembela laki-laki, bahwa laki-laki di Indonesia ini soe- dah semoestinja bernafsoe boeas, dan oleh karena nafsoe boeas ini ia sering kepingin ganti2 bini, hidoep berpolygamie dengan ber- gantian bini. Di bawah nanti akan njata, djika kita bandingkan banjaknja perempoean jang tertjerai dengan perempoean jang di- madoe.

(26)

— 18 —

Angka2 saja petik lagi dari publicaties volkstelling 193G.

Di Djawa Barat,

Jang berkawin perempoean 2461.166 laki-laki 2370.852 Perempoean jang terbela oleh polygamie 90.314

Tetapi perempoean jang tertjerai ada 356.963 Oentoek 1 perempoean jang terbela ada 4 jang djadi korban-

nja nafsoe boeas tadi, dan oleh karena hak talaq ada dalam tangan laki-laki.

Djawa Tengah selainnja Solo dan Jogja,

Perempoean berkawin 2435.324 Laki-laki „ 2306.864

Perempoean jang terbela oleh polygamie 128.460

Perempoean jang ditjerai ada 255.408 1 terbela oleh polygamie — 2 djadi korban nafsoe boeas.

Djawa Timoer.

Jang berkawin perempoean 3224.388 laki-laki 3095.966 Perempoean jang terbela oleh polygamie 128.422

Perempoean jang ditjerai 408.866 1 terbela oleh polygamie — 3 djadi korban nafsoe boeas.

Djawa S Madcera.

Jang berkawin perempoean 8988.828 laki-laki 8611.887 Perempoean jang terbela oleh polygamie 376.941

„ ditjerai 1108.356 1 terbela oleh polygamie — 3 djadi korban nafsoe boeas.

Sumatra,

Jang berkawin perempoean 1698.059 laki-laki 1655.386 Perempoean jang terbela oleh polygamie 42.673

ditjerai 162.225 1 terbela oleh polygamie — 4 djadi korban nafsoe boeas.

Borneo,

Jang berkawin perempoean 269.624 laki-laki 268.723 Perempoean jang terbela oleh polygamie 901

„ ditjerai 29.393 1 terbela oleh polygamie — 33 djadi korban nafsoe boeas.

(27)

— 19 — Celebes.

Jang berkawin perempoean 778.400 laki-laki 755.976 Perempoean jang terbela oleh polygamie 22.424

„ ditjerai 72.816 1 terbela oleh polygamie — 3 djadi korban nafsoe boeas.

Indonesia.

Janq berkawin perempoean 125.730.34 laki-laki 120.876.57 Perempoean jang terbela oleh polygamie 485.377

„ ditjerai 1.419.941 1 terbela oleh polygamie — 3 djadi korban nafsoe boeas.

Tidak boektikah, bahwa malang, seriboe kali malang, oentoek mengichtiarkan nafsoe boeas soepaja djadi padam dengan polyga- mie, tidak lain maloe kita, seriboe kali maloe, bahwa pertjeraian de- mikian banjaknja, bahwa permadoean boekan oentoek membela, tetapi oentoek bertoekar bini toea sama jang moeda dan tjantik, sesoedah bosen bertoekar lagi. Perempoean jang terbela tadinja ini dengan polygamie, setelah ditjerai, tidak bisa berkawin lagi.

Apa artinja terbela ini, hanjalah asal sadja mengalami bersoeami dan tidak lain ?

Mengingat boekti2 dari keboeroekan demikian, melihat kele- mahan kaoem perempoean Indonesia jang bodoh dan terikat de- ngan hidoep ekonomie tidak merdeka, sehingga iaorang haroes mendjoewal diri dengan berkawin (dalam hakikatnja), walaupoen tidak ada penghargaan sama sekali padanja dalam perkawinan.

