Melawan, Melawan dan Melawan Doenia Medan Pertempoeran,
P
ERMINTAAN Zoebaida akan habiskan tjerita-nja Roban, meroepakan kegembiraan besar pada Marga-marga dibawah pengaroehnja Sangihe.Permintaan Zoebaida akan habiskan tjeritanja Ro
ban, meroepakan kegembiraan besar pad'a Marga-mar
ga dibawah pengaroehnja Sangihe.
Biarpoen bagaimana djoega, prentahnja Zoebaida itoe, seperti oendlang-oendang, jang tidak boleh diban
tah lagi.
Malam itoe satoe pertemoean besar telah dilakoe-kan antara Marga jang dikepalai oleh Marga-Boeana, tetapi dalam hal begini, sebetoelnja ia mendja-di ketoea. Setengah-patoeng sadja, sebab poetoesan lebih banjak miring pada Sangihe.
Marga Boeana seakan-akan memerentah doesoennja dioeroesan dalam, tetapi Sangihe memoetoeskan bahagian oeroesan loear, seakan-akan ia itoe Minister boeat oeroesan Loear Negeri hendaknja dalam tja-ra-doenia jang sekarang atau doenia jang besar dengan Sopannja jang mentereng.
Dalam pertemoean seroepa ini Marga-marga diberi hak bitjara.
Aruba, sebagai panglima paling besar dari Algodjo-algodjo Tenggara adalah senantiasa jang madjoekan voorstel ,,Mati terhadap kepada petjoendangnja.
Pada Aruba tjoema kenal doea-sifat sadja, Memboe-noeh atau TerboeMemboe-noeh
Sifat-sifat ini agak loear biasa, tetapi kalau orang im
bangi dengan adat Doenia jang lebih sopan, adat demi
kian loemrah sadja.
Aruba berkata :
„Roban, haroes ditammatkan tjeritanja, ia menodai keagoengan poelau^^kita "
Tobelo, selaloe dengan matanja jang terpoetar, ia bi-tjara pendek, ringkas tetapi semoea toedjoean ar-tinja Mampoes.
Tobelo bitjara ;
,Ja, poelanigkan Roban kepada Koepang, dengan njawa jang soedah hilang."
Marga hanja pandang jMarga-marga jang bitjara dengan ia sendiri boengkam.
Taliaboe sekarang bergiliran bitjara dalam bengisnja, seakan-akan Saitan mendjelma, Hantoe bernjanji ;
,,Ja, itoe moesti, Roban moesti mati Ia menghina Zoebaida, Poetri Tenggara jang soetji".
Diantara Marga-marga itoe ada terdapat Dadang.
Ia seorang jang berbadan koeroes -dan adatnja haloes.
Ia bentji dengan perkelahian, ia bentji dengan, tjaranja manoesia mentjari hak terlaloe banjak, go«na mendjadi hakim atas diri sesamanja. Menoeroet anggapan Da
dang, biarlah hidoep dan matin ja manoesia itoe di-poelangkan kepada Jang Mahakoeasa, menoeroet takdir dan toelisannja, boekan manoesia jang 'haroes boe-noeh memboeboe-noeh menghabiskan tjerita.
Dadang bitjara ; „Sabar tjarilah djalan goena damai.
Apa oentoengnja bertoekar mati ?"
Marga-marga jang lain Dadang dengan goesar, teta
pi seperti mereka masing masing berhak boeat bitjara, maka mereka akan menoenggoe sadja ,dWam soeara jang terbanjak.
Sekarang -datang giliramnja Sangihe bitjara
Sangihe itoe sebetoelnja Marga paling moeda dianta
ra Soekoe-soekoie Marga di Poelau Tenggara. Tetapi menoeroet oendang-oendang Tenggara, Marga jang paling moeda berkoeasa akan oendang-oendang kehaki
man di poelau itoe. Lebih poela Sangihe itoe seorang jang sangat berani. Dalam logatnja iapoenja hati, ia tidak pernah kenal apa artinja „Takoet".
