• No results found

INDONESIA ECONOMIC QUARTERLY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "INDONESIA ECONOMIC QUARTERLY"

Copied!
64
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

Juli 2012

Investing in Indonesia’s Institutions for Inclusive and Sustainable Development

Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Public Disclosure AuthorizedPublic Disclosure AuthorizedPublic Disclosure AuthorizedPublic Disclosure Authorized

(2)

PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Juli 2012

(3)
(4)

Kata Pengantar

Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menyajikan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan tersebut dalam konteks jangka panjang dan global, serta memberikan penilaian terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan professional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia.

Laporan ini disiapkan dan disusun oleh cluster kebijakan makro dan fiskal Bank Dunia Jakarta di bawah bimbingan Shubham Chaudhuri sebagai Lead Economist dan Enrique Blanco Armas sebagai Senior Country Economist. Tim penyusun dipimpin oleh Ashley Taylor, termasuk Magda Adriani (harga komoditas), Andrew Blackman (lingkungan internasional, sektor eksternal, pasar keuangan dan tranksaksi berjalan), Fitria Fitrani (pasar tenaga kerja), Faya Hayati (harga dan pasar properti), Ahya Ihsan (fiskal dan pelaksanaan APBN dan Analisa belanja publik sektor jalan), David Stephan (sektor riil dan resiko). Kontribusi tambahan diterima dari Neni Lestari (perbankan), The Fei Ming (sektor korporasi), Gonzalo Varela dan Victor Duggan (Keterkaitan global dan kinerja ekonomi) dan Matthew Wai-Poi (Kemiskinan). Pengeditan dan produksi dilakukan oleh Arsianti, Faya Hayati, Yus Medina Pakpahan dan Ashley Taylor. Komentar serta masukan yang cukup detail diberikan oleh Enrique Blanco Armas, Mustapha Benmaamar, Shubham Chaudhuri, Dini Sari Djalal, Anna Gueorguieva, Bert Hofman, Tehmina Khan, Sjamsu Rahardja dan Samer Al-Samarrai. Diseminasi diorganisir oleh Dini Sari Djalal, Farhana Asnap, Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Nugroho, Marcellinus Winata dan Randy Salim. Akhirnya, dukungan administratif yang sangat berharga diberikan oleh Titi Ananto, Nayu Ramadhaningsih dan Nina Herawati.

Dokumen ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Nicolas Novianto dan diedit oleh Dwi Endah Abriningrum, Magda Adriani, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Arsianti, Yus Medina Pakpahan dan Wahyoe Soedarmono.

Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development /Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia - AusAID melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA).

Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak selalu mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut.

Untuk mendapatkan lebih banyak analisa Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia:

Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id

Untuk mendapatkan publikasi terkait melalui e-mail, silakan menghubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan menghubungi ataylor2@worldbank.org.

(5)

KATA PENGANTAR iii

 

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan viii

A.

 

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1

 

1.

 

Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak 1

 

2.

 

Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan

dunia 3

 

3.

 

Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 2012 5

 

4.

 

Pengaruh dari gejolak pasar keuangan dunia terlihat kembali pada bulan Mei 8

 

5.

 

Belanja untuk subsidi BBM masih tetap tinggi tetapi peningkatan harga tampaknya tidak akan

terjadi untuk tahun 2012 11

 

6.

 

Turunnya risiko lonjakan harga BBM bersubsidi melemahkan proyeksi inflasi 15

 

7.

 

Tingkat kemiskinan terus menurun, tetapi dengan laju yang lebih lambat 16

 

8.

 

Ketidakpastian luar negeri masih menjadi risiko jangka pendek terbesar terhadap ekonomi 20

 

B.

 

BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 23

 

1.

 

Pendorong dan implikasi tren-tren terakhir pada neraca berjalan Indonesia 23

 

a.

 

Dinamika neraca berjalan Indonesia akhir-akhir ini ... 23

 

b.

 

Keberlanjutan jangka panjang dan pendanaan dalam waktu singkat ... 26

 

c.

 

Upaya kebijakan yang dilakukan baru-baru ini untuk memitigasi kerentanan eksternal ... 27

 

d.

 

Komentar penutup ... 28

 

2.

 

Identifikasi hambatan dalam pelaksanaan anggaran di sektor infrastruktur 29

 

a.

 

Keterlambatan dalam proses persiapan anggaran merupakan faktor penghambat utama, walaupun masalah-masalah dalam proses pengadaan dan pelaksanaan juga mempengaruhi pencairan anggaran ... 30

 

b.

 

Mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan anggaran adalah hal yang sangat penting bagi Indonesia ... 32

 

C.

 

INDONESIA TAHUN 2014 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN TERPILIH 34

 

1.

 

Investasi di sektor jalan di Indonesia 34

 

a.

 

Rendahnya investasi, kurangnya pasokan, dan memburuknya kualitas ... 34

 

b.

 

Jalan-jalan nasional dalam kondisi baik tetapi sangat padat ... 36

 

c.

 

Kondisi jalan-jalan daerah telah menurun karena lambatnya pemeliharaan ... 37

 

d.

 

Menuju kinerja infrastruktur jalan yang lebih baik ... 38

 

2.

 

Peranan pasar dunia dalam meningkatkan daya saing dalam negeri 39

 

a.

 

Beberapa bukti tentang bagaimana integrasi yang lebih besar dapat membantu meningkatkan produktivitas ... 39

 

b.

 

Pentingnya peran FDI untuk meningkatkan kapasitas produktif Indonesia... 40

 

c.

 

Impor sebagai instrumen untuk mendukung inovasi dan mendorong persaingan ... 42

 

d.

 

Ekspor sebagai cara untuk mendorong produktivitas dan pertumbuhan ... 44

 

LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA 46

 

(6)

DAFTAR GRAFIK

Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas ... ix

 

Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi ... xi

 

Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro .... 1

 

Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis . 1

 

Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama Indonesia tetap lemah di tahun 2012,

sebelum sedikit meningkat pada tahun 2013 ... 2

 

Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun 2012…3

 

Gambar 7: …didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur ... 3

 

Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi dalam kegiatan ... 4

 

Gambar 9: Melebarnya defisit neraca berjalan berkontribusi dalam aliran keluar neraca

pembayaran secara keseluruhan pada kuartal 1, 2012… ... 6

 

Gambar 10: …dengan surplus non-migas juga menurun dengan tajam ... 6

 

Gambar 11: Neraca perdagangan bergerak menjadi defisit seiring dengan menurunnya

pertumbuhan ekspor ... 7

 

Gambar 12: Gejolak pasar keuangan yang terakhir mendorong pelebaran yield obligasi,

penurunan indeks ekuitas dan perlemahan Rupiah… ... 8

 

Gambar 13: …dengan penurunan kepemilikan obligasi dan ekuitas oleh investor asing pada bulan Mei, dan cadangan devisa menurun ... 8

 

Gambar 14: Harga properti komersial di Jakarta telah meningkat… ... 9

 

Gambar 15: …tetapi secara nasional, pertumbuhan harga perumahan telah menurun pada tahun 2012 ... 9

 

Gambar 16: Defisit APBN pada paruh pertama 2012 kurang dari seperlima target setahun sesuai dengan APBN-P ... 11

 