Mengingat segala penghinaan-penghinaan dan pemboedakan terhadap pada kaoem perempoean Indonesia oleh karena hak menalak hanja ada dalam tangan laki-laki dan ia boleh memper- goenakan talak ini semaoe-maoenja, mengingat poela kesedihan- kesedihan jang terdjadi oleh karena diberikan kelonggaran oen- toek bermadoe, maka haroes'giranglah kita dengan adanja ran- tjangan ordonnansi perkawinan itoe. Orang laki-laki mengatakan, bahwa permadoean itoe baik sekali didjalankan di Indonesia, oleh karena ia orang semoea mempoenjai nafsoe boeas (polygamische drift) dan tentoe nanti meroesak perkawinannja orang lain, djika iaorang tidak diperkenankan bermadoe lagi.

Kita kaoem perempoean Indonesia memang tidak dipandang sebagai manoesia, djoega pemerentah tidak menganggap kita se- perti 100% manoesia. Sebab iaorang djoega membiarkan kita di- perhinakan oleh soewami-soewami kita, hanjalah barangkali ber- fikir, bahwa soedah semoestinja, sebab pemerentah sendiri takoet bahwa kaoem laki-laki kita akan berontak, oleh karena hak talaq

(28)

— 20 —

dan hak bermadoe oentoek diaorang akan dibatasi, walaupoen oentoek pendapatan kita hanjalah akan diberi „kelonggaran" oen- toek bertindak baik terhadap kawan sedjawatnja „perempoean In- donesia". Beratoesan tahoen kita selaloe dipandang sebagai se- tengah harga. Tetapi d jika perempoean-perempoean Belanda dihi- nakan oleh bangsa kita, maka timboellah „rantjangan perkawinan tertjatat" dan sambil laloe djoega kita diberi kelonggaran oen- toek d.perlindoengi. Mengertilah saudara-saudara akan harganja perkataan „diberi kelonggaran" ini ? Boekan semata-mata kita kaoem perempoean Indonesia jang akan diperlindoenginja, tetapi perempoean Belanda ! Tidak heiranlah kamoe sekalian djoega, djika kita terperandjat melihat satoe andjoeran jang bersifat ke- mancesiaan ini ?

Ampir semoea orang menjangka, bahwa kita jang mendesak pada pemerintah soepaja diperlindoengi. Masakah kita bertindak demikian, sebab hampir semoea pemerintah-pemerintah di doenia (oleh karena wet-wet dibikin oleh orang laki-laki) bersikap reak- sionnair terhadap pada orang perempoean. Itoelah sebabnja kita kaoem Istri Sedar, pertjaja pada kekoeatan diri sendiri !

Marilah kita selidiki ordonnansi itoe. Djaoeh dari sempoerna ! Sebab hak-hak kita tidak tertoelis dengan terang ! Terhadap pa- da f asal 16 Bab II keberatan kita :

Kita tidak setoedjoe, bahwa anak-anak dari perkawinan ke- doea, jang dibatalkan itoe, diberi hak sama dengan anak-anak dari perkawinan jang sjah. Kita mesti prncipieel dan djangan me- ngingat „belas kasihan" pada anak-anak jang tidak sjah ini, se- bab djika demikian tidak ada perlindoengan 100% bagi perem- poean jang berkawin „tertjatat" dan bagi anak-anaknja. Kaoem laki-laki haroes takoet akan adanja „anak-anak djadah" ini, djika tidak, tentoe ia tidak akan mengingati kebaikan.

Terhadap pada fasal 26 keberatan kita, djanganlah tertoelis

„Djika seorang perempoean jang soedah ditjeraikan lantaran per- mintaannja sendiri berada dalam kekoerangan," akan tetapi ha- roes tertoelis : Seorang perempoean jang soedah ditjeraikan lan- taran permintaannja sendiri berhak atas toendjangan ; sebab jang berdosa disini laki-laki, boekan perempoean.