Sangihe berkata :
,.Tidak, pilihan kita satoe diantara doea ; Memboe
noeh menang atau kalah. Dan djangan loepa, inilah 58
prentahnja Zoebaida ; bahwa besok, sebeloem fadjar, Roban soedah tidak ada"
Berbareng itoe, satoe pisau melajang dan menantjap didekat poehoen dekat Marga-marga itoe
Njata itoelah Pisau dengan „Topeng Intan" dan sa
toe soerat:
iMarga-ketoea ambil soerat itoe dan serahkan Sangihe goena dibatja :
Marga-marga Tenggara,
boenoeh I^oban. Lepaskanlah moesoeh tjiptakan damai.
D jangan mérahkan warna air soengai, djangan basahkan air dengan darah I
Manoesia haroes bersaudara, Poelau dengan poelau haroes bertetangga.
Bermoesoeh berkelahi, mentjari apa ?
Tenggara dan Koepang seoepama daging dan koekoe, kenapa tidak . . . . bersatoe ?
Kalau tidak . . Ftoban lenjap, sebeloem mata
hari terbit.
TOPENG INTAN.
Sangihe tertawa berkakakan, sehabis batja soerat itoe, dan sambil lemparkan itoe ia berkata dengan tem-berangnja ;
,,Topeng Intan ? Siapa itoe Bitjokok ?" katanja. ,,Ia penista bangsa atau pengchianat jang pengetjoet ? Ia boleh lepaskan Roban, tetapi djangan loepa djiwa-nja hilang."
Kemoedian ia berpaling pada Aruba :
„Aruba, djaga betoel Roban. Dan djangan kata ma
noesia. Setan poen tidak bokh dekat".
Aruba dengan tertawa berkakakan berkata :
„Selamanja akoe siap Sangihe, dan pertjajalah Tidak ada satoe Iblis mendekati Roban. Atau Iblis itoe bernasib malang, mendjadi doea kali Iblis tidak berke
pala "
Disoeroeh, djaga Roban memang sangat di-inginkan oleh Aruba. Ia anggap seperti mendapat hadiah besar goena tamatkan tjeritanja satoe manoesia soepaja brenti bernapas.
Dengan prentahkan orang-orangnja berlaloe, Aruba moelai lakoekan keniajaannja terhadap Roban, jamg ter
ikat disatoe pohon dan tidak berdaja.
Roban jang soedah tidak berdaja, dan telah ditetap
kan hoekoeman mati, tinggal tertawa dan pandang enteng.
Aruba berkata :
„Roban, besok diwaktoe ajam berkroejoek pertama, kau hilang kepala. Apa boleh boeat sobat, selamat dja-lan sadja, kirim salamkoe pada Radja-Tjatjing
Robani teroes tertawa sadija, seperti Aruba itoe men
dalang.
Aruba djadi lebih sengit ;
,,He, djangan tertawa. Besok, waktoe matahari me
ngintip, kau brenti djadi manoesia, lelaki genit ! Tetapi sebagai kilat tjepat, kepelannja Roban soedah menimpa diatas djanggoetnja Aruba, siapa laloe dja-toeh terplanting seperti disambar ipetir.
Roban, merasa tanganmja ada jang boeka, tatkala oe-tjapkan itoe perkataan-perkataan. Apa lagi, masa ia lepaskan kesempatan seroepa ini, selagi ia hanja ber-doea sadja dengan moesoehnja.
Aruba sendiri tidak tahoe berapa tjepat dätangnja itoe tondjokan, ia sendiri tahoe-tahoe merasa soedah djatoeh, seperti ditimpa oleh petir. Tatkala ia meleki matanja, ia kaget boekan boeatan, karena melihat Hambali berdiri dihadapannja dengan mata jang men
delik sebesar-besarnja.
Aruba betreak ; „Hambali, kau datang minta ganti djiwa ? Hambah kau datang menagih oetang?"
