Soetji menoempoek soetji.
Hati menoekar hati.
P
ADA hari perkawinan Zoebaida, Tenggara tjip-takan keramaian jang soenji karena permintaan Zoebaida, jang diindahkan dan di
benarkan
Zoebaida minta, goena jang mati-mati, jang mengor
bankan djiwa, goena saat damai itoe, soepaja hari perkawinan dibikin demikian roepa sederhananja, dan ia nanti djoendjoeng itoe.
Tatkala hal ini oleh Marga Boeana didamaikan ke
pada Sangihe, ia terima dengan hati soetji.
„Kalau ini permintaan Zoebaida, Tenggara tidak boleh membilang tidak
Pada pagi itoe Sangihe datang menjamperi Zoe
baida seperti habis menangis.
Sangihe menanja :
,,Kau menangis Zoebaida, dihari perkawinan kita.
Ingat, malam ini kita poenja hari nikah, biarpcen oleh kau diminta, dengan tidak ada pesta-pesta jang gem
bira
Zoebaida pandang Sangihe tatkala ia mendjawab ; ,,Menangis, oh, tidak. Kenapa menangis ?"
Sangihe kelihatan sangat marah sekali, bahwa ia didjoestai :
„Kau berdjoesta Zoebaida. Kau poenja mata bi-tjara lebih banjak dari kau poenja lidah. Kau mena
ngis, djangan kau moengkir ".
Zoebaida menghela napas :
„Oh, ja, Sangihe, akoe tangiskan Laila. Dalam ber-oentoengkoe ia tidak bersama".
Sangihe nampak sekali bahwa ia djadi lebih goesar.
,,Kau mendjoestai akoe, mendjoestai hati, dan men-djoestai Tenggara ".
Sambil oetjapkan perkataan ini Sangihe berlaloe, tetapi Zoebaida dengan takoet ia memboeroe
„Sangihe, kau marah ?"
,Ja " djawabnja Sangihe dengan paras jang goeram, karena marahnja roepanja tertahan. „Karena djoestamoe menghinakan akoe menghinakan hormatkoe kepadamoe".
Zoebaida toendoek dan sedih nampaknja
Sangihe, roepanja berkoerang amarahnja, tatkala melihat mata jang begitoe goeram jang memendoengi parasnja itoe poetri Tenggara jang ia poedja seagoeng-agoengnja
„Zoebaida, akoe menangkan kau badan jang ko
song
Zoebaida kaget dae memotong : ,,Sangihe " menahan Zoebaida.
,,Hatimoe tertjoeri habis-habis oleh Koepang meneroeskan Sangihe.
Zoebaida membantah dan menjerahkan dirinja :
„Sangihe, tetapi apa perdoeli. Lagi beberapa saat akoe soedah djadi isterimoe",
Sangihe tetawa
„Tidak, tidak, Zoebaida. Akoe tidak menerima der-manja kau poenja hati. Akoe tidak menerima pengor
banan. Akoe ingin merdekakan kau Zoebaida ".
Zoebaida takoet boekan main, dan ia membantah : ,,Tidak, Sangihe, tidak
Sangihe meneroeskan perkataannja :
,,Akoe poedjakan kau seperti boemi poedjakan ma
tahari", kata Sangihe dengan soeara tetap. ,,Akoe ingin, dengan soetji-soetji hatikoe, beroentoengkan
kau
Zoebaida sekarang ini menangis :
,,Sangihe, akoe soedah hantjoer. Oepama batoe, hantjoer loeloeh. iHantjoer dalam boelat "
Sangihe berkata dengan paras agoengnja 66
„Akoe tidak berhak merampas hidoepmoe Akoe tidak maoe, karena adat, kau roeboeh. Akoe merdekakan kau dengan ichlas hatikoe
Zoebaida pandang Sangihe dan dapatkan ia itoe seorang Dewa.
„Sangihe, kau artikan ?"
,,Manoesia tjoemia mempoenjai satoe lidah dalam moeloetnja "
Zoebaida laloe berloeloet kepada Sangihe.
Sangihe laloe tinggalkan Zoebaida, sesoedah sekali lagi pandang parasnja itoe gadis jang ia kasih. Kasih-nja roepaKasih-nja sangat agoeng, hingga ia haroes korban
kan kebroentoengannja sendiri, goena kebroentoengan-nja Zoebaida jang ia lebih djoendjoeng
Noorani dan Sentani, jang lama mengintip, laloe me-noebroek Sangihe, seperti toeroet agoengkan keboe-dimannja.
Noorani berkata :
„Sangihe, soenggoeh kau laki-laki garang -— Kau djahat dalam teroes terang, kau boediman bersoesoen karang. Kau tidak bertopeng dalam kesopanan "
Sentani berkata ;
• ,Ja, ja Sangihe, Doenia penoeh kepalsoean, bertim-boen ketjoerangan. Dikau poenja moeka kau Iblis, te
tapi didalam dadamoe, mas berlapis. Dilahir pahit, di-bathin manis."
,,Ja " menjamboet Noorani poela. ,,Ja, apa goenanja tertawa, selagi hatimoe beroelar ? Apa goena berhadapan manis, dibelakang liar ?"