Gambar 17: Harga minyak mentah telah menurun dengan tajam dan juga kemungkinan

peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 ... 12

 

Gambar 18: Inflasi IHK sedikit meningkat tetapi inflasi inti tetap bertahan rendah ... 15

 

Gambar 19: Perbedaan antara harga beras internasional dan Indonesia sekali lagi bergerak ke nilai tertinggi ... 15

 

Gambar 20: Tingkat kemiskinan nasional relatif terus menyusut di 2012 namun tingkat

menurunnya yang paling rendah di dekade terakhir ini ... 17

 

Gambar 21: Tingkat kemiskinan nasional relatif tinggi di Indonesia Timur ... 17

 

Gambar 22: Kaum miskin yang tersisa hidup semakin jauh di bawah garis kemiskinan… ... 18

 

Gambar 23: …sementara sejumlah besar penduduk Indonesia yang hidup hanya sedikit di atas garis kemiskinan tetap rentan jatuh kembali ke kemiskinan ... 18

 

Gambar 24: Pengangguran terus menurun dalam setahun hingga Februari 2012… ... 19

 

Gambar 25: Permintaan energi China merupakan pendorong utama konsumsi bahan bakar cair dunia ... 22

 

Gambar 26: Pengaruh China terhadap harga komoditas cukup besar – tetapi masih berada di belakang AS ... 22

 

Gambar 27: Pergeseran ke CAD belakangan ini adalah bagian dari tren jangka menengah… .... 25

 

Gambar 28: …dan diproyeksikan akan bertahan pada kisaran 1 persen dari PDB pada jangka menengah ... 25

 

Gambar 29: FDI telah menjadi bagian yang lebih besar dari jumlah aliran masuk neraca

keuangan sejak tahun 2008-09 ... 27

 

Gambar 30: Sektor infrastruktur utama menerima kenaikan anggaran yang signifikan di tahun 2011 ... 30

 

Gambar 31: Tetapi rendahnya realisasi APBN 2010 dan 2011 memperlihatkan tantangan

pelaksanaan anggaran masih berlanjut ... 30

 

Gambar 32: Masalah-masalah kritis yang teridentifikasi pada setiap tahapan pelaksanaan anggaran pada tahun 2010 dan 2011 ... 30

 

Gambar 33: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Pembangunan Jalur Rel KA Ganda (2010) .... 31

 

Gambar 34: Rencana vs realisasi kemajuan fisik: Tugas Bantuan (SKPD-TP) Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol Jawa Barat (2010) ... 31

 

Gambar 35: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: Pembangkit Listrik dan Transmisi Sulawesi-Maluku-Papua- Tahun Fiskal 2010, proyek ini terpola ke akhir tahun ... 32

 

Gambar 36: Rencana vs realisasi kemajuan keuangan: SKPD-TP Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat (2010), sebuah proyek non-konstruksi lebih terbagi rata ke sepanjang tahun... 32

 

(7)

Gambar 37: Setelah turun tajam, investasi dalam bidang jalan di Indonesia baru kembali ke

tingkat pra-krisis tahun 1997/1998… ... 35

 

Gambar 38: …yang tidak sebanding dengan laju peningkatan permintaan dan pertumbuhan lalu lintas ... 35

 

Gambar 39: …yang menyebabkan penurunan pada infrastruktur dan layanan jalan ... 35

 

Gambar 40: …dan biaya transportasi yang lebih tinggi per waktu perjalanan ... 35

 

Gambar 41: Belanja pemerintah pusat untuk jalan meningkat hampir tiga kali lipat secara riil antara tahun 2005 dan 2011 ... 37

 

Gambar 42: Bagian dari jalan daerah dalam kondisi baik didukung oleh pembangunan baru .... 37

 

Gambar 43: Lebih baiknya kinerja perusahaan Indonesia yang terintegrasi dengan ekonomi dunia ... 39

 

Gambar 44: Impor telah meningkat, didorong oleh peningkatan impor barang modal dan setengah jadi ... 43

 

Gambar 45: Hubungan antara pertumbuhan impor barang setengah jadi dan pertumbuhan ekspor sangatlah kuat... 43

 

Gambar 46: Sektor yang mengimpor lebih banyak input-nya menyerap lebih banyak tenaga kerja… ... 43

 

Gambar 47: …dan telah meningkatkan permintaan bagi barang setengah jadi domestik secara lebih cepat ... 43

 

DAFTAR GRAFIK LAMPIRAN Lampiran gambar 1: Pertumbuhan PDB ... 46

 

Lampiran gambar 2: Kontribusi pengeluaran terhadap PDB ... 46

 

Lampiran gambar 3: Kontribusi sektor terhadap PDB ... 46

 

Lampiran gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil ... 46

 

Lampiran gambar 5: Indikator konsumen ... 46

 

Lampiran gambar 6: Indikator kegiatan industri ... 46

 

Lampiran gambar 7: Aliran perdagangan riil ... 47

 

Lampiran gambar 8: Neraca pembayaran ... 47

 

Lampiran gambar 9: Neraca perdagangan ... 47

 

Lampiran gambar 10: Cadangan devisa dan modal asing ... 47

 

Lampiran gambar 11: Term of trade dan implisit ekspor- impor berdasarkan chained Fisher- Price indices ... 47

 

Lampiran gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ... 47

 

Lampiran gambar 13: Rincian tingkat harga konsumen ... 48

 

Lampiran gambar 14: Tingkat inflasi negara tetangga ... 48

 

Lampiran gambar 15: Harga beras kulakan di pasar domestik dan internasional ... 48

 

Lampiran gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ... 48

 

Lampiran gambar 17: Indeks saham regional ... 48

 

Lampiran gambar 18: Indeks spot dolar dan rupiah ... 48

 

Lampiran gambar 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan mata uang lokal ... 49

 

Lampiran gambar 20: Spread EMBI obligasi pemerintah dengan obligasi dollar amerika ... 49

 

Lampiran gambar 21: Tingkat kredit bank umum ... 49

 

Lampiran gambar 22: Indikator keuangan sektor perbankan ... 49

 

Lampiran gambar 23: Utang pemerintah ... 49

 

Lampiran gambar 24: Utang luar negeri ... 49

 

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir ... viii

 

Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6,0 persen pada tahun 2012 ... ix

 

Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan cukup besar ... x

 

Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 2012 diproyeksikan sebesar 6.0 persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 2013 ... 5

 

Tabel 5: Neraca berjalan diproyeksikan mencatat defisit yang kecil pada tahun 2012 dan aliran masuk keuangan akan menurun ... 7

 

Tabel 6: Proyeksi neraca eksternal Indonesia di pengaruhi oleh faktor dinamis yang beragam... 7

 

Tabel 7: Kuatnya hasil penerimaan tercatat pada semester 1/2012 dan tingkat pencairan, walau meningkat secara keseluruhan, tetap relatif rendah khususnya belanja modal .... 12

 

Tabel 8: Kerangka makro 2013 Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan meningkat sekitar 7 persen... 13

 

Tabel 9: Tanpa reformasi subsidi BBM pada tahun 2012, dan revisi turun harga minyak mentah, defisit APBN dapat mencapai 2,6 persen dari PDB ... 14

 

Tabel 10: Dampak penurunan global terhadap pertumbuhan ekonomi akan menjadi signifikan 20