Terhadap pada fasal 27 ajat 1, oentoek pendapatan kita tidak haroes tertoelis :

1. Pembajaran itoe ditentoekan menoeroet penghasilan laki-laki dan menoeroet deradjat kepantasan orang perempoean — akan tetapi haroes berboenji demikian :

1. Pembajaran itoe ditentoekan menoeroet penghasilan laki-laki dan sedikit-sedikitnja 2 5 % dari pendapetan bekas soewam:- nja perempoean.

Sebab apakah kita andjoerkan demikian ? Oetjapan „menoe- roet deradjat kepantasan orang perempoean" itoe tidak djelas dan tentoe akan menimboelkan ketidak-adilan terhadap pada perem-

(29)

— 21 —

poean ini. Mitsalnja istrinja seorang lid dari volksraad, apakah deradjatnja sesoedah ditjerainja ? Dalam masjarakat Indonesia tidak bisa teroekoer dan terbatas hal „deradjat kepantasan" itoe.

Terhadap pada fasal 29 keberatan kita, ialah soepaja diha- poeskan perkataan : ,,dengan mengingat hoekoem adat", sebab soedah tjoekoeplah, djika hakim sadja jang memoetoeskannja.

Menoeroet hoekoem adat jang mengoeasai hidoep kita di Djawa dan Madoera, orang laki-lakilah jang berhak atas anak-anak ki- ta, sedangkan kita samasekali ta' mempoenjai hak apa-apa. Adil- kah ini, djika kita tidak djoega diberi hak atas anak kita? Lain lagi djika kita jang salah (berdosa) atau kita jang tidak baik memeliharakan anak.

Terhadap pada fasal 32 keberatan kita, hendaklah kiranja waktoe 1 tahoen jang tertoelis disini, dibikin 2 tahoen. Oentoek pendapetan kita, 1 tahoen tidak tjoekoep oentoek menginsjafkan orang-orang pada harganja ordonnansi baroe ini.

Njatalah, bahwa rantjangan ini tidak sempoerna dan teroe- tama oleh karena ordonnansi ini tidak diwadjibkan dipakainja, ha- njalah diadakan kelonggaran oentoek memakainja. Seharoesnja segenap kaoem pegawai goepermen, lid-lid volksraad, pegawai- pegawai gemeente, lid-lid gemeenteraad haroes diwadjibkan me- makai ordonnansi ini sebagai tanda kehormatan bagi pangkatnja.

Tetapi, ini tentoe terlaloe bagoes, sedangkan sekarang djoe- ga soedah ramai di Indonesia dikeloearkan perkataan-perkataan jang tidak-tidak.

Memang, orang-orang ini sangat sempit dan tidak tadjam fikirannja. Ada jang membilang, hoekoem Toehan dikesamping- kan dengan adanja ordonnansi ini, sebab Toehan membolehkan bermadoe, asal berlakoe adil. Toehan memberikan hak talak pada laki-laki, asal berlakoe dengan adil !

Djika ada jang berzinah oleh hoekoem sjara' orang ini ha- roes disawat dengan batoe sampai mati. Kita mengetahoei riboean orang tiap-tiap hari berzinah, atau tidak diseboet berzinahkah orang-orang jang membeli kehormatan perempoean dengan oe- wang ? Di Tandjong-Priok, di kota Betawi, di Bandoeng dan lain-lain kota besar tempatnja perempoean berdagang dari, mana- kah orang-orang jang disawat dengan batoe oleh ahl>ahli jang pandai ini ? !

Kaloe orang-orang matjam demikian diperlindoengi hoekoem negeri dengan tidak dihoekoem melakoekan zinah atau ada djoe- ga atoerîn'hoekoem, akan tetapi soesah mentjari bewijs-bewijsnja, iaorang jang pandai-pandai ini tinggal diam sadja.

Tetapi 'kalau perempoean Indonesia jang baik-baik akan di- perlindoengi, memprotes iaorang sekoeat-koeatnja.

