Terang Boelan, Malaman Martandang, Hati bertemoe, moesoeh berhadapan.
P
ADA tiap-tiap terang boelan, adalah meroepa-kan malam jang gilang gemilang bagi pendoe-doek Tenggara, teroetama di Doesoen Boeana, jang gadis gadisnja sangat merdeka.Dimalam terang boelan itoe adalah Malam Martan
dang.
Pada malam itoe gadis-gadis d'an pemoeda pemoeda saling bertemoe akan menjatakan kasihnja.
Kasih itoe dinjatakan dengan tjara jang sangat sopan, apapoela kalau dibandingkan dengan kesopanan dja-man sekarang.
Berpeloek, bertjioem, tidak dikenal oleh pendoedoek Tenggara seoemoemnja. Saling pandang, itoe soedah berarti menoekar hati. Djawaban dari kasihnja adalah pandangan jang didjawab oleh lain pandangan.
Kalau seorang lelaki pandang seorang gadis dengan perasaan soenjinja, dan pandangan ini dibalas itoe soedah berarti tanda Accoord.
Mereka poenja perkawinan tidak disahkan oleh oen-dang-oendang, tetapi tiap-tiap perkawinan di Tenggara
adalah satoe soeami, dan satoe isteri dari hi-doep sampai matin ja.
Terang Boelan seperti terangnja mereka poenja pera
saan. Terang Boelan adalah seperti masing-masing hati itoe tidak ragoe-ragoe lagi akan memilih atas prentahnja masing-masing poenja hati
Gadis-gadis bertarian, gadis-gadis menjanji dengan lagoe lagoe jang riang
Pemoeda pemoeda bermain muziek, menjanji, berlari-larian, bersanda goerau
Zoebaidla, sebagai Poetri Marga ketoea ada poenja-kan kewadjiban, bahwa tiap-tiap tertawanja boelan, ia
haroes berlengkapkan gadis-gadis kawannja dalam sa-toe tarian jang gembira, kemoedian ia sendiri haroes per-tarikan Patjoealinja Tarian kehormatan jang moes-ti didjalankan toeroen menoeroen dari djaman-djaman dahoeloe
Tari-tarian ini tidak diwadjibkan tarian apa, karena tiap-tiap poeteri berhak akan memboeat tarinja sendiri...
Persamboengan poelau dengan poelau, agak rapat, biarpoen tidak ada pelajaran jang tetap. Tenggara dengan merdeka dan riangnja, banjak kali terpengaroeh oleh poelau poelau tetangganja dalam tari-tarinja dan njanji-nijanjinja, teroetama mereka poenja boenji-boenjian
Maka tidak boleh salah diseboetkan. Tenggara itoe biadab dalam sopannja dam sopan dalam biadab-nja
Menjanji, lari-larian Sangihe mengedjar Zoe-baida.
Zoebaida sebagi poetri Marga-ketoea, seperti telah ditetapkan oleh oenidang-oendang adat, bahwa ia MOESTI kawin dengan Marga ja^g paling
moeda. ; i
Tetapi Zoebaida tidak memipoenjai hati kepadanja.
Maka pada tiap-tiap terang boelan, Zoebaida selaloe mengilang dari Sangihe.
Dan ini kali ia tjoba djoega lenjapkan dirinja, tetapi ia bertemoe Sangihe jamg menjegat ia dipodjok roemahnja
Zoebaida tidak bentji dengan Sangihe, tetapi hati ka-sihnja tidak dapat ditakloeki oleh perintahnja sang adat.
Zoebaida ingin merdeka -dan ia ingin soesoenkan tjerita dalam tjaranja sendiri.
Sangihe berkata :
,,Zoebaida, kenapa selaloe lari dari akoe. Dengan poedjakan Sangihe, tentoe segala apa koepersembah-34
kan dibawah kakimoe. Moetiara dilaoet, rimba didarat, semoea kau poen ja "
Zoebaida tertawa dlengan pardjandjian jang moeloek ini, seakan-akan Sangihe soedah koeasai Alam.
Zoebaida mendjawab : „Banjak oranig gila kagoem-kan kesombongan seroepa itoe, tetapi akoe tidak Sangihe "
Sangihe pandang Zoebaida sangat agoeng, dan tjan-tiknja meroepakan seoempama pengaroeh jang tidak dapat moerkakan perasaan Sangihe jang senantiasa ber
golak, maka dengan tidak perdoelikan orang poenja...
loloskan diri, ia berkata lagi dengan tjara jang lebih romantisch :
„Zoebaida, tjoba lihat itoe boelan. Boendarnja boelan meroepakan boendarnja hatikoe. Apa boelani tidak per
nah bisiki kau "
Zoebaidla pandang Sangihe tidak lebih sebagai saudara. Ia sendiri heran, kenapa soearanja iapoenja hati membisoe, terhadap pendekar jang gagah ini dari Poelau Tenggara !