Aruba laloe lari, tetapi arwah Hambali itoe laloe mengedjar. Ia mendapat beberapa poekoelam
Tatkala ia maoe keloear disatoe lobang, ia terpleset djatoeh. Hambali dengan kadang-kadang meroepakan
60
Roban, telah hoenoes pisaunja dan bersedia boeat me
nikam. Aruba jang garang ini kah tidak dapat mela
wan ia bersedia boeat mati.
Tetapi heran, tiba-tiba Hambali lenjap dan Roban pandang ia dengan takoet dan moendoer
Roban tatkala soedah memboeroe-boeroe pada Aru
ba, jang njata ada sebagi pemboenoehnja iapoenja saudara, ia kaget waktoe hendak koeboerkan pisaunja, ia lihat seperti Hambali berdiri menantang.
Sebentar itoe kedtengeran soeara angin gemoeroeh, dan dikoepingnja seperti mendengar soeara soedaranja berkata, seperti soeara dari dalam koeboer :
Soedah Roban, habiskan permoesoehan, Hidoep kita, bet'Karma Balas'membalas.
Menagih oetang, membajar oetang, Toeroen menoeroen tak pernah himpas.
Balaslah d jahat, dengan kebaikan, Tjiptakan damai, kembali Koepang, Poelang Kandang
Tatkala itoe Sangihe dengan kawan kawannja sam
pai. Sangihe, setahoe melihat apa-apa jang gandjil, ia merandak dan kesima agaknja. Tetapi Tobelo tidak pernah lihat keadaan demikian dengan soenji. Ia lal'oe angkat soempitnja, dan Roban terima ia
poenja bagian
Tetapi njata jang ditoedjoe selamat karena tiba-tiba tidak tahoe dari mana datangnja, Lail'a soedah lon-tjst dan ialah jang menerima soempitan jang berat j oen itoe
Sangihe kaget, dan Tobelo dapatkan satoe poe-koelan jang bikin ia pangsan, sementara itoe To
peng Intan" poen moentjoel
Semoea orang berdiri seperti melihat hantoe Roban laloe peloek Laila, dan ia sekarang tidak per-doelikan bahaja apa-apa lagi. Karena datangnja ia ke
Tenggara, roepanja terbit permoesoeh-moesoehan jang begitoe hebat
Ia berkata dengan sedih : „Laila, soenggoeh moelia kau. Djiwamoe boeat Njawakoe akoe moesti membalas apa ?"
Laila tersenjoem : „Tidak apa Roban, akoe iohlas mati, tjoema oentoek aman dan damai ", ke-moedian Laila pegang tangannja ,,Topeng-Intan", sem
bari bersenjoem ia berkata : ,,Himpas kewadjibankoe, ,,Topeng Intan", sekarang Selamat tinggal ! Biar
lah sisa riwajat dalam tamganmoe seorang". Laila be
rangkat ke Alam baka.
Robaii laloe berdiri dan menjamperi Sangihe dengan Soempitan jang beratjoen itoe, dan serahkan dalam ta
ngan Sangihe
Kemoedian Roban pentang dadanja dan berkata de
ngan soeara terharoe
„Sangihe, habiskan riwajatkoe, soepaja akoe bisa iringkan arwah Laila kelain doenia. Biarlah habis balas membalas, datang Damai seperti permintaan Laila jang soetji".
Sangihe, dfengan paras jang poetjat berkata de
ngan soeara jang beloem pernah ia oetjapkan seoemoer hidoepnja.
,,Tidak, Robam, akoe lepaskan kau. Biarlah habis permoesoehan Tenggara—'Koepang"
Saat itoe orang dibikin kaget dengan kalapnja Aruba jang melihat kedjadian semoea itoe dengan mata jang menjala Roepanja ia insjaf atas dosanja, dan ber
tobat atas kedjahatannja. Dengan pisaunja sendiri,...
jang boekan sedikit memboenoeh orang, sekarang pisau itoe memakan darahnja sendiri
Kemoedian sembari seret-seret darah jang bertjetjer didjalan, ia menjamperi Roban d/an serahkan pisau
nja jang soediah basah dengan darahnja jang masih hangat lagi.