Djika hoekoem Islam menjoeroeh orang jang maling dihoe- koem dipotong tangannja menoeroet beratnja dosa, dan walaupoen setiap waktoe toean penghoeloe membuangkan perkataan ini, dan

(30)

— 22 —

pemerintah ta' mengindahkannja dan menghoekoem bangsat ini dengan hoekoeman pendjara, djadi entenglah hoekoeman ini, memproteskah segenap kaoem Moeslimin terhadap pada keadilan jang bertentangan dengan hoekoem Sjara ini ? Tidak ! sama se- kali tidak ! Iaorang bergirang hati, bahwa pemerintah tidak berla- koe kedjam demikian !

Tetapi djika perempoean jang akan dihargakannja, ach, pe- rempoean tidak ada harganja ! Seorang maling dikasihani orang, orang jang berzinah dikasihani orang, tetapi perempoean ta' oe- sah dikasihani !

Pemerentah sendiri dari dahoeloe sampai sekarang ta' me- mandang kita sebagai manoesia !

Djika sepatoe kita ditjoeri orang, atau perabotan roemah ki- ta ditjoeri, kita memberi tahoe pada politie, maka ditjarikannjalah sepatoe dan perabotan roemah kita, tetapi djika soewami kita di- tjoeri orang dibiarkannja, sebab soedah biasanja dalam kalangan ra'jat kita permadoean dan pertjeraian ini. Masakah seorang soe- wami ada lebih rendah harganja daripada sepatoe atau perabotan roemah ? Tiadakah maloe kamoe saudara-saudarakoe laki-laki di- rendahkan hargamoe daripada barang-barang kepoenjaan kita ?

Memang soekar mendapat pengartian bagi kita dan seringka- li kita sendirilah-jang salah. Soal ordonnansi ini sering-sering di- roev/etkan oleh kita sendiri. Seperti jang terdjadi di Semarang dalam rapat terboeka (tertoetoep) dari Istri Indonesia, dimana diseboetkan soepaja hati-hatilah kaoem perempoean Indonesia menentoekan sikapnja pro- atau contra ordonnansi perkawinan baroe, sebab kata voorzitsternja, djanganlah nanti terdjadi ke- kaloetan dalam kalangan ra'jat, teroetama dari kaoem nasionalis dan kaoem moeslimin.

Saudara-saudara, kita hanja bisa mentjapai kemanoesiaan dan kemerdekaan dengan berani dan sentausa ! Boekan soal Nasiona- listen contra Islamieten, ordonnansi baroe ini hanjalah soal laki- laki dan perempoean !

31 miljoen perempoean meminta haknja dan 30 miljoen ka- oem laki-laki ingin mempertahankan haknja menalaq dan mema- doe, sehinga koetjar-katjir nasibnja ra'jat Indonesia ! Dalam ka- langan kaoem nasionalis terdapat orang-orang jang djoega maoe memperkoeat hak-hak ini dan dalam kalangan kaoem Moeslimin djcega terdapat orang-orang jang loeas dan dalam pendapatan- nja dan mengarti betoel akan ketinggian deradjat ra'jatnja de- ngan memberi kemanoesiaan pada kaoem perempoean.

Kaoem perempoean Indonesia sendiri jang haroes menen- toekan, jang haroes memperlihatkan kekoeatan dan kesentosaannja.

Djika kesempatan jang diberikan pada kita, kita lalaikan dan kita masih djoega boleh ditakoet-takoeti, nistjaja tjilakalah kita ! Boe- kan perempoean jang insjaf dan gagah jang kita haroes fikirkan, tetapi perempoean jang lemah, jang takoet berhidoep sendiri . . .

(31)

— 23 —

Kami mentjoba menggambarkan keadaan-keadaan di Indo- nesia dengan objectiviteit, dengan lebar dan dalam, walaupoen tidak dengan wetenschappelijkheid seperti toean-toean studenten jang memberi tjap ,.wetenschappelijkheid" psda karangannja de- ngan memperbanjak oetjapan-oetjapan ahli-ahli katanja. Saja ha- nja seorang jang berpeladjaran rendah tetapi bisakah orang me- ngatakan bahwa boekti, angka-angka jang saja kemoekakan ada bohong ? !