„Sangihe, dengarlah ! Hati itoe seoepama kembang.
Sebeloem datang moesimnja ia tidak akan bersemi. Hati manoesia, kalau dàsarnja tidak ada, ia tidak bisa ai-paksa datangnja menoeroet maoenja orang. Djodo kita tidak bertemoe barangkali", Zoebaida toetoep omongan-nja dengan satoe hrikan mengoesir.
Sangihe moelai takoet, ba:hwa ia tidak akan da
pat menangkan Zoebaida, karena lain orang. Maka ia moelai setengah mengantjam ;
,,Apa kau maoe bilang, jang kembali hatimoe tergoda?
Apa kau loepa pilihanmoe meroepakan bentjana ? Zoebaida pandang Sangihe dengan bersenjoem :
„Djangan kalap, djangan sia-siakan hatimoe kepada jang tidak-tidak. Akoe ini ibarat boeah dipandang manis, dimakan pahit ". Sembari djebikin bibir, Zoebaida lompat dan lari
Roban roepan ja mengintip lama, tertawa berkaka-kan sambil berkata :
„Baoenja kembang 'haroem, doerinja kembang ta-djam. boenggoeh manis madoe, soengqoeh pahit an-tawali ' .
itoe^"^'^^' sangat goesar, tinggalkan tempat Melepaskan diri dari Sangihe. Zoebaida kehilangan Kawan kawannja.
Ia dapatkan Noorani, Sentani dan Rendiani lagi mereka ia tanja dimana adanja
„Noorani Sentani, Rendjani, akoe tidak lihat Laila.
rvau tahoe dimana dia ? Menanja Zoebaida.
Sentani djawab : „Dimalaman Martandang. Laila menjiram kembang".
Noorani menjamboemg : „Oh, ja, ja. Menjiram kem
bang dengan emboen air matan ja dibatoe koeboeran".
Rendjani poen berkata : ..Diwaktoe boelan tertawa Laila menangis". •
Zoebaida ingat, bahwa pada tiap-tiap terang boelan, dikoeboeran Hambah.
Maka ia laloe menjoesoel kesana dan ketika jang baik, ini disempatkan oleh Aruba akan adjak Koban mengintip, akan tjiptakan seroepa permoe-soehan... antara Roban Zoebaida, jang njata diatoer oleh Sangihe.
Di Koeboeran Hambali, Zoebaida dapatkan Laila iagi menjiram kembang, boekan hanja dengan kembang, tetapi djoega air matanja, seperti katanja Noorani.
Zoebaida laloe menjamperi Laila dan sambil meme-loek, la berkata :
,,Oh, Malaman Martandang. Tetapi malam ini djadi enang- enangan. Air mata Laila menjiram sebagi gantmja kembang. Goena Laila, 'koe selaloe kenangkan kau Hamball. Kau poenja brandal, kau poenja tjerobo dan kau poenja berani".
Laila menangis.
Zoebaida meneroeskan : 36
„Doeloe, diwaktoe akoc menari, selaloe kau memlbi-siki : „Zoebaida, tanganmoe jang melambai-lambai, seakan-akan melambai-lambai hatikoe. Matamoe jang gilang gemilang seperti menerangi kegelapan semanigat-koe. Tetapi Hambali kau salah faham".
Aruba dan Robin mengintip
Tatkala Zoebaida dan Laila soeda-h berlaloe, dengan ketawa Aruba berkata :
,,Hm, soenggoeh bagoes sekali. Ia jang menjebar ke-matian, dan ia jang menjiram tangisan".
Roban sambil berloetoet didepan koeboeran soeda-ranja, ia berkata dengan soeara sedih :
„Oh, Hambah, saudarakoe, soenggoeh malang na-sibmoe. Mati terboenoeh dikampoeng orang, tjoema karena peremipoean. Akoe bersoempah, akoe namti menagih hoetang djiwamoe, atau akoe boekannja Roban
Aruba kaget, ia sendiri tidak menjangka, bahwa Roban ada saudaranja Hambali, dan tahoe Roban datang tjoema boeat membalas, Aruba anggap paling baik ia mendahoeloei.
,,Hambali saudaramoe Sambil berkata begi-toe, Aruba angkat pisaunja, tetapi dari belakang Sangihe mentjegah jang anggap sangat memaloe-kan dengan tjara memboenoeh jang pengetjoet
Dilain fihak, „Topeng Intan" mengintip dan telah bersedia akan melemparkan pisaunja, tetapi melihat Sangihe soedah batalkan penjerangan itoe. Topeng Intan mengilang kembali dihoetan-hoetan
Waktoe Zoebaida pértarikan Patjoeali atas permin
taan Marga Boeana, bapanja, ia lihat Roban menda
tangi kedjoeroesannja, .dan pandang ia dengan tjara begitoe roepa
Ia mendengar soeara Roban itoe berkata ;
,.Tanganmoe jang melambai-lambai, seakan akan me
lambai-lambai hatikoe. Matamoe jang gilang gemilang, seperti menerangi kegelapan semangatkoe ".