Sangihe oendjoek kéboedimanan dalam kasarnja ; seorang biadab oendjoek sopannja dengan tjara teroes terang... tidak disepoeh-sepoeh, tidak dimentere
ngi oleh apa-apa jang gilang gemilang
Inilah perbedaan doenia doeloe dan sekarang Doenia jang terlaloe sopan banjak kali masih terlaloe biadab.
Zoebaida dengan doea penggawanja berangkat me-njoesoel Roban
Ia sekarang agaknja, berkewadjiban kepada dirinja sendiri. Ia telah merdeka ia dimerdekakan oleh adat jang tadinja sebagal benteng koeatnja
Ia dimerdekakan oleh soeaminja sendiri atau bakal soeaminja, karena hatinja jang agoeng
Dengan ichlasnja Sangihe, berarti habis ika
tan adat-istiadat, dan Marga ketoea tinggal melepaskan tangan dan Zoebaida diberinja ke
sempatan akan pertarohan kebroentoengan hidoepnja dalam tangannja sendiri
Zoebaida berangkat
Tetapi njata „Nasib jang malang" beloem loenas dan beloem ada djalanan jang selesai...
Didekat pesisir, sampai didekat Koeala Zoe
baida dirampok
Zoebaida bersedia tidak melawan, karena ia hendak tjepatkan perdjalannja dengan menjerahkan permata-nja dan apa sadja jang di-inginkan oleh perampok itoe.
Balegoe, kepala rampok itoe berkata dengan soeara-nja jang seakan-akan goentoer kerassoeara-nja :
„Soenggoeh kau menantang. Seorang perempoean berani liwati hoetankoe tjoema dengan bertiga ?"
Zoebaida bersenjoem : ,,Perampok. Ambil segala apa, tjoema akoe minta kau merdekakan akoe ?"
Balegoe berkata : ,,Baik, akoe merdekakan kau. Te
tapi kau kelihatan seperti penganten jang lari ? Maoe kemana ? Boeat siapa ?"
Zoebaida seperti tidak mengerti, apa ia soedah ke
lihatan seperti panganten: ,,Penganten ? Ja. Tetapi akoe tidak lari. Bakal soeamikoe seorang boediman.
Ia merdekakan hatikoe, karena hati itoe soedah dipoe-njakan oleh lain orang".
Balegoe tertawa berkakakan :
„Ha, ha, ha Apa di Tenggara ada soeami be-gitoe goblok dalam keboedimanannja ? Penganten be
gini tjantik dilepaskan. Siapa soeami-kerbau itoe ? Dan siapa jang lain ?"
Zoebaida toendoek ; 68
„Ia, Sangihe Marga-Moeda, dan jang lain Roban dari Koepang".
Balegoe kaget dan pandang Zoebaida dengan penoeh pertimbangan :
„Sangihe ? Marga jang paling ditakoeti diseloeroeh Tenggara. Kalau Marga Sangihe jang terkenal bengis, dan berkoeasa separo poelau kita, bisa berboedi moe-lia Kenapa akoe satoe bitjokok tidak ?"
Zoebaida anggap sikapnja kepala rampok itoe aneh:
„Ambil semoea ini perampok. Akoe tjoekoep ber
terima kasih, kau merdekakan akoe bertiga".
Balegoe pandang Zoebaida jang tjantik itoe séperti terharoe :
,.Tidak. Sebeloemnja sekarang akoe perampok jang paling hina, tetapi moelai hari ini akoe ingin beladjar djadi manoesia".
Zoebaida poen terharoe lihat perboeatan itoe : ,,Siapa kau ? Begitoe moelia ?"
,,Akoe Balegoe", djawabnja ,,Perampok jang sangat doerdjana, tetapi sekarang kepingin hidoep sempoer-na
Balegoe laloe perintahkan kawannja soepaja lepas
kan orang tangkapannnja
Kawan-kawannja tjoba membantah tetapi Balegoe oendjoek bengisnja
Zoebaida menjamperi dan njatakan terima kasihnja:
,,Terima kasih Balegoe. Memang begitoe adat doe-nia. Jang moelia berboeat djahanam dibelakang kedok,
jang hina-dina berboeat boediman dengan tidak ba
njak perkataan. Kau tidak akan koeloepakan se-oemoer hidoepkoe. Akoe Zoebaida, kalau soedi, me-ngakoelah saudara ".
Balegoe dan kawan-kawannja semoea kaget ; „Zoe
baida ? Poéteri Marga Boeana Topeng Intan?"
Roban telah sampai didjembatan penghabisan akan menoedjoe ke pantai, njata Itanri dan Soeki soedah sampai
Perdjalanan Roban ke Tenggara soedah liwat tiga kali boelan terangi boemi, dan seperti soedah di-djandji, Itanri menjoesoel.
• „Itanri Itanri", teriak Roban tatkala melihat kelain seberang,
,,Oh, Roban Roban", berteriak Itanri dengan girang.
Pertemoean adalah di tengah-djembatan
Roban sambil memelok dan bernapas legah ia ber
kata : „Itanri, akoe ke Tenggara menagih hoetang...