 

Tabel 11: Surplus neraca berjalan diproyeksikan akan berubah menjadi defisit pada tahun 2012 ... 24

 

Tabel 12: Keadaan jaringan jalan Indonesia, tahun 2009 ... 35

 

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja pemerintah ... 50

 

Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran ... 50

 

DAFTAR KOTAK

Kotak 1: Harga properti komersial telah meningkat dengan kuat, sementara pertumbuhan harga perumahan telah menurun ... 9

 

Kotak 2: “Pengaruh China” terhadap harga-harga komoditas dunia ... 22

 

Kotak 3: Apa itu Neraca Berjalan? ... 24

 

Kotak 4: Apakah perusahaan manufaktur lokal menerima manfaat dari integrasi yang lebih besar? Beberapa studi kasus dari Jakarta dan Surabaya ... 40

 

Kotak 5: Potensi manfaat dari kualitas dan keragaman input bagi daya saing manufaktur ... 44

 

(9)

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2

Ringkasan Eksekutif: 

Mengatasi tantangan  saat ini dan ke depan

Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak

Prospek perekonomian dunia dalam jangka pendek masih rapuh dan perekonomian negara-negara berkembang (emerging economy), termasuk Indonesia, sekali lagi menghadapi risiko potensi krisis yang berasal dari negara lain. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, sebesar 3,3 persen pada tahun 2012, masih relatif lemah dengan peningkatan ketidakpastian zona Euro menjadi faktor tambahan terhadap penurunan pertumbuhan global dari pemotongan anggaran dan perlambatan pertumbuhan kredit di negara maju, hingga keterbatasan kapasitas di beberapa ekonomi negara berkembang. Gejolak pasar keuangan internasional tampaknya akan berlanjut dalam jangka pendek dan skenario dasar (baseline) ini tetap menjadi skenario yang paling mungkin terjadi, sentimen dan aliran modal ke negara berkembang tampaknya akan tetap bergejolak. Dengan demikian, terus meningkatkan persiapan menghadapi krisis merupakan prioritas kebijakan bagi negara-negara seperti Indonesia, bersamaan dengan itu, juga penting untuk terus mendorong reformasi dan investasi untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah perekonomian dunia yang tampaknya akan melemah.

Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kini masih tetap kuat

Pertumbuhan PDB Indonesia masih tetap kuat pada 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 2012, sedikit turun dari rata-rata 6,5 persen di tahun 2011.

Pertumbuhan dengan penyesuaian musiman (seasionally adjusted) turun dari tingkat yang cukup tinggi pada kuartal akhir tahun 2011 tetapi konsumsi masih bertahan kuat.

Akan tetapi pertumbuhan investasi mengalami penurunan dan, mencerminkan kelemahan relatif dari permintaan luar negeri, ekspor netto kembali memberikan kontribusi yang negatif kepada pertumbuhan. Walaupun sedikit meningkat, inflasi tetap rendah dan harapan inflasi (inflation expectation) menurun dengan berkurangnya kemungkinan peningkatan harga BBM bersubsidi pada tahun 2012 dengan turunnya harga minyak internasional.

Perekonomian Indonesia tidak kebal dari pengaruh perkembangan dunia internasional melalui jalur perdagangan…

Harga komoditas bukan-minyak juga mencatat penurunan yang cukup besar pada beberapa bulan terakhir termasuk harga- harga dari beberapa komoditas ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan karet, minyak sawit dan tembaga (Tabel 1).

Penurunan harga komoditas internasional, dan volume yang turun, berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan ekspor pada beberapa bulan terakhir.

Dengan pertumbuhan impor yang masih tetap kuat, neraca

perdagangan bergeser ke defisit pada bulan April dan Mei. Kecenderungan ini mendorong neraca berjalan turut bergeser ke defisit yang, sementara konsisten dengan

Tabel 1: Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia telah turun pada beberapa bulan terakhir

Perubahan harga komoditas internasional

Proporsi nilai ekspor barang Indonesia pada 2011 (persen) Tiga bulan

ke Juni 2012

Tahun berjalan ke Juni 2012

Batu Bara -19,4 -29,0 13,4

M. sawit -13,4 -11,9 8,5

Karet -18,6 -35,2 5,8

Tembaga -12,4 -18,1 4,1

Catatan: Harga komoditas internasional dalam dolar AS Sumber: BPS dan Bank Dunia

(10)

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 i x

kinerja ekonomi dalam negeri yang lebih kuat relatif terhadap keadaan luar negeri, semakin meningkatkan pentingnya keberlanjutan aliran modal yang kuat dan stabil, seperti FDI, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan eksternal Indonesia.

…dan jalur keuangan, terutama dengan pekanya aliran modal portofolio terhadap perubahan sentimen investor

Tingginya penghindaran risiko internasional pada bulan Mei juga disertai oleh aliran keluar kepemilikan aset dalam negeri oleh investor luar negeri di Indonesia (walaupun dengan nilai 1,5 miliar dolar Amerika aliran ini berada jauh di bawah angka yang dicatat pada gejolak pasar bulan September 2011 dan Mei 2010). Seperti pada ekonomi berkembang lainnya, pasar ekuitas mencatat penurunan yang tajam sebelum kembali naik. Aliran keluar portofolio, ditambah neraca perdagangan yang melemah, menekan Rupiah yang terus mencatatkan depresiasi terhadap dolar AS, dengan penurunan sebesar 9,8 persen sejak bulan Agustus 2011 (Gambar 1). Juga terjadi pengetatan likuiditas dolar AS di dalam negeri, terutama pada akhir bulan Mei. Dengan intervensi Bank Indonesia, cadangan devisa turun sekitar 5 miliar dolar Amerika pada bulan Mei dan Juni dengan sisa cadangan sebesar 106,5 miliar dolar Amerika pada akhir bulan Juni.

Gambar 1: Rupiah secara bertahap terus melemah di tengah gejolak pasar ekuitas (indeks ekuitas Indonesi 1 Aug 2011=100;

Rupiah per dolar AS)

Sumber: CEIC

Mencerminkan kinerja yang relatif kuat hingga saat ini, proyeksi dasar (baseline) PDB Indonesia adalah pertumbuhan sebesar 6,0 persen di tahun 2012 dan 6,4 persen di tahun 2013

Proyeksi dasar (baseline) dengan berlanjutnya gejolak pada pasar keuangan internasional, lemahnya pertumbuhan dunia dan penurunan harga komoditas, memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan terus didukung oleh investasi dan konsumsi dalam negeri. Akan tetapi, hal ini diperkirakan akan sedikit melemah selama tahun berjalan, sejalan dengan indikator bulanan dan, terutama bagi indikator investasi, mencerminkan ketidakpastian dalam ekonomi dunia. Pertumbuhan diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun 2013 dengan meningkatnya stabilitas internasional, bergerak menjadi 6,4 persen dari 6,0 persen di tahun 2012 (Tabel 2).

