Kesombongan laki'laki moeda Berani berhadapan moeka OBAN tahoe bahaja, kalau ia menjerboe dalam kandang Sangihe, tetapi seperti ia pernah tem-berang, ia tertawai bahaja, kalau ia bersendiri.
Ia datang di tempat Sangihe,^ dan paksa Sangihe be
rikan keterangan siapa pemboenoehnje Hambali.
Roban berkata :
,,Sangihe, akoe datang sebagai satoe laki-laki, dan akoe harap kau tjoekoep laki-laki oentoek menerang
kan SIAPA pemboenoehnja Hambali ? Akoe telah bersoempah akoe moesti tjari moesoehnja sau-darakoe, dan koeboerkan ia dikaki koeboeran Ham
bali. Akoe tahoe kau boekan satoe pengetjoet, akan takoet terangkan ini. Akoe tidak nanti mentjari balas sakit hatikoe dengan setjara ketjewa. Akoe nanti tan
tang ia berkelahi satoe sama satoe, moeka dengan moeka, pisau dengan pisau ".
Beloem sempat Sangihe mendjawab, tindjoenja Aru
ba soedah sampai dimoekanja Roban, hingga ia ter
pelanting
Semoea orang tertawa tetapi Sangihe marah dengan perboeatan itoe. Ia laloe poekoel Aruba se
hingga ia hampir mengimpi.
,,Saat ini Roban ada tetamoekoe. Ia datang setjara laki-laki jang sangat berani. Kenapa kau menghina
kan kesombongan jang seroepa itoe ?"
Kemoedian ia laloe samperi Roban jang baroe sadja berdiri, kepada siapa ia berkata :
„Roban, poelang sadja ke Koepang, karena pemba
lasan tidak akan dapat kau sampaikan. Disini, kau berhadapan dengan bentjana ! Menangkan Zoebaida, kau mendjadi moesoehkoe, mentjari balas, seperti kau tantangi antero Tenggara".
Dengan goesar Roban berkata :
,.Kalau begitoe, kaulah pemboenoehnja Hambali", teriak Roban.
Sangihe angkat poendak :
„Akoe tidak akan membilang Ja atau Tidak".
Roban roepanja tidak maoe didoeloei lagi, ia seka
rang timpa Sangihe dengan tangannja, dan poekoelan begitoe keras, hingga Sangihe terlempar beberapa kaki djaoehnja.
Tentoe sadja Roban lantas dikrojok, tetapi dengan gagah Anak Koepang ini terbaliki tiap-tiap moesoeh-nja jang dekati ia, sehingga Sangihe keboeroe bangoen kembali dan brentikan tjara krojok jang hina itoe...
Sangihe dengan tertawa samperi Roban dan ber
kata :
,,Pantas kau digelarkan Ardjoenanja Koepang. Tetapi Roban, keberanianmoe soenggoeh menarik hati, di Tenggara, djangan keliwat temberang. Perkelahian jang doeloe kita beloem habiskan. Boleh kita teroeskan sekarang ?"
Doea moesoeh sekarang bertindjoe dalam maha hebat, tidak akan dapat rintangan lagi
Sangihe, sebetoelnja sangat pandai berkelahi dan djago dalam artian djago, berani berhadapan, berani menanggoeng djawab perboeatannja dan keberanian-nja, boekan djago dibelakang lajar. Roban, poen te
lah berani merantau hendak mentjari balas tentoe ia mempoenjakan apa-apa goena hadapi moesoehnja.
Doea moesoeh ini sekarang berkelahi dengan goe-nakan segala daja dan akan goena roeboehkan moe
soehnja tetapi ternjata Roban pandai menje-rang dan menangkis.
Kadang-kadang serangannja Sangihe lolos ketem-pat kosong, tetapi poekoelannja Roban menimpa sa
ngat hebat
Tatkala Sangihe soedah tidak berdaja lagi, karena ia dioebrak abrik oleh Roban, Aruba mana maoe 48
mengerti dengan tinggal diam teroes, ia lantas berikan tanda kepada kawan-kawannja boeat krojok pada Roban.
Roban berkelahi seperti matjan jang terkoeroeng, biarpoen begitoe, ia tidak dapat menahan dan dalam saat jang betoel „Topeng Intan moen-tjoel.
Moentjoelnja „Topeng Intan" ini menerbitkan te
naga baroe kepada Roban, jang laloe berkelahi lebih nekat, soepaja ia tidak lekas djatoeh.
Achirnja perkelahian ini, semoea kawanan Sangihe roeboeh dan tjioem tanah, tetapi Roban sendiri poen lemas dan sangat lelah, hingga tidak berdaja lagi
Roban tidak tahoe berapa lama ia poêlas, dan ia heran waktoe tersedar, ia berada disatoe bale-bale jang empoek sekali dengan hidoengnja men-tjioem bebaoean doepa jang sangat haroem sekali.