Sekarang akoe poelang ditoempoeki hoetang . Itanri pandang Roban dengan kasih jang tidak ter-lampias, berkata :
,,Tidak apa Roban, himpaskan hoetang dengan damai atau hoetang boedi. Djangan menagih djiwa, membalas djahat .
,,Itanri, akoe petjoendang. Akoe berdosa kepada-moe, kepada hati dan kepada Koepang
Itanri pandang parasnja Roban jang sangat goe-ram
Itanri menghiboeri : ,,Tidak apa, akoe dapat me
nangkan kau kembali".
Tatkala itoe dilain seberang moentjoel Zoe-baida jang mendatangi
Roban kaget, dan berdiri, kesima
,,Zoebaida", ia berteriak, „kau datang kemari ? Apa maksoed datangmoe jang aneh ini ?"
Itanri memandang kepada Zoebaida seperti melihat doenia terbalik, dan Zoebaida pandang Itanri seperti tidak ada dalam perkataan Doea-doeanja saling pandang dengan banjak perkataan jang tidak satoe mendapat djawaban :
,,Oh, ja, ja" kata Roban jang poen djadi kesima.
,,Zoebaida, akoe kenalkan kau Itanri, toenangan-koe
Roban seperti melepaskan perkataan itoe dengan sengadja, tetapi terbitkan sesal jang tidak akan himpas.
70
Zoebaida, terpoekoel dalam soenjinja, tetapi kemoe-dian dengan senjoem jang tidak merdeka, ia menjam-peri dan berkata :
„Itanri, akoe poelangkan Roban kepadamoe. Akoe tadinja takoet, ia tidak sampai diperwatasan". Kemoe-dian pandang berdoea : „Itanri-Roban, keberoen-toengaanmoe adalah keberoentoengankoe
Itanri pandang Zoebaida seperti tidak mengerti.
„Terima kasih Zoebaida, kau lebih moelia dari Bida
dari. Akoe tidak salah seboet. Tenggara goedang bi
dadari".
Zoebaida bertindak berapa langkah Roban menjoe-soel : „Zoebaida, apa kau djoega beroentoeng ?"
.Ja, ja Marga Sangihe poedjakan akoe seperti beloem pernah seorang soeami poedjakan isterinja", kata Zoebaida
Roban dalam sangsinja berkata : „Soekoer. Akoe girang, djoega takoet. Bagaimana dengan Topeng Intan ?"
,,Topeng Intan ? Loepakan ia, karena soedah habis kesahnja. Itoelah impian jang moestahil. Selamat djalan Itanri-Roban
Zoebaida kembali ke lain seberang.
Itanri pandang dengan sedih, dan tatkala Roban samperi ia, ia menanja :
,,Roban, bilang teroes terang, semangatmoe keting
galan".
Roban dalam sedihnja : ,,Loepakan itoe Itanri. Boe-kanlah akoe sekarang kembali padamoe seperti doeloe".
,,Ja, tetapi hanja badan jang kasar. Hatimoe soe
dah kosong, tertinggal di Tenggara
Roban sangsi, bingoeng dan dapat lihat Soeki Itanri berpoetoesan :
,,Kau boekan kepoenjaankoe lagi Roban, djangan kau moengkir. Itoe sinaran terang dikaupoenja mata soedah padam,^karena lain njawa soedah koeasai kau.
Kembalilah Roban koe ichlaskan kau ".
Roban kaget, dan pandang Itanri : ,,Itanri ".
Itanri besarkan hatinja : „Djangan sangsi Roban, pada tiap-tiap manoesia ada djodo masing-masing... .
Roban pandang Zoebaida lama sekali, dan tatkala ia menengok, ia kaget, bahwa Itanri soedah kembali pada Soeki. Ia dengar Itanri berkata : ,,Soeki, bawa akoe poelang ke Koepang — Asam digoenoeng, Ga
ram di Laoetan. Kalau djodo masa kemana, dalam koeali mereka bertjanda
Soeki angkat kepala keatas : ,,Oh, Itanri, dengan menangkan kau, akoe seperti menangkan doenia Roban toendoeki kepalanja
Zoebaida dilain seberang menerima nasibnja : ,,Matahari terbit diwaktoe pagi, ter&ng benderang disiang hari. Silam dihari petang, tenggelam diwaktoe malam. Begitoelah hidoepkoe, oh Roban. Keberoen-toenganmoe adalah keberoentóengankoe
Tiba-tiba poendaknja seperti ada jang pegang, ia dengar perkataan :
,.Tidak Zoebaida, keberoentoengan itoe haroes ber
sama kau dan akoe
Zoebaida menengok dan dapatkan ia Roban Dalam kesimanja, Zoebaida merasa moestahil. „Ro
ban, Roban, apa akoe mengimpi. Kau atau kau ? Roban djawab : ,,Kau tidak mengimpi, akoe poen tidak. Kita tidak didjoestai lagi oleh impian
Zoebaida menangkan doenia :
,,Ja, ja. Biarlah doenia terpoetar, dan diterpoetarnja doenia kita bertjanda".
T A M M A T.
72
" i '
•u'