Tabel 2: Berdsarkan skenario dasar (baseline) pertumbuhan diperkirakan 6,0 persen pada tahun 2012

2010 2011 2012 2013

Produk domestik bruto (persen perubahan

tahunan) 6,1 6,5 6,0 6,4

Indeks harga konsumen* (persen perubahan

tahunan) 6,3 4,1 5,0 5,1

Defisit anggaran** (persen dari PDB)

-0,6 -1,2 -2,2 n,a, Pertumbuhan mitra

perdagangan utama

(persen perubahan

tahunan) 6,8 3,1 3,3 3,7

Catatan: * tingkat inflasi Kuartal 4 pada Kuartal 4. ** Angka pemerintah untuk defisit APBN - 2011 adalah angka awal dan angka 2012 adalah APBN-P

Sumber: Kemenkeu, BPS lewat CEIC, Consensus Forecasts Inc., dan staf Bank Dunia Risiko pada lingkungan

internasional tetap tinggi, dan diperkirakan akan terus bertahan…

Dengan masih belum jelasnya penyelesaian krisis zona Euro, dan potensi yang masih berlanjut terhadap tekanan lain yang dapat menurunkan proyeksi global, seperti perkembangan di China atau dari negara berkembang utama lainnya, kemungkinan skenario yang lebih buruk masih tetap ada bagi lingkungan eksternal jangka pendek Indonesia. Dampak dari skenario-skenario tersebut, walaupun bila terjadi pada paruh kedua tahun 2012, kemungkinan besar baru akan sepenuhnya dirasakan pada tahun 2013, walaupun dampak di sektor keuangan akan lebih cepat. Sesungguhnya risiko pada tahun 2013 masih akan tetap tinggi dengan kemungkinan berlanjutnya masalah di zona Euro ditambah dengan tidak berhentinya tantangan fiskal yang dihadapi oleh negara- negara seperti Amerika Serikat.

7,500 8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 10,500

75 80 85 90 95 100 105

Aug-11 Nov-11 Feb-12 May-12 Ekuitas IHSG (LHS)

Rp per dolar AS (RHS)

1 Agu 2011=100 Rp per dolar AS

(11)

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2

…dan jika perlambatan perekonomian dunia yang cukup parah terjadi, maka pertumbuhan

perekonomian Indonesia tahun 2013 dapat tertekan menjadi sekitar 4 persen

Dalam hal terjadi kebekuan parah di pasar keuangan internasional yang berkontribusi terhadap penurunan pertumbuhan mitra perdagangan, penurunan komoditas dunia dan turunnya tingkat kepercayaan investor, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan menjadi 4,7 persen di tahun 2013 (Tabel 3). Dalam skenario dimana krisis diatas disertai, atau bahkan ditimbulkan oleh penurunan perekonomian global yang lebih parah dan panjang yang berdampak pada ekonomi berkembang utama, maka pertumbuhan di Indonesia dapat turun ke 3,8 persen, dengan dampak perlambatan yang lebih dirasakan pada kegiatan dalam negeri oleh karena penurunan harga komoditas akan mengurangi pendapatan dan investasi. Dalam keadaan krisis yang parah, ada kemungkinan bahwa sentimen dunia usaha dan konsumen akan turun dengan drastis yang dapat, bersama-sama dengan potensi tekanan parah di sektor keuangan, dapat menghasilkan penurunan yang lebih dalam terhadap skenario-skenario pertumbuhan.

Tabel 3: Dampak penurunan perekonomian global terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 akan cukup besar

Skenario: Hasil Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3

Berlanjutnya

gejolak

Seperti tahun 2009

Perekonomian global yang sangat buruk

  

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2012 2013 2012 2013

Pertumbuhan PDB Indonesia (persen) 6,0 4,6 6,2 6,5 6,0 6,4 5,8 4,7 5,7 3,8

Asumsi skenario:

              

Rasio investasi/PDB (persen) 23,7 23,4 23,9 24,4 25,3 26,1 25,1 25,1 25,0 24,1 Pertumbuhan PDB mitra perdagangan

utama (persen) 2,1 -1,0 7,0 3,0 3,3 3,7 2,3 0,1 1,9 -1,8

Pertumbuhan terms of trade (persen) -18,1 -4,2 5,7 10,2 2,0 9,0 0,0 -15,0 0,0 -30,0 Catatan: 2012 dan 2013 adalah proyeksi, Terms of trade disusun oleh Bank Dunia dari data perdagangan bulanan

Sumber: CEIC dan proyeksi staf Bank Dunia Para pembuat kebijakan

menghadapi tantangan ganda yaitu

meningkatkan kesiagaan terhadap krisis dan mendorong pertumbuhan jangka menengah

Perekonomian negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan ganda yaitu meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis untuk mengatasi tekanan jangka pendek dan juga pada saat bersamaan mempersiapkan kebijakan-kebijakan untuk mendukung pertumbuhan jangka menengah di tengah lingkungan dunia yang melemah.

Kedua tantangan itu sebaiknya tidak dipandang secara terpisah. Penundaan atau kemunduran dalam reformasi jangka menengah dapat membawa dampak buruk kepada tingkat kepercayaan investor pada saat ini, sehingga meningkatkan kerentanan ekonomi terhadap perubahan sentimen dalam maupun luar negeri. Kegagalan untuk melakukan persiapan yang memadai untuk krisis jangka pendek dapat meningkatkan dampak krisis yang membawa konsekuensi jangka panjang bagi pertumbuhan dan kesejahteraan.

Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam persiapan menghadapi krisis tetapi pekerjaan lanjutan masih dibutuhkan …

Indonesia telah membuat kemajuan yang berarti dalam persiapannya menghadapi krisis tetapi masih dibutuhkan pekerjaan lanjutan dan, seperti dinegara lain, tidak ada ruang bagi sikap berpuas diri dalam lingkungan pasar yang rapuh seperti sekarang ini. Undang- Undang APBN 2012 memberikan fleksibilitas bagi pemerintah untuk menyesuaikan belanja dan pembiayaan untuk merespon krisis, dengan syarat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam waktu 24 jam. Protokol Manajemen Krisis (CMP) telah susun untuk mendukung mekanisme pembagian informasi, pemantauan, dan mekanisme tanggapan krisis. Akan tetapi masih terdapat kesenjangan dalam kerangka hukum yang harus ditangani, seperti dasar hukum untuk pengambilan keputusan dan penyelesaian bank atau lembaga keuangan yang mengalami kegagalan. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menerapkan pengaturan yang permanen terhadap monitoring yang sistematis dan penilaian dampak, kesiagaan krisis, dan pengelolaan krisis (pada saat Otoritas Jasa Keuangan yang baru (OJK) telah berjalan).

(12)

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 xi

…seperti meningkatkan pelaksanaan anggaran untuk mendorong efektivitas stimulus – bila dibutuhkan…

Dengan penerbitan surat utangyang kuat dalam paruh pertama, posisi pembiayaan jangka pendek Pemerintah tampak dalam posisi baik dalam menghadapi pengetatan pasar di masa depan.

Pemerintah telah mengatur juga pembiayaan kontingensi sampai 5,5 miliar dolar Amerika dari para mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan Australia.