Bisakah iaorang menjalakan bahwa angan-angan lain me- njoeroeh saja mentjahari boekti-boekti agar soepaja saudara-sau- dara sedjawat kaoem laki-laki dan teroetama kaoem perempoean Indonesia akan mengarti pada keboeroekan-keboeroekan dan ke- rendahan-kerendahan pertjeraian jang sebanjak itoe jang mendja- di penghinaan pada segenap ra'jat kita ? Inikah „vrouwelijk sen- timent" djika kita dengan sepenoeh-penoeh hati kita beringin, soe- paja dengan koeatnja kedoedoekan perempoean, ra'jat Indonesia mentjapai ketinggian deradjat jang semoelia-moelianja di doe- nia 'l ! Oentoek kaoem perempoean lemah jang dipermainkan dan diperboedakkan saja meminta kemanoesiaan, oentoek kami sendiri, perempoean jang tegoeh dan insjaf, pertjajalah, lebih baik mati kelaparan ditengah djalan daripada maoe dihinakan oleh soewami.

Terserah pada kamoe, kaoem penjinta kemadjoean dan ke- tinggian deradjat ra'jat, terserah oentoek memoetoeskannja ! Ka- oem perempoean, dalam tangan kamoe sendiri terletak nasib ke- merdekaan dan kemanoesiaanmoe ! Terima kasih !

(32)

K E T E R A N G A N D A N DJAWABAN.

Setelah pidato kami dimoeat dalam soerat-soerat kabar, maka gemparlah perhatian dari fihak kaoem pendekar-pendekar dan ahli-ahli pembela kebaikan dan ketertiban perkawinan.

Didalam soerat-soerat kabar, didalam rapat-rapat ditimbang- timbang dan disiarkan, bahwa itoe pihak kaoem perempoean se- karang lagi mempropagandakan ordonnansi baroe katanja. Pa- dahal dalam oemoemnja kita tidak mempropagandakan, semalah kita mengoepas rantjangan ordonnansi baroe ini. Tetapi jang le- bih heiran lagi, ialah pendapetan mereka jang termasoek dalam golongan ,,anti rantjangan kawin tertjatat" ini !

Dalam segenap pembitjaraannja iaorang mengatakan, bahwa laki-laki itoe memang soedah bersifat bernafsoe boeas dan teroeta- ma kaoem laki-laki di Indonesia, sebab katanja, kalau tidak diper- kenankan bermadoe (berpolygamie), iaorang toch akan berpo- lygamie clandestien, jaitoe dengan gelap-gelapan. Dan iaorang per- timbangkan, apakah jang lebih baik, polygamie jang sjah atau jang tidak sjah !

Saudara-saudara kaoem laki-laki Indonesia, tiadakah maloe saudara-saudara diberi itjap toekang madoe, maoepoen wettig atau onwettig ? Tiadakah kaoem penjinta polygamie ini mengim- pi dan tiada bisa melihat, bahwa terbanjak bangsa laki-laki kita

jang hidoep soetji, jang bentji pada polygamie sjah atau tidak sjah, oleh karena apa ? Oleh karena iaorang pertjaja pada tjinta jang koeat dari seorang perempoean dengan seorang laki-laki, oleh karena iaorang — djika pendidikan orang toea atau goeroe tidak menanam benih dalam hatinja — bersifat idealistis dan hanja ingin hidoep soetji dalam perkawinan dengan istri satoe. 97,5% dari per- kawinan di Indonesia berdasar atas monogamie, beristeri satoe.

Djadi njata orang-orang laki djoega, — selainnja dari kaoem penjinta polygamie barangkali — menjintai perkawinan istri sa- toe dan menganggap ini seperti biasa. Djadi, djika pemerentah melarang polygamie — dan perkawinan tertjatat ini vrijwillig, de- ngan kemaoean sendiri, tidak dipaksa — orang-orang jang toch soedah hidoep baik akan lebih soeka, sebab orang laki-laki ini bisa menoendjoekkan ketjintaannja pada si istri dengan berkawin ter- tjatat.