Roban seperti loepa pada dirinja sendiri, tidak me
rasa lagi bahwa ia masih hidoep. Tetapi rasanja ia masih ingat, bagaimana hebat ia telah berkelahi, tetapi kenapa ia sekarang rebah dengan aman ? Apa ia rebah dalam kematiannja ? Apa perkelahian itoe ia telah djadi petjoendang sebagai saudaranja ia ter-boenoeh ? Ia sendiri tidak mengerti.
Tetapi ia rasakan kepalanja jang ditondjok-tondjok, dan badannja jang djatoeh bangoen, ia masih rasakan sakit. Kalau ia soedah mati, tidak boleh djadi sakit-sakit itoe masih menempel dibadannja
Sekarang ia meleki matanja dan dapatkan diri
nja disatoe roemah jang diperaboti sangat indah Ia laloe berbangkit dengan tjepat, dan kena pegang pada pisaunja sendiri diatas dadanja Ia seka
rang moelai ingat
Tiba-tiba ia melirik kesatoe djoeroesan, seperti dari sana ditarik oleh seroepa pengaroeh njata ia berhadapan dengan Laila
„Laila !" ia berteriak ditenggorokannja.
,,Dimana akoe ?", ia menanja, tatkala Laila hanja memandang sadja padanja, dan tidak memberikan djawaban.
Laila sekarang menjamperi dengan heran „Kenapa kau disini ?"
Roban bisa pastikan, bahwa dengan soeara itoe, mengoêndjoekan sekali jang Laila dalam ketakoetan besar.
Roban sendiri beloem sempat menghilangkan heran-nja akan Laila itoe, selagi ia sendiri beloem himpas herankan dirinja sendiri.
„Kenapa akoe disini ? Akoe sendiri tidak tahoe akoe dimana ? Apa artinja ini ?" kata Roban.
Laila dengan paras mengoesir berkata :
,,Kau berada dalam Istananja Marga Boeana ".
Roban kaget dan sekarang matanja melirik pada satoe barang diatas media, ia dapatkan ,,Topeng Intan" dan
Roban sekarang berteriak lebih keras ; ,,Oh, ja, ja Akoe ingat, akoe berkelahi, ,,Topeng Intan ' datang menolong. Siapa dia ? Kenapa ia menolong akoe ?"
Laila tidak memberi djawaban, tetapi Roban tidak mengerti, bahwa Laila seperti minta, soepaja ia lekas berlaloe
Roban berkata dengan tidak perdoelikan orang poe-nja tanda.
„Akoe datang ke Tenggara goena menagih hoe-t^ng dan sekarang akoe ditoempoeki oleh hoetang ".
Zoebaida tiba-tiba moentjoel dipintoe
,.Selamat datang. Kau datang dengan tidak dioen-dang. Kau tentoe tahoe apa artinja berada diroemah ini ?"
Roban pandang Zoebaida dengan tjantiknja, tetapi masih panas dengan apa jang soedah terdjadi
„Akoe datang diloear dari keinginankoe 50
Zoebaida memberi tanda akan Laila berlaloe, dan kemoedian ia tertawa
Roban pandang Zoebaida, seperti beloem pernah melihat ketjantikan jang seroepa, tetapi tjantik Zoe
baida itoe seperti membakar semangat balasnja
„Djangan tertawa. Dan sekarang akoe bersedia boeat berlaloe
Sambil berkata begitoe ia hendak meninggalkan roeangan itoe
Laila datang membawa minoeman
Zoebaida dengan senjoem-senjoemnja jang manis, tetapi menakoetkan, berkata : „Sebagai tetamoe, biar-poen datangmoe tidak koesangka-sangka Akoe haroes terima kau sebagai tetamoe
Zoebaida laloe toeang seroepa minoeman doesoen, diatas gelas bamboenja dan serahkan itoe pada Roban jang menerima dengan sangsi-sangsi
Zoebaida berkata : „Minoemlah Roban, goena hi
langkan berdebarnja hatimoe".
Roban pandang Zoebaida dengan takoet : ,,Apa artinja ini ?" Ia bertanja.
Zoebaida pandang Roban dengan langsoeng dan berkata : ,,Berhentikan permoesoehan dan niatmoe jang liar. Ingat, Elmaoet akan teroes mengedjar ".
Roban lemparkan gelasnja dan berkata dengan penoeh amarah :
,,Apa ? Berentikan soempahkoe ? Oh, tidak, sebe-loem akoe djoempai moesoehkoe,, akoe tidak akan damai. Zoebaida, akoe faham, matinja Hambali karena kau dan Sangihe
Zoebaida tertawa dan melirik pada Kris di-medja
Zoebaida menjamperi Roban, dan robek badjoe-nja
,,Oh, akoe jang menjebabkan matinja Hambali. Dan kau datang ke Tenggara goena menagih hoetang.