Akan tetapi pekerjaan lebih lanjut masih diperlukan untuk mempersiapkan rencana stimulus fiskal, jika keadaan ekonomi dalam negeri turun secara signifikan. Tantangan pelaksanaan anggaran masih ada, khususnya belanja modal, membatasi kegunaan untuk

mendukung permintaan jangka pendek.. Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, masih terus berada di bawah alokasinya dalam APBN-P (Gambar 2). Realisasi belanja modal pada paruh pertama tahun 2012, meskipun masih rendah, naik sedikit dibanding tahun 2011, mungkin mencerminkan upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Pelaksanaan Anggaran (TEPPA) yang baru dibentuk untuk memantau dan mempercepat pelaksanaan anggaran. Akan tetapi beberapa hambatan lama masih tetap ada seperti pembebasan tanah (dimana peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang yang baru masih dibutuhkan), proses revisi anggaran yang rumit, dan perlunya meningkatkan kualitas persiapan proyek.

Gambar 2: Belanja modal, walaupun meningkat secara nominal, realisasi terus berada jauh di bawah alokasi (belanja modal pemerintah pusat relatif terhadap APBN-P, persen; nominal pertumbuhan tahunan, persen)

Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia

…untuk memastikan bahwa program-program sosial dapat menjangkau mereka yang

membutuhkan dukungan pada saat krisis

Walaupun berbagai langkah telah dilakukan untuk memperbaiki kemampuan Pemerintah menargetkan rumah tangga miskin dan rentan, peningkatan lebih lanjut dalam jaring pengaman sosial, memperluas program-program yang bekerja baik dan mengisi kekurangan pada cakupan program yang ada merupakan hal-hal yang dibutuhkan untuk melindungi kaum yang rentan jatuh ke dalam kemiskinan ketika terjadi krisis. Selain itu, program-program sosial lainnya juga diperlukan untuk membantu rumah tangga miskin lainnya, yang sebagian besar berada jauh di bawah garis kemiskinan (yang menjadi salah satu alasan mengapa, walaupun kemiskinan terus menurun, menjadi 12.0 pada Maret 2012, tingkat penurunannya melambat dalam beberapa tahun).

… dan mengurangi biaya kesempatan (opportunity cost) dan ketidakefisien- an subsidi bahan bakar minyak (BBM)

Dengan ICP (Indonesian Crude Price) bergerak turun menjadi 99 dollar Amerika per barrel pada Juni, kelihatannya syarat batasan rata-rata 6 bulan 121 dollar Amerika yang dibutuhkan dalam APBN-P tidak akan tercapai yang mengizinkan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Akan tetapi, dengan menurunnya harga minyak mentah, dengan tidak adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi, beban fiskal, biaya kesempatan, dan ketidakefisien-an akan tetap tinggi. Pemerintah baru-baru ini memperkirakan belanja subsidi BBM tahun 2012 akan meningkat 60 persen lebih tinggi dari alokasi dalam APBN-P dan sebesar 20 persen dari total belanja pemerintah pusat tidak termasuk transfer. Seperti yang dibahas dalam IEQ April 2012, keputusan untuk tidak menaikkan harga merupakan suatu kesempatan yang hilang atau tertunda untuk mengarahkan kembali belanja di saat krisis masih pada tingkatan global.

0 10 20 30 40 50

60 70 80 90 100 110

2007 2008 2009 2010 2011

Tingkat pencairan (LHS)

Pertumbuhan nominal (RHS) Belanja relatif terhadap

alokasi APBN-P (persen)

Pertumbuhan nominal dalam belanja modal (persen)

(13)

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 Juga diperlukan fokus

perhatian pada kebijakan dan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan jangka menengah melalui peningkatan

produktivitas dan mengatasi hambatan utama infrastruktur

Indonesia, dan negara-negara ekonomi berkembang lainnya, harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi dunia dengan jangka waktu yang panjang dan lemahnya permintaan dengan menekankan kembali strategi pembangunan jangka menengah. Hal ini termasuk reformasi yang meningkatkan produktivitas dan meningkatkan investasi, dari investor dalam dan luar negeri, sebagai syarat dasar untuk mendorong pertumbuhan di Indonesia hingga 7 persen atau lebih dan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi sekitar dua juta orang yang masuk ke angkatan kerja setiap tahun. Koordinasi, kejelasan dan konsistensi kebijakan peraturan sangatlah penting untuk mendukung investasi ini, bersamaan dengan penanganan lemahnya infrastruktur Indonesia.

Sebagai gambaran atas tantangan infrastruktur yang dihadapi, sementara jumlah kendaraan telah meningkat tiga kali lipat dari tahun 2001 hingga 2010, jaringan jalan nasional, yang melayani hingga sepertiga dari lalu-lintas kendaraan (dalam kendaraan per km), hanya meningkat seperempatnya. Sementara pemerintah telah menetapkan target yang ambisius untuk pendanaan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) bagi proyek-proyek infrastruktur, sebagian besar investasi infrastruktur masih harus didanai oleh sektor publik dengan lambatnya kemajuan KPS selama ini.

Akses yang lebih besar ke pasar dalam dan luar negeri berpotensi memainkan peranan penting dalam meningkatkan kinerja ekonomi domestik …

Memfasilitasi perdagangan dalam dan luar negeri juga memiliki peran yang penting bagi Indonesia untuk mendukung kekuatan pasar domestiknya dan memanfaatkan semakin pentingnya wilayah Asia Timur di dalam permintaan dunia. Jika disertai dengan investasi pendukung dalam keahlian dan infrastruktur, sebagai contoh, maka akses kepada jaringan perdagangan dan investasi internasional juga dapat membantu mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing perusahaan-perusahaan dalam negeri, seperti yang terlihat dari kinerja yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang memiliki keterpaduan internasional yang lebih besar. Sebagai contoh, pada industri dan propinsi yang sama, perusahaan manufaktur yang merupakan eksportir atau menggunakan bahan impor secara rata-rata mencatatkan tingkat produktivitas 19 persen lebih tinggi dari pabrik-pabrik yang tidak terpadu secara internasional – sementara pabrik yang dimiliki oleh asing memiliki tingkat produktivitas 38 persen lebih tinggi dari perusahaan yang setara di dalam negeri.

…tetapi pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran tentang arah

pengambilan kebijakan dan sulitnya komunikasi dan koordinasi kebijakan

Pengumuman kebijakan baru-baru ini telah menimbulkan sejumlah pertanyaan tentang arah pengambilan kebijakan dalam perdagangan dan investasi. Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk, sebagai contoh, pembatasan impor produk hortikultura, peraturan divestasi yang baru, dan persyaratan pemrosesan pada sektor pertambangan. Walaupun tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut dapat berasal dari upaya untuk mendorong produktivitas, menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan domestik, penyajiannya, yang seringkali berubah, memperlihatkan adanya kesulitan koordinasi dan komunikasi. Dan juga ketidakpastian efektivitas dalam pencapiaan tujuan-tujuan tersebut dan resiko konsekuensi negatif jangka panjang, terdapat kekhawatiran bahwa perluasan kebijakan seperti itu dapat melemahkan tingkat kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik, pada saat hal itu sangat dibutuhkan.

(14)

P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a M e n g a t a s i t a n t a n g a n s a a t i n i d a n k e d e p a n

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 1

A. PERKEMBANGAN  EKONOMI DAN  FISKAL TERKINI

1. Prospek ekonomi dunia tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak

Terdapat kekhawatiran baru bahwa pemulihan ekonomi global telah kehilangan momentum

Prospek lingkungan eksternal Indonesia terus didominasi oleh perkembangan di zona Euro, bersamaan dengan kekhawatiran baru semakin melemahnya ekonomi global.