Di telinga Zoebaida itoe, terdengar boekan soeara Roban itoe ada soeara Hambali. Dan dengan pelahan paras Roban jang memandang langsoeng pada-nja, meroepakan seperti paras poetjat dari Hambali, ter
kenang ia diwaktoe dekat mati dan sesoedah ia terboe-noeh
Zoebaida dengan mendadak seperti melihat Setan...
"Hambali Hambali kata Zoebaida dengan setengah betreak, tetapi treakan itoe hanja di tenggo-rakannja.
Roban dengan mendekati berkata :
„Ja, akoe Hambali, arwah penasaran, hidoep kembali, boeat minta poelang njawakoe ".
Soeara ini adalah soeara Hambali dipendengeran Zoebaida dan melihat Hambali boeat Roban
Melihat Zoebaida ketakoetan begitoe roepa, Roban tertawa :
,,Oh, kau takoet bidadari-algodjo. Ja, memang se
orang jang berdosa, takoet dengan bajangan dosanja.
Tidak Hambali tidak hidoep kembali, tetapi akoe Roban... saudaranja jsng dlatang goena menagih oetang ".
Zoebaida pangsan jang laloe diboeroe okh Sa
ngihe.
Sangihe memberi tanda kepada Aruba akan lantas menangkap Roban
Aruba senantiasa bersedia, dengan Tobelo dan Talia-boe dikanan kirinja Mereka bertiga meroepakan tiga Malaekat Elmaoet sekandang
Roban tatkala lihat Zoebaida pangsan, mentjelos hatinja dan hilang semangatnija, sebetoelnja ia niat me
nolong, tetapi koeatir nanti menimboelkan poela salah faham, maka ia tinggal diam.
Tatkala Aruba dan kawan-kawannja datang menjer-boekan ia, ia tinggal tidak melawan.
,,Inii kali kau tamat, Roban", kata Aruba jang selaloe mendjengeki.
38
Roban teroes tinggal diam, tidak melawan dan toeroet sadja, kemana ia dibawa
Aruba, njata seorang Algodjo tidak per-doelikan arti dimoeka, arti dibelakang. Ia ambil tjara-nja sendiri goena poeaskan kemoerkaantjara-nja pada ia-poenja moesoeh dalam djalan apa sadja.
Di satoe tempat tersemboeni, dimana Robani diikat, la disiksa begitoe roepa, hingga ini pemoeda Koepang di-adjar .dengan tidak diberinja kesempatan goena me
lawan. Tetapi ini lelaki jang berani pandang moesoeh-nja sangat ketjil, biarpoen ia sekarang tidak berdaja...
Aruba temberang dalam penigetjoetnja ;
„He, Roban, kau tahoe apa artinja ini ?"
Roban djawab dengan enak :
„Akoe, tahoe baik, artinja. Tenggara goedangnja laki-laki pengetjoet"
Aruba poekoel lagi Roban kenjang-kenjang, selagi Roban dipegangi kedoea tangannja oleh Tobelo dan T aliaboe.
Roban tinggal ketawa tatkala ia berkata :
„Aruba, tadinja akoe pikir Tenggara penoeh dengan laki-laki sedjati. Njata akoe keliroe. Kau orang tjoema berani kerojok. Kenapa kau tidak poen ja keberanian djago boeat berkelahi satoe sama satoe
Sangihe jang kebetoelan mendatangi tertawa berka-kakan.
Sangihe samperi Roban dan tabok Aruba.
Sangihe berkata : „Aruba, tjara krojok, boekan laki-laki.
Kau memaloekan laki-laki Tenggara
Roban merasa bahwa ia berhadapan -dengan satoe moesoeh boediman. Ia berkata :
„Terimah kasih, Sangihe. Njata benar kata orang, satoe saat kau djahanam. Lain saat kau boediman. Ba-gimana dijoega, moesoeh atau boekan, kau tetap
dimata-koe laki-laki ". v
Sangihe tertawa.
„Djangan berterima kasih. Akoe lepaskan kau dari jang lain, karena akoe maoekan kau dengan tangankoe sendiri
Sebeloem Roban mengerti apa maksoed perkataan ini, tondjokannja Sangihe soedah menimpa dikepalanja
dan ia roeboeh pangsan saat itoe djoega Tetapi dihari esoknja Roban soedah Hnjap, di
tempai mana ia semalam terikat hanja terdapat satoe pisau dengan ..Topeng Intan"...
Topeng Intan ?
40