Laki-laki ini tidak akan berasa terikat, sebab soedah semocs- tinja dalam pendapetan iaorang — kalau orang perempoean itoe diberi ketetapan, ketentoean, diberi kehormatan. Saja katakan ta- di diatas, hanja oentoek perempoean lemah, jang takoet ditjerai oleh soewaminja, atau jang takoet — djika pertjeraian terdjadi

— oentoek mentjahari nafkah sendiri, perlindoengan jang beroe- pa toendjangan dari si bekas-soewaminja ini ada manfaatnja.

(33)

— 25 —

Marilah kita bandingkan, bagimana mengheirankannja, dji- ka ,,membela perempoean Indonesia" itoe didasarkan pada nafsoe beristeri banjak dari pihak laki-laki.

Dalam pidatonja Njonja Rasoena Said dari Permi di Suma- tra's Westkust ia mengatakan :

„Tetapi djika keadaan memaksa, oeang tjoekoep dan sjarat- poen dapat, sedang goenanja penolong binti hawa jang terloenta- loenta akan beranikah kita melarang soeami kita beristeri seorang lagi ? Tidakkah kita jang soedah menoeroetkan nafsoe ? Manakah jang lebih hina, kita koengkoeng soewami kita itoe menjintai ki- ta sadja, tetapi kita biarkan seorang hamba Allah sampai terlan- tar, padahal djika ditolong masih terloeang djalan jang sjah ?

Manakah lagi, jang namanja tjinta bangsa ? hendak mengang- kat derdjat kaoem iboe Indonesia ? Ataukah kita biarkan sadja perempoean-perempoean jang malang itoe sehari-hari memper- dagangkan kehormatannja ? Soekakah kita karena kelobaan itoe k'ta dinamai perempoean rakoes ?

Betoel banjak perempoean-perempoean jang takoet kepada isterinja (jang toea S. Pr.) lantas tak maoe kawin.

Tetapi djangan loepa tengok itoe djalan masih lapang.

Disana masih ada tempat baginja melepaskan nafsoenja, bersem- boenji dan berlakoe gelap selakoe seorang hina. Djika soedah be- gini apakah jang hendak dikatakan lagi ? Kita larangkah dia, pa- dahal kita sendiri jang sebenarnja menjoeroehkan dia bo.rboeat itoe ? Kita tidak soeka diberikannja bermadoe dengan terang, te- tapi kita soeka diberinja bermadoe setjara gelap. Kita toetoep dja- lannja kepada kebaikan tetapi kita boeka pintoenja berboeat dja- hat".

Dan selandjoetnja ia berkata :

„Kita kaoem perempoean memang soedah biasa berkorban oentoek orang lain, oentoek kesenangan anak-anak dan soewami kita sendiri. Kita dipaksa menangis lantaran melahirkan seorang anak, demikian poela kita disoeroeh menangis oentoek kebahagian masjarakat. Kita dipaksa berkorban menoempahkan air mata, me- lepas seorang soewami jang ditjintai oentoek beristeri seorang la- gi, djika memang masjarakat kita perloe meminta itoe".

Inilah pendapetannja seorang perempoean, jang merasa ke- pedihannja dimadoe, tetapi kasihan sama soewaminja. sama kawan

perempoean jang lain ! Memang berlainan sekali faham ini ! Saja pertimbangkan, pada saudara2, bahwa di Turkije, dalam tahoen 1928 polygamie telah terlarang, sebab perkawinan didaf- tarkan, pertjeraian hanjalah boleh terdjadi dengan poetoesan ha- kim. Laki-laki atau perempoean jang berkawin dobel, dus bigamie, dihoekoem dengan hoekoeman pendjara. Padahal Turki itoe negri

(34)

— 26 —

Islam dan diperintah oleh ra'jat Turki sendiri dan menoeroet Sta- tistiek tahoen 1927 dari Pemerintah Turki, maka banjaknja :

Laki-laki ada 6.506.901 Perempoean ada 7.035.894 djadi ada kelebihan perempoean 528.993

Mendjadilah halangan ini oentoek soewatoe pemerintah mo- dern ? ! Boekan hidoep sembarangan perempoean sama laki-laki jang dianggap soetji atau perloe, akan tetapi perkawinan monoga- mis ialah pertjintaan antara 1 perempoean dengan 1 lelaki jang haroes soetji !