Proyeksi dasar (baseline) jangka pendek masih skenario berlanjutnya gejolak pasar keuangan internasional, seperti diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Akan tetapi, perkembangan terbaru sekali lagi menyoroti risiko skenario yang lebih buruk, termasuk pengetatan lebih lanjut tingkat kredit dunia dan penurunan lebih tajam pertumbuhan pada ekonomi berkembang dan maju dan pada harga komoditas dunia.

Perkembangan ekonomi dan politik di zona Euro sekali lagi menjadi perhatian utama, yang mendorong pergeseran tajam di pasar keuangan internasional

Permasalahan keterkaitan fiskal dan perbankan di zona Euro, dan tanggapan kebijakannya, sekali lagi telah menjadi pusat perhatian para investor, dimana imbal hasil surat hutang pemerintah meningkat di Spanyol dan Italia. Penurunan pengaruh bank-bank di zona Euro terus berlanjut, yang mendorong penurunan pemberian pinjaman lintas batas negara kepada ekonomi berkembang. Pasar keuangan internasional telah diterpa oleh perubahan sentimen dari perkembangan yang terjadi di Eropa, walaupun sebagian besar indikator tekanan pasar telah turun cukup jauh dari nilai tertingginya pada akhir tahun 2008 atau bulan Mei 2010 dan September 2011. Meskipun demikian, pasar ekuitas negara maju dan berkembang, secara rata-rata, telah kehilangan peningkatan yang didapat dari awal tahun 2012 (Gambar 3). Sebagai contoh, pada tanggal 4 Juli pasar ekuitas negara berkembang (dalam dolar AS) berada pada 11,6 persen di bawah nilai tertingginya pada awal bulan Maret, meningkat sebesar 5,3 persen dari akhir tahun 2011.

Yield obligasi negara berkembang juga telah meningkat karena investor kembali ke aset- aset yang lebih aman, seperti obligasi negara Amerika Serikat, Jerman dan Jepang.

Gambar 3: Pergerakan pasar ekuitas terus terpengaruh oleh perkembangan pada zona Euro

(indeks ekuitas dolar AS, 2 Juli 2008=100)

Gambar 4: Harga komoditas dunia telah turun, tetapi masih tetap tinggi secara tingkat historis

(indeks harga komoditas internasional dolar AS, Jan 2005=100)

Sumber: MSCI dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Bank Dunia 25

50 75 100 125

25 50 75 100 125

Jul-08 Jul-09 Jul-10 Jul-11 Jul-12 Ekuitas pasar berkembang (dolar AS)

Ekuitas daerah Euro (dolar AS) Ekuitas pasar maju

(dolar AS)

Indeks (2 Juli 2008=100) Indeks (2 Juli 2008=100)

50 100 150 200 250 300 350

50 100 150 200 250 300 350

Logam dan mineral

Pertanian Energi

Indeks (Jan 2005=100) Indeks (Jan 2005=100)

(15)

Indikator-indikator utama juga menunjukkan perlambatan kegiatan ekonomi dunia…

Perkembangan sektor keuangan dan kebijakan di Eropa berlangsung di tengah kontraksi atau pertumbuhan datar indikator utama dan parsial di daerah Euro, Amerika Serikat, Jepang dan China, yang menunjukkan perlambatan dalam kegiatan dunia. Perdagangan dunia juga diperkirakan akan tetap lemah, dengan proyeksi Bank Dunia untuk volume perdagangan dunia akan meningkat sebesar 5,3 persen di tahun 2012, turun dari 6,1 persen di tahun 2011, sebelum kembali meningkat menjadi 7,0 persen di tahun 2013.

…dan harga komoditas internasional – termasuk minyak mentah – telah menurun

Sejalan dengan kekhawatiran baru terhadap prospek ekonomi, harga komoditas internasional telah menurun pada beberapa bulan terakhir, tetapi masih tetap relatif tinggi secara standar historis (Gambar 4). Harga energi turun sebesar 21,5 persen dari bulan Maret ke Juni sementara harga non-energi turun sebesar 6,3 persen. Rata-rata harga minyak mentah (Brent) pada bulan Juni (96 dolar AS per barel) adalah 23,5 persen di bawah harga rata-ratanya di bulan Maret, yang disebabkan oleh perlambatan permintaan dunia dan prospek peningkatan produksi. Harga logam dan mineral turun 11,2 persen pada periode yang sama, berkat lemahnya permintaan dari Eropa dan China. Penurunan itu mempengaruhi harga-harga dari beberapa ekspor komoditas utama Indonesia, seperti batu bara dan karet (turun hampir sebesar 20 persen dari bulan Maret ke Juni), minyak sawit (sebesar 13 persen) dan tembaga (sebesar 12 persen).

Walaupun telah ada langkah-langkah untuk mendorong kebijakan mendukung

pertumbuhan, dukungan ini tampaknya akan lebih terbatas

Risiko perlemahan ekonomi global yang terus berlanjut, dan pembaruan tekanan pasar keuangan, telah mendorong pengenduran moneter lebih lanjut oleh bank-bank sentral di Inggris dan zona Euro. Pihak otoritas di Asia, seperti di China, juga telah memotong suku bunga atau meringankan persyaratan cadangan wajib untuk mendukung pertumbuhan.

Akan tetapi, seperti pada ekonomi maju, banyak ekonomi berkembang yang memiliki keterbatasan mengendurkan kebijakan moneter dan fiskal lebih lanjut bila terjadi tekanan besar berikutnya. Beberapa ekonomi berkembang juga menghadapi keterbatasan kapasitas. Selain itu, proses konsolidasi fiskal dan penurunan pertumbuhan kredit saat ini di ekonomi maju akan terus merintangi pertumbuhan jangka pendek dan menengah.

Secara keseluruhan, proyeksi baseline pertumbuhan untuk tahun 2012 dan 2013 bagi mitra perdagangan utama Indonesia tetap relatif lemah

Menggabungkan faktor-faktor

tersebut, proyeksi pertumbuhan bagi mitra

perdagangan utama (MTP) Indonesia tetap lemah, pada 3,3 persen di tahun 2012 (Gambar 5). Setelah banjir di Thailand pada kuartal 4/2011, pemulihan persediaan rantai pasokan Asia Timur mendorong pertumbuhan dikawasan yang melebihi perkiraan pada kuartal I tahun 2012. Akan tetapi perlemahan di AS, Eropa dan China saat ini telah menekan pertumbuhan dasar (baseline) untuk sisa tahun 2012 dan tidak mengubah proyeksi MTP untuk tahun 2012. Proyeksi baseline pertumbuhan MTP di tahun 2013 adalah 3,7 persen walaupun, seperti disoroti pada bagian Risiko di bawah,

skenario yang lebih buruk bagi lingkungan luar negeri akan mendorong proyeksi ini turun secara signifikan.