Akoe bersedia boeat membajar, karena tiap-tiap hoe
tang haroes dibajar".
Roban kalap betoel. Ia ambil itoe pisau dimedja dan ia bersedia hendak tikamkan dan koeboerkan itoe didadanja Zoebaida
Tetapi mendekati Zoebaida, memandang iapoenja tjantik, iapoenja sinaran mata, ia poenja dada jang poetih, dan begitoe haloes, hingga seperti tidak ada kehaloesan seroepa itoe lagi dalam doenia ini Roban tidak berdaja
Ia lemparkan pisaunja dan berkata :
,,Tidak, akoe tidak dapat raba badanmoe. Kau poenja mata dengan sinaran Iblis, memboenoeh pera-saankoe. Akoe tidak dapat membalas kau, dan akoe tidak pertjaja kau memboenoeh dan tidak boleh djadi kau Algodjo. Kau terlaloe tjantik boeat d jadi djahat keelokammoe sanoat menakoet-kan
Sekarang Roban minoem itoe minoeman dari gelas-bamboenja Zoebaida dan kepingin ia bisa mabok, soe-paja ia tidak tahoe apa-apa lagi
Tetapi ia tidak dapat loepakan dirinja sendiri Zoebaida dengan memandang langsoeng berkata : ,,Roban, kenapa datang mentjari moesoeh ? Kau li
hat doenia kegelapan soedah liwat, Fadjar telah me-njingsing. Boelan tertawa, matahari bersenjoem
Roban tertawa tetapi ia sangat takoet Ia merasa sepertinja berada dalam satoe tempat, boekan doenia, boekan alam fana, tetapi satoe pen-djara jang mengoeroeng ia, seperti ia tidak berkoeasa akan bergerak lagi
,.Zoebaida, kenapa kau pandang akoe sampai be
gitoe roepa ? Sinaran matamoe menemboes dihoeloe hatikoe
Zoebaida dengan bersenjoeman, satoe senjoeman jang memboejarkan mendoeng, dan ia berkata :
,,Itoelah djawaban Dewi Fadjar. Kalau gelap soe
dah mendjadi terang, apa jang moestahil tidak moes-tahil lagi
Roban sekarang moendoer moendoer karena betoel ia takoet Ia tidak bisa pandang lagi parasnja Zoebaida jang begitoe berpengaroeh jang begitoe menakoetkan
Roban meminta :
„Djangan Zoebaida, djangan. Djangan kau gang-goe akoe. Akoe takoet, akoe takoet
Zoebaida lemparkan diri ke bangkoenja dan ia tertawa berkakakan, tetapi soeara tertawa itoe me-roepakan djengekan jang sangat hebat kepada Roban, siapa memandang dengan aneh.
,,Hm, akoe tidak njana, bahwa akoe berhadapan dengan seorang lelaki jang njalinja begitoe ketjil se
perti tjatjing tanah. Akoe tahoe Roban, apa jang se
dang berkelahi dalam hatimoe. Kedoeniaan jang kau takoeti, pembalasan jang kau maloei. Roban, kau se
karang ini ibarat roempoet toemboeh dibatoe, Hidoep segan, mati tak maoe ".
Zoebaida tertawa berkakakan
Sekarang datang gilirannja Roban jang djadi sangat moerka karena ia dinamakan ,.Tjatjing Tanah". Ia samperi Zoebaida dan tjiptakan ini barisan per
kataan
,,Bagoes, kau namakan akoe pengetjoet, karena akoe tidak berani memain dalam ke-iblisanmoe. Zoe
baida, akoe akoei kau tjantik. Dari kau poenja ram-boet ikal majang, sampai dikau poenja kaki bocnting padi ".
Zoebaida pandang ia dengan memain. Roban me-neroeskan :
..Dalam keelokanmoe tidak ada satoe goerat jang salah. Tetapi siapa boleh kira, dibelakang dadamoe jang poetih, ada terboengkoes hati jang beratjoen".
Parasnja Zoebaida moelai ber-Iblis.
,,Kau tidak memboenoeh Hambali, tetapi kaulah jang menjebabkan kematiannja. Kau poenja senjoe-man, kau poenja tjantik, kau tjiptakan tiap-tiap pem-boenoehan Kau Algodjo Tenggara ".
Sekarang Zoebaida lompat dari bangkoenja Ia tampar Roban dan berkata :
„Toetoep kau poenja moeloet jang kotor. Sedari akoe melihat doenia, baroe sekarang akoe berhadapan dengani satoe lelaki jang sangat hina".
Kemoedian Zoebaida laloe poekoel Tam-tam jang selaloe bersedia dalam roemahnja boeat tanda bahaja...
dan apabila tiga kali sadja soeara tam-tam dipoekoel, Aruba, Tobelo dan Taliaboe, jang roepanja memang soedah bersedia telah lompat bersedia
Zoebaida berkata dengan goesar :
„Tangkap ini lelaki Koepang. Ia namakan akoe al-godjo, dan akoe nanti mendjadi algodjo "
Mereka laloe seret Roban dengan kasar, tetapi dipin-toe ia berontak dan berkata :
„Oh, boleh djadi begini Hambali mati Dan Zoe
baida, djangan loepa siram kembang pada tiap-tiap gelap boelan Karena kalau akoe mati malam ini kebetoelani langit gelap goelita, boelan tidak mendjadi gilirankoe seperti dalam gilirannja Hambah Ha, ha, ha, 'ha "
Aruba seret ia sampai dipintoe, tetapi kembali ia pan
dang Zoebaida janig masih pandang ia dengan goesar...
„Selamat tinggal jMoetiara — Barangkali kita kete-moe lagi di Noraka ".
Zoebaida lompat dari berdirinja dan samperi Roban, dan satoe kali tondjok Roban terbalik ke tanah
Aruba, Tobelo dan Taliaboe kaget, boekan karena...
Roban djatoeh, tetapi karena tondjokan Zoebaida boekan satoe tondjokan perempoean
Ia, Matjan betina agaknja
Tetapi sesoedah 1'akoekan perboeatan itoe Zoe
baida laloe lari ke bangkoenja dan menangis
Ia, besar hati, ia besar tenaga tetapi ia hanja satoe perempoean, dan tetap ia bersifat perempoean.
Dalam keras, galak ia haroes menangiskan air matanija sendiri
54
Perempoean tidak boleh terlaloe djaoeh dengan air matanja, karena nanti meroepakan seperti laoet koerang garam.
Sentani memboeroe dengan saudara-saudaranja dan berkata : „Zoe, kenapa menangis ? Kenapa berhati sem
pit ?"
Noorand sambil memelok dari lain begian menghiboe-ri : ,,Zoe, tetawalah, Zoe, tertawalah, dengan kau ter
tawa doenia tertawa, boekankah kita 'hidoep boeat gembira
Zoebaida sambil peloek kedoea saudaranja, ia berkata :
,,Kau masih terlaloe moeda anak-anak, akan tahoe hal penghidoepan, dan penghidoepan itoe tetap seperti dongeng dengan tidak ada tammatnja
Rendjani, saudaranja jang paling moeda, agak koe
rang akal. Ia gembira, tetapi tidak tahan dengan kese
dihan. Melihat saudaranja menangis, ia poen mena
ngis didalam kamarnja sendiri
Diantara tiga saudlara itoe, adalah Noorani sangat kasih pada Zoebaida, dan pada malam itoe ia laloe pergi ke Dewa Boeana, minta berkahn ja Zoebaida, de
ngan menjiram kembang dan bakar menjan.
Rendjani jang nakal selaloe mengikoeti, dan tatkala lihat Noorani bersembahjang, ia poen datang dan ber-tanja :
„Kau bikin apa disini, Noorani ?"
,,Akoe berdoa boeat Zoebaida ", djawabnja Noo
rani
„Oh, ja, ja Zoebaida", djawabnja Rendjani jang laloe ikoet sembajantg.
Noorani berkata dalam doanja :
,,Oh, Marga-Dewa, Zoebaida bertofan dalam kasih-nja : biarlah datang achir aman dan sentausa
Noorani kaget tatkala dengar soeara berkata : ,,Bermakso'ed apa dalam persembajanganmoe "
Noorani angkat kepalanja, dan dapatkan iapoenja Bapa, jang moekanja selaloe keran.
Noorani berkata : „Akoe minta berkahnja Dewa. Ba
pa, Oh, Bapa, Kesian Zoebaida, kalau dengan njawa-koe anjawa-koe boleh toekarkan dengan kebroentoengan Zoe
baida, goena Tenggara jang akoe tjinita, akoe bersedia boeat mati dengan tertawa "
Marga pandang anaknja tatkala berkata :
,,Tiap-tiap machioek haroes toendoek kepada kodrat dan iradat. Dari dijaman bertoekar abad, Tenggara ber
benteng adat. Djangan kau minta goena lain orang, anak "
Biarpoen begitoe. Marga Boeana pandang anaknja Noorani itoe, adalah satoe-satoenja dari iapoenja anak jang berbentengkan adat dan mati goena kodrat dan idarat
Berapa djaoeh Noorani dan Zoebaida, soedara sekandoeng
58