Tjara begimanakah perempoean Hindoestan haroes berkata, dimana di Hindoestan ada kekoerangan perempoean 10 miljoen ? Haroes berpolyandrie, bersoewami lebih dari 1 oleh karena ia- orang haroes belas kasihan sama laki-laki ? ! Tiada mengertikah njonja2 dan toean-toean ini bahwa berkata atau menjand'arkan tji- ta-tj-ta ,,belas-kasihan" terhadap pada nafsoe boeas dari kaoem laki-laki atau belas kasihan oleh karena perempoean-perempoean semoeanja mesti 'kawin, akan membawa kekaloetan doenia dan merendahkan kesoetjiannja perkawinan sebagai soeatoe penghilang hawa nafsoe sadja ?

Dan begimanakah pendapetan-pendapetan perempoean India (Hindoestan) terhadap pada soal polygamie ini? Iaorang soedah terpandang lebih madjoe, pandai dan bidjaksana dari pemimpin- pemimpin perempoean di Indonesia.

Dalam tiap-tiap Congres iaorang membit j arakan hal ini oleh karena kepentingannja berhoeboeng dengan kebaikan hidoep dan moraalnja ra'jat Hindoestan. Dalam verslag dari All-Indian W o - men's Conference (sematjam Kongres Perempoean Indonesia) da- ri tahoen 1932 termoeat di katja 106 :

4. This conference strongly condemns polygamy and urges pa- rents not to give their daughters in marriage to men who al- ready have wives. It is also of opinion that girls of nature age and judgment who marry men with wives should be boycotted, 5. This Conference recommends that unequal marriages of old

men to minor girls should be forbidden by law.

7. This Conference is of opinion that marriage should not be made compulsary for every girl and urges upon parents the necessity of recognising the rights of sons and daughters to decide their own career in life.

9. This Conference again urges that a definite effort should be made to educate public opinion against the practise of Polygamy.

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

19.. !:alum resya - rakat Kluet tradisional arrak laki-laki ooru. Dengan dl?mikian anak laki - lakl pada rolan:: hnrinya terpisah dengan ibu dan keluargG. lainnya ,

Laporan ini juga memperoleh manfaat dari dua hasil penting dari INDOPOV, yaitu laporan Membuat Layanan Publik Bermanfaat bagi Rakyat Miskin dan Revitalisasi Ekonomi Pedesaan:

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung terselenggaranya tertib administrasi pemerintahan dan peningkatan kinerja Kabinet Indonesia Bersatu, dipandang perlu

Dalam rangka melaksa~nakan DIKTUM KETIGA membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Kreatif yang beriugas melakukan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi

Tujuan Program P2KP adalah mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui (1) penyediaan dana pinjaman untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembukaan lapangan

Ini berlakoe poela boe,at nisbah dari pemerin- tahan (Regeeringsverhoudingen). Moela2 di- adakan kabinet jang meloeloe bertanggoeng dja- • wab pada presiden, oleh Sjahrir

Adapoen jang ampoenja atawa jang pakei (sewa) soewatoe pekarangan, atas mana soedah atawa belom didiriken roemah dan sebageinja, wadjiblah membri idzin masoek di dalam

(-) Deugen tiada pentjeharijan — tiada ada jang di makan = zonder midde- len van bestaan.. Djikaloe dia di tangkep di loewar tempat roemahnja, maka dia di hoekoem kerdja paksa