Gambar 5: Pertumbuhan mitra perdagangan utama Indonesia tetap lemah di tahun 2012, sebelum sedikit meningkat pada tahun 2013

(pertumbuhan PDB riil, persen)

Catatan: * India pada basis tahun fiskal

Sumber: Prospek Ekonomi Dunia Bank Dunia bulan Juni 2012

-2 0 2 4 6 8 10 12

-2 0 2 4 6 8 10 12

2010 2011 2012f 2013f

Persen Persen

(16)

P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a M e n g a t a s i t a n t a n g a n s a a t i n i d a n k e d e p a n

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 3

2. Pertumbuhan melambat pada kuartal pertama tetapi masih tetap kokoh menghadapi kelesuan dunia

Ekonomi Indonesia tumbuh kuat sebesar 6,3 persen pada kuartal I tahun 2012 walaupun adanya tanda-tanda perlemahan permintaan eksternal

PDB Indonesia meningkat sebesar 6,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama tahun 2012. Walaupun sedikit melemah dari pertumbuhan 6,5 persen pada kuartal terakhir tahun 2011, angka pertumbuhan itu merupakan pertumbuhan di atas 6 persen selama enam kuartal berturut-turut (Gambar 6). Setelah penyesuaian musiman (seasonally adjusted), ekonomi tumbuh sebesar 1,2 persen pada kuartal 1, turun dari pertumbuhan yang sangat kuat sebesar 2,2 persen pada kuartal akhir tahun 2011, yang mencerminkan pengaruh dari turunnya permintaan luar negeri dan diimbangi oleh konsumsi swasta yang masih bertahan kuat.

Pertumbuhan didorong oleh kuatnya konsumsi, baik oleh pemerintah maupun swasta, tetapi volume perdagangan melemah

Pertumbuhan konsumsi swasta tidak berubah dari kuartal yang lalu (sebesar 4,9 persen tahun-ke-tahun dan 1 persen dengan penyesuaian musiman kuartalan). Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga lebih tinggi dari perkiraan, mendekati 6 persen tahun-ke-tahun, yang mungkin mencerminkan pencairan anggaran yang lebih baik. Akan tetapi, setelah kinerja yang sangat kuat pada kuartal penutup tahun 2011, pertumbuhan investasi melemah, dengan tingkat pertumbuhan setelah penyesuaian musiman hanya sebesar 0,3 persen, nilai paling rendah sejak kuartal I tahun 2009.

Ekspor riil tetap melemah, pertumbuhan tercatat hampir nol (dengan penyesuaian musiman). Impor juga lebih lemah dari perkiraan, dengan pertumbuhan (dengan penyesuaian musiman) menurun dari 5,2 persen pada kuartal terakhir tahun 2011 menjadi 0,5 persen, yang mencerminkan lemahnya permintaan investasi. Akibatnya, (dengan penyesuaian musiman) ekspor netto memberikan pengurangan yang lebih kecil dari pertumbuhan PDB kuartalan (sekitar 0,2 persen) dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun 2011.

Gambar 6: Pertumbuhan PDB melambat menjadi 6,3 persen pada kuartal pertama tahun 2012…

(pertumbuhan PDB riil, persen)

Gambar 7: …didorong oleh perlambatan pada sektor perdagangan dan manufaktur

(kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun, poin persentase)

Catatan: * Rata-rata pertumbuhan K-k-K (kuartal ke kuartal) sejak kuartal 1/2002

Sumber: BPS dan penyesuaian musiman staf Bank Dunia

Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia

Pertumbuhan produksi didorong oleh pertanian, pertambangan,

transportasi dan komunikasi,

mengimbangi perlemahan pada sektor perdagangan dan manufaktur

Pada sisi produksi, pendorong utama pertumbuhan adalah sektor-sektor primer, sementara kontribusi terhadap pertumbuhan dari sektor manufaktur dan perdagangan menurun (Gambar 7). Pertambangan mencatat pertumbuhan kuartalan yang terkuat sejak akhir tahun 2006 sementara pertanian tetap bertahan kuat. Pertumbuhan manufaktur terus menurun, bergerak turun ke 5,7 persen tahun-ke-tahun pada kuartal 1 setelah menyentuh 6,7 persen pada kuartal 3/2011. Kinerja kuartal I didorong oleh perlambatan yang tajam pada pertumbuhan di sektor pangan, minuman dan tembakau sementara sektor-sektor perdagangan, seperti tekstil, pakaian dan alas kaki, juga melambat. Pada saat yang sama, pertumbuhan sektor jasa melemah, dengan golongan terbesar yaitu perdagangan, hotel dan restoran, mencatatkan pertumbuhan di bawah 1 persen secara

0 2 4 6 8

0 1 2 3 4

Mar-05 Mar-07 Mar-09 Mar-11

Persen Persen

K-k-K peny. musiman (kiri)

Tahun ke tahun (kanan)

Rata-rata (kiri)*

-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

-0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Mar-06 Mar-08 Mar-10 Mar-12

Perdagangan, hotel dan restoran Manufaktur

Poin persentase Poin persentase

(17)

kuartalan untuk pertama kali sejak awal tahun 2009, sementara sektor transportasi dan komunikasi rtumbuh dengan kuat.

Membandingkan kuatnya sektor produksi pada pertengahan tahun 2012 dengan keadaan pada tahun 2008, kegiatan secara keseluruhan, terutama dalam manufaktur, tetap bertahan kuat. Sebaliknya, pertumbuhan tahun-ke-tahun sektor jasa, yang telah melambat sejak meningkat hingga kisaran 9 persen pada bulan Desember 2010, kini lebih rendah dibanding awal tahun 2008.

Indikator parsial belakangan ini menunjukkan adanya sedikit perlambatan pada kegiatan ekonomi

Data-data terakhir menunjukkan adanya sedikit perlambatan pada indikator ekonomi dalam negeri (Gambar 8). Penjualan sepeda motor dan semen telah melambat pada beberapa bulan terakhir.

Penjualan sepeda motor telah turun sebesar 14 persen tahun-ke-tahun pada bulan Mei, yang penurunan penjualan di daerah pedesaan yang diakibatkan menurunnya pendapatan diperdesaan seiring dengan

menurunnya harga komoditas. Akan tetapi, penjualan mobil tetap kuat, walaupun permintaan diperkirakan akan melambat dimana peraturan uang muka minimum yang baru akan

berlaku pada 15 Juni. Setelah menurun pada awal tahun 2012, yang disebabkan oleh ketidakpastian harga BBM, sentimen konsumen kembali meningkat pada bulan Mei and June tetapi masih sekitar 4 persen di bawah tingkat yang tercatat pada bulan Januari.

Gambar 8: Indikator bulanan menunjukkan sedikit moderasi dalam kegiatan

(pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen)

Catatan: Indeks koinsiden adalah rata-rata tertimbang dari produksi, perdagangan, finansial dan variabel-variabel internasional. Indek koinsiden disesuaikan untuk memiliki rata-rata dan deviasi standar seperti pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun.

Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia

Pada skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB Indonesia

diproyeksikan pada 6,0 persen pada tahun 2012 dan 6,4 persen pada tahun 2013, walaupun resiko-resiko terhadap prospek sangat condong kepada penurunan

Sementara sebagian besar kinerja ekonomi dalam negeri sejalan dengan perkiraan yang diuraikan pada Triwulanan edisi bulan April 2012, perlemahan yang belakangan tercatat pada data perdagangan dan indikator parsial lainnya, ditambah sedikit penurunan pada pertumbuhan para mitra perdagangan utama untuk sisa tahun 2012 (di dalam proyeksi pertumbuhan yang tidak berubah untuk satu tahun secara keseluruhan), menunjukkan sedikit penurunan pada proyeksi dasar (baseline) untuk tahun 2012. Sebagai akibatnya, pertumbuhan PDB pada tahun 2012 kini diproyeksikan sebesar 6,0 persen.