Kemoedian ia laloe berloetoet : 62
„Roban O, Roban Akoelah pemboenoehnja Hambali. Akoe sekarang membajar oetang, soepaja ichlas kau poelang ke Koepang
Roban jang gagah sekarang hantjoer betoel-betoe-1 perasaannja, dam ia sekarang tahoe manoesia itoe tidak boleh mendjadi hakim sendiri, akan tjiptakan darah darah jang mengoetjoer, lahirkan hebatnja permoe-soehan dan kobarkan peperangan. Hasilnja, tidak lain kebiadaban jang doenia tidak berikan mama
Roban laloe peloek Aruba :
„Akoe soedah himpaskan sakit hatikoe. Oh, Aruba akoe soedah ampoenkan kau tetapi
Aruba dengan napasnja sengal-sengal : ,.Terima ka
sih. Oetang djiwa haroes dibajar dengan dîjiwa. Te
tapi sebeloem akoe mati, akoe minta tahoe siapa ,,To
peng Intan"
„Topeng Imtan" menjamperi dan boeka topeng-nja
Semoea mata memandang dengan kaget. Ia itoe boe-kan lain Zoebaida. Kemoedian Zoebaida laloe me
njamperi ajahnja dan serahkan pisau dengan to-pengnja.
Aruba berkata : „}a, ja Njata kau Bida
dari
Aruba menarik napasnja jamg penghabisan dengan hati jang ichlas.
Zoebaida berkata kepada bapanja :
,,Kewadjibankoe soedah selesai goena datangkan damai. Sekarang akoe serahkan badan dan njawakoe bapa. Akoe kepoenjaan Tenggara, hidoep dan mati-koe
Semoea orang toendoek
Njata Zoebaida, sesoedah melawan dan terbitkam kegemparan ia bertakloek kepada adat kampoeng dan bangsanja
Hari esoknja, Roban bersedia berangkat poelang ke Koepang
Ia samperi Zoebaida jang sengadja hendak berikan selamat djalannja
„Zoebaida", kata Roban dengan sedih. „Seoemoer hidoepkoe. Tenggara tidak akan dapat 'koe loepakan.
Akoe merasa djadi manoesia sesoedah bertemoe kau.
Kau telah s e dar kan akoe. »edarkan Tenggara dan Koepang, boleh djadi djoega sedarkan doenia bahwa manoesia tidak berhak saling memboenoeh... .
Zoebaida dengan sabar berkata :
„Ja, Roban, karena ada Allah jang mendjadi hakim kita, idian Dewi keadilan jang menimbangkan dosa kita.
Loepakan itoe, djangan takoet korbankan hati dan rasa, goena jang terlebih moelia. Roepanja soedah takdir Ilahi, kau kepoenjaan Koepang, akoe kepoenjaan Teng
gara ".
Roban bersenjoem dalam sedihnija, karena ia ichlas...
• ,,Ja, ja, Zoebaida, riwajat kita hanja impian", kata Roban. ,,Sedap dan molek kita mengimpi. Sekarang dalam tersedar, kita berkewadjiban sebagai manoesia.
Zoebaida, selamat tinggal. Kalau nanti adjalkoe sampai, dipintoe koeboeran akoe nanti menjeboet : Zoebaida, bidadari Tenggara ".
Zoebaida, menahan sedihnja iapoenja perasaan, kare
na ia moesti melawan :
„Berangkat Roban. Loepakan jang soedah, seperti tidak ada. Wadjibkan dirimoe goena bangsa, kam-poeng dan Koepang. Djadilah seorang boediman, te-roes terang, lahir dan bathin".
Roban berangkat
Semangat Zoebaida terkoepas
Tetapi kewadjiban jang sangat dimoeliakan meroe-pakan rintangan, dan rintangan ini disoetjikan, dihor-matkan, dipoedjakan biarpoen dengan pengorba
nan jang sangat besar Zoebaidia
64