68 {gjcrita Jtoman
74 Hiciita ^owntMn
•djonggos Idloe toetoerkan sa'adanja jang ia taoe.
„'Nkong, 'nko Sian-in kena tembak pendjahat tadi malem, loeka diatasan bahoe tangan. 'Nkong, kita pergi kasana ; 'nko Sian-in tentoe amat sakit, oh, Àllah !"
Itoe gadis brenti seperti orang jang lagi kesa
kitan, kemoedian laloe toeroenken lagi apa jang itoe djongos tjeritaken padanja.
„Kesian, itoe anak moeda jang baek", meman-deng itoe orang-toea pada Keng-jan jang kliatan goegoep, „hajolah kita lekas pergi liatin padanja."
Tida lama itoe 'mpe dan Keng-jan kliatan
ber-<ljalan memboentoetin si Katjoeng.
Katjoeng jang masih kliatan amat tjapenja. Itoe^
Iah ada boeat pertama kali jang kakinja Keng-jan melangkah itoe tanah-tanah betjek didalem kota, dan itoelah ada boeat pertamanja iapoenja hati bergontjang dan bergoemeteran laksana tergeter-nja itoe daoen-daoen terkena silirantergeter-nja angin jang santer !
Satoe djam kamoedian marika sampe dimoeka roemahnja Sian-in dengen disamboet oleh iboenja itoe anak moeda jang djadi begitoe heran, hingga itoe njonja toea djadi kamekmek sekian lamanja.
Moela-moela Keng-jan merandek didepan orang poenja tangga, ia bersangsi sabentaran. Ia angkat kepalanja dan memandeng kadalem, iapoenja pi
kiran kaloet dan itoelah jang bikin ia sangsi boeat lantas masoek kadalem iioe roemah jang sanget asing baginja. Tapi satoe kakoeatan adjaib telah gambarkan dalem pikirannja : roepanja Sian-in jang kliatan lagi merinti-merinti kesakitan dengen itoe mata jang penoeh pengharepan atas dateng-n j a s a t o e o r a dateng-n g . . . .
R o e n i l o e n a m n l a K - w a d f i b o i n 75 Baroelah ia seperti sedar dalem kesangsiannja^
dimana lekas djoega ia manggoet dengen renda sekali pada iboenja Sian-in dan kamoedian seper
ti ditarik oleh soeatoe rante moedjidjad jang tida kliatan, itoe gadis laloe iringkan sadja tindakan-nja itoe Katjoeng, dengen kepala toendoek, piki
rannya lingloeng
„Nona, oh 'mpe berkata Sian-in de
ngen terkedjoet dan hati terharoe waktoe meliat marika masoek, sambil maoe bangoen menjam-boet.
„Djangan kau bangoen, In", membales itoe orang toea seraja memandeng itoe bahoe jang diverband,
„bagimana, In, sampe kau bisa diserang pendja-hat ?"
Sian-in laloe toetoerken apa jang kedjadian atas dirinja sampe ampir sadja meniwasken djiwanja.
Keng-jan mendengerin dengen penoeh pengrasa-han jang ia sendiri tida taoe apa rasanja, tjoema iapoenja aer-mata ada meleleh diantara itoe se-lat-selat hidoeng jang mantjoeng sambil mengawa-sin itoe anak moeda dengen pengrasahan piloe. . . la merasa itoe -pengrasahan sakitnja Sien-in ada menoesoek diantara iapoenja hati dan
djan-toeng !
„Nona dan 'mpe " berkata Sian-in de
ngen aer matanja, „saia tida bisa bilang dengen apa saia boleh membales 'mpe dan nona poenja kebaekan jang kau oendjoekan sekarang. . . . Me-lainken saia dan ini saia poenja iboe/' menjam-boeng Sian-in seraja mengoendjoek pada iboenja,
„berdoa kepada Allah jang maha Koeasa soepaja Ia jang moerah aken balesken kau poenja ke
baekan."
76
S'ßciittM
V o r n a n„Kau ada salah, anak. Kau poenja kasoedian hati pada kita, dan soeda sering sering djoega da
teng di itoe goedoek jang m e s o e m , ada tanda dari kita poenja persobatan, dan mengapakah salahnja kaloe akoe dateng tengokin, apalagi waktoe kau lagi sakit"
„Ja, 'nko Sian in soeda dateng di saia goeboek berpoeloeh kali," toeroet menjamboeng Keng-jan sambil mengadepin iboenja Sian-in dengen pengrasahan soeka, ,,mengapalah, 'nko, kau boleh kata begitoe."
Iboenja Sian-in bales memandeng pada itoe ga
dis dengen kagoem dari mata teroes kahati.
Iboenja Sian-in laloe adjak itoe 'mpe toea ber-doedoek dikoersi jang letaknja tida djaoe diloear kamar. Mjrika masing-masing tanja marika poe
nja asal oesoel dan sebaginja, tapi marilah kita masoek didalem kamar :
„'Nko, kau kena pelor, apa dokter bilang, itoe toelang tida pa. . . . tah ?"
Moelai itoe gadis sambil doedoek ditepi ran-djang sembari pegang tangannja Sian-in.
"Jan, oh djiwakoe ! kau poenja bintang ada terangin padakoe hingga loepoet dari bintjana ! menjaoet Sian-in dengen kepel keras tangannja itoe gadis dan lantas bawa kahidoeng boeat di-tjioem. Kamoedian ia tarik itoe tangan, ia laloe rangkoel itoe leher jang poetih, tjioem itoe dji-dat, itoe bibir jang tipis merah lama, lama sekali dengen tida bersoeara Satoe tjioeman jang tida bersoeara jang menggontjang-ken njawa
* *
*
à
•CoentfoenamnBBfoi B f i w a d f l b a n 77
•
Tdnggal 28 November 1927.
Diroewangan pengadilan ada berdoedoek 1 Pre-I i sident Landraad terapit oleh 4 leden, griffier,
djaksa dan 1 Luitenant Tionghoa. Dilain bangkoe ada berdoedoek 1 Hoofdagent Blanda dengen 2 politie agent, diseblahnja lagi ada terliat Lim
^ Sian-in dan itoe tabib bangsa Djawa. Samentara
* satoe orang Melajoe dengen tangan diborgol ada berdiri ditengah-tengah.
„Kdmoe poenfa nama, oemoer dan tempat ting
gal ?" Satoe soeara jang menggetarkan terdenger.
„Hamba poenja nama Dilóh, oemoer 38 taoen, tida ada tempat tinggal jang tentoe."
„Pakerdja'an ?" kombali itoe soeara jang keren
•dioelangken.
„Tida ada pakerdja'an jang tetep."
„Pada malem minggoe tanggal 2o Juni sekira
•djam I dimana kau ada, apa kamoe inget itoe ?"
„Hamba inget, itoe malem hamba ditangkep."
„Äpa sebab kau ditangkep, bitjara teroes terang, I I itoe ada lebih baek boeat kau, mengerti !" Itoe soeara jang berobah begitoe keren seperti meng-gerengnja matjan, membikin moekanja persakitan djadi poetjet.
A „Tida oesah pikir boeat moengkir, disini ada sedia tjoekoep boekti-boekti, kau taoe, hnekoeman apa kau bisa dapct kaloe bitjara tida betoel da
lem pengadilan?!" berkata lagi itoe hakim koeti-ka meliat persakitan diam sadja.
Itoe soeara semingkin angker, itoe persakitan mangkin poetjet, 10 minuut kamoedian itoe orang baroelah bisa bitjara dengen bibir goemeter :
„Hamba ditangkep sebab hamba lari "
„Bitjara teroes," katanja koetika meliat lagi-lagi