Proyeksi baseline untuk tahun 2013 tetap pada peningkatan pertumbuhan sebesar 6,4 persen dengan adanya peningkatan pada situasi luar negeri. Akan tetapi, seperti dibahas lebih lanjut di bawah ini, risiko terhadap proyeksi pertumbuhan masih tetap sangat condong kepada penurunan. Bila terjadi tekanan yang lebih kuat pada pasar keuangan internasional, harga-harga komoditas atau permintaan luar negeri, maka pertumbuhan domestik dapat melemah di bawah proyeksi baseline tersebut.

0 2 4 6 8

0 2 4 6 8

Apr-04 Apr-06 Apr-08 Apr-10 Apr-12 Indeks Koinsiden

Produk Domestik Bruto

Persen Persen

(18)

P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a M e n g a t a s i t a n t a n g a n s a a t i n i d a n k e d e p a n

T H E W O R L D B A N K | B A N K D U N I A J u l i 2 0 1 2 5

Tabel 4: Menurut skenario baseline pertumbuhan PDB untuk tahun 2012 diproyeksikan sebesar 6.0 persen dan meningkat ke 6,4 persen pada tahun 2013

(persen persentase, kecuali dinyatakan lain)

Tahunan

Tahunan ke kuartal

Desember Revisi terhadap tahunan

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2012 2013

1. Indikator ekonomi utama

Total pengeluaran konsumsi 4,5 4,8 4,9 4,6 4,8 5,0 -0,1 -0,1

Pengeluaran konsumsi swasta 4,7 4,5 4,8 4,9 4,4 4,8 -0,1 -0,1

Konsumsi pemerintah 3,2 6,8 6,0 2,8 6,9 5,9 0,0 0,0

Pembentukan modal tetap bruto 8,8 9,7 10,0 11,5 9,6 10,1 0,0 -0,1

Ekspor barang dan jasa 13,6 6,3 7,6 7,9 6,8 6,9 -1,1 -1,9

Impor barang dan jasa 13,3 7,7 8,1 10,1 6,1 8,2 -1,5 -1,5

Produk Domestik Bruto 6,5 6,0 6,4 6,5 5,8 6,5 -0,1 0,0

Pertanian 3,0 3,4 3,4 4,1 2,8 3,6 0,0 0,0

Industri 5,3 4,9 5,3 5,3 4,7 5,4 0,0 0,0

Jasa-jasa 8,5 7,8 8,2 9,0 7,9 7,7 -0,2 0,0

2. Indikator eksternal

Neraca pembayaran (miliar AS$) 11,9 3,0 10,8 n/a n/a n/a -4,8 -1,8 Saldo neraca berjalan (miliar AS$) 1,7 -7,9 -4,6 n/a n/a n/a -3,8 -2,9 Neraca perdagangan (miliar AS$) 23,3 11,3 15,7 n/a n/a n/a -4,2 -2,9 Saldo neraca keuangan (miliar AS$) 14,0 11,3 15,4 n/a n/a n/a -0,7 1,1 3. Ukuran ekonomi lainnya

Indeks harga konsumen 5,4 4,4 5,1 4,1 5,0 5,1 -0,3 -0,1

Indeks keranjang kemiskinan 8,2 7,0 7,5 6,3 7,0 7,6 -0,1 -0,5

Deflator PDB 8,4 7,2 8,1 7,5 8,1 8,1 -1,5 -1,5

PDB nominal 15,4 13,7 15,1 14 14,4 15,1 -1,6 -1,6

4. Asumsi ekonomi

Kurs tukar valuta (Rp/AS$) 8773 9300 9100 9024 9400 9100 300 100 Harga minyak Indonesia (AS$/barel) 111,6 110 100 111 100 100 -10 -15 Pertumbuhan mitra dagang utama 3,0 3,3 3,7 2,5 3,5 3,9 0,0 -0,2 Catatan: Proyeksi aliran perdagangan berkaitan dengan neraca nasional, yang dapat melebihkan pergerakan volume perdagangan sebenarnya, dan mengecilkan pergerakan harga karena perbedaan dalam penggunaan harga. Revisi adalah nilai relatif terhadap proyeksi pada Triwulanan edisi bulan April 2012. Revisi tahunan pada ‘3. Ukuran ekonomi lainnya’

adalah berdasarkan proyeksi reformasi tidak ada subsidi BBM Bank Dunia pada bulan April 2012 dan bukan pada proyeksi yang dimuat pada Triwulanan edisi bulan April 2012 yang berdasarkan pada reformasi subsidi BBM.

Sumber: Kemenkeu, BPS, BI, CEIC dan proyeksi Bank Dunia

3. Neraca pembayaran mencatat defisit ketiga secara berurutan di kuartal 1 2012

Neraca pembayaran Indonesia mencatat arus keluar selama tiga kuartal berturut-turut di kuartal 1, 2012 seiring dengan melebarnya neraca berjalan

Indonesia mencatatkan lanjutan aliran keluar neraca pembayaran secara keseluruhan pada kuartal pertama tahun 2012 selama tiga kuartal berturut-turut (Gambar 9). Akan tetapi dengan jumlah 1,0 miliar dolar AS, aliran keluar tersebut berjumlah lebih kecil dari yang dicatat di kuartal ketiga dan keempat tahun 2011 (masing-masing sebesar 4,0 miliar dolar AS dan 3,7 miliar dolar AS). Sementara aliran keluar modal merupakan pendorong utama dari defisit pada paruh kedua tahun 2011, hal yang menarik pada kuartal pertama tahun 2012 adalah melebarnya defisit neraca berjalan, sehubungan dengan melambatnya permintaan eksternal serta tetap kuatnya permintaan dalam negeri menjadikan surplus perdagangan semakin kecil (Gambar 10). Tren terakhir pada saldo neraca berjalan serta implikasinya akan dibicarakan secara lebih rinci di Bagian B.

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga triwulan III-2010 dibandingkan periode yang sama tahun 2009 tumbuh sebesar 5,9 persen.. Ditinjau dari sisi

Data dan informasi yang dimuat tetap mengikuti perkembangan data terbaru yang dihimpun dan dirilis BPS, yang merupakan hasil pendataan langsung dan hasil kompilasi produk

Mengesahkan Memorandum of Understanding on Establishing the ASEAN-Korea Centre between the Member Countries of the Association of Southeast Asian Nations and the Republic

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pelaksanaan politik luar negeri dilandasi politik bebas aktif yang merupakan salah satu

Dalam rangka pengakhiran program ekonomi dengan IMF tersebut, Pemerintah telah menyusun paket kebijakan ekonomi yang dilaksanakan terutama dalam tahun 2003 dan 2004 dengan

(3) Sekretariat Dewan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan oleh satu unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, yang ditetapkan oleh

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang-barang dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara

(2) Penetapan alokasi DAK sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Gubernur, Bupati/Walikota yang menerima DAK dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal