Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94
15 KONSERVASI SUMBER DAYA AIR, SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN
PARIWISATA SITU LEMBANG, JAKARTA PUSAT
Bambang Priadie
Peneliti Muda Bidang Teknik Lingkungan Sumber Daya Air Pusat Litbang Sumber Daya Air, Jl. Ir. H. Juanda No.193 – Bandung
E‐mail: bpriadie@yahoo.com
Diterima: 22 Oktober 2009; Disetujui: 29 April 2010 ABSTRAK
Keberadaan situsitu di Jakarta jumlahnya cenderung menurun sebagai akibat dari berbagai sebab, misalnya: beralihnya fungsi situ, pendangkalan, maupun pencemaran air. Penurunan fungsi situ tersebut di atas dapat juga terjadi di Situ Lembang yang saat ini diperuntukkan sebagai tempat rekreasi dan daerah resapan air. Sehubungan dengan kedua fungsi Situ Lembang tersebut, telah dilakukan wawancara dengan pengunjung situ dan pengambilan contoh air untuk mengetahui kondisi situ saat ini. Yang hasilnya menunjukkan bahwa kondisi taman di sekitar Situ Lembang masih bersih dan nyaman, meskipun masih memerlukan tambahan fasilitas umum seperti WC umum, musholla, sarana tempat makan, dan kursi taman serta diadakannya acara khusus seperti olah raga air. Sedangkan kualitas air, pada umumnya, masih memenuhi persyaratan Air Kelas Dua (PP 82/2001), kecuali parameter amonia, dan oksigen terlarut. Dalam rangka konservasi sumber daya air di Taman Situ Lembang, diperlukan pembuatan lubang biopori selain penggunaan tanaman penutup tanah, seperti rumputrumputan yang telah ada. Selanjutnya, pagar yang mengelilingi taman Situ Lembang dapat ditanami dengan tanaman pagar yang memiliki bunga menarik ataupun jenis tanaman merambat yang selain dapat mencegah kerusakan pagar tapi juga akan menambah nilai estetika.
Kata kunci: Pengembangan pariwisata, kualitas air, lubang resapan biopori, tanaman pagar.
ABSTRACT
The existence of lakes in the Province of DKI Jakarta tends to decrease in number due to many reasons such as: land use change, siltation, and water pollution. This phenomenon is also faced by “Situ Lembang”, which is currently designated as a place for recreation and water catchment areas. In the attempt to prevent further degradation to the lake, interviews were conducted with lake visitors and taking of water samples to determine the current condition of lake water. The interviews and analysis of water quality indicated that the condition of ‘Taman Situ Lembang’ and its vicinity is still clean and comfortable although requiring additional public facilities such as public toilets, ‘musholla’, foodcourt, and lawn chairs, and organizing special water sports events. Meanwhile, water quality is still eligible for Class Two criteria (PP 82/2001), except the parameters ammonia, and Dissolved Oxygen. In relation to water resources conservation in
“Taman Situ Lembang”, it is also neccesarry to promote the “biopori” system to reduce soil surface erosion in addition to using ground cover plants, such as grass. Furthermore, covering fence around the park by beautifull fence3plants not only avoid the damaging of its fence but also increasing the aesthetics view.
Keywords: Tourism potential, water quality, ‘biopori’ system, fenceplants.
PENDAHULUAN
Keberadaan situ‐situ di Provinsi DKI Jakarta saat ini cenderung berkurang jumlahnya karena banyak situ yang beralih fungsi sebagai akibat dari perkembangan yang sangat pesat diberbagai sektor pembangunan permukiman, gedung‐gedung perkantoran/perhotelan, industri, ditambah laju pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang semakin meningkat. Selain beralih fungsi, banyak situ di Provinsi DKI Jakarta kondisinya meng‐
khawatirkan sebagai akibat dari pencemaran air maupun kondisi situ yang kurang terurus.
Penyempitan areal situ sebagai akibat sedimentasi yang tinggi serta digunakannya situ sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga telah menjadi fenomena yang ditemukan pada situ‐situ yang kurang terurus. Areal situ yang sudah menjadi daratan dan timbunan sampah tadi akan berdampak pada berkurangnya daya tampung situ maupun daya tarik wisata.
Kekhawatiran akan hal tersebut di atas dirasakan juga oleh pengelola Taman Situ Lembang yang terletak di Kelurahan Menteng, Kecamatan
16
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94 Menteng, Jakarta Pusat. Minimnya fasilitas umumdan perilaku pengunjung telah menyebabkan terganggunya keindahan atau estetika Situ Lembang. Gangguan dari pengunjung, baik lang‐
sung maupun tidak langsung, telah berpengaruh pada kondisi kualitas dan kuantitas air maupun pada keadaan di sekeliling situ. Hal ini dapat dili‐
hat dengan adanya timbunan sampah di beberapa tempat di perairan situ serta terlihat adanya kerusakan pada pagar taman. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat menumbuhkan rasa memiliki para pengunjung situ, sehingga kondisi situ tetap terjaga dan lestari dengan harapan fungsi Situ Lembang sebagai tempat rekreasi dan daerah resapan air akan dapat dipertahankan.
Maksud penelitian ini adalah untuk meng‐
identifikasi peningkatan potensi pariwisata Situ Lembang yang meliputi: persepsi pengunjung dan kondisi kualitas airnya. Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah untuk mendapatkan konsep penataan Situ Lembang sebagai sarana rekreasi atau pariwisata dan lahan resapan air sebagai usaha konservasi sumber daya air.
TINJAUAN PUSTAKA 1 Curah Hujan
Berdasarkan data hasil pengukuran di stasion pengukur curah hujan di wilayah Kemayoran Jakarta Pusat, curah hujan harian maksimum pada tahun 2007 terjadi di bulan Februari dengan curah hujan yang terukur adalah 235 mm/hari. Demikian juga tahun 2008, curah hujan harian maksimum terjadi di bulan Februari, namun angka yang tercatat lebih kecil dari tahun sebelumnya yaitu 193 mm/hari. Untuk curah hujan terendah, pada tahun 2007 terjadi di bulan September yaitu 23 mm/hari. Sedangkan untuk tahun 2008, dengan himpunan data dari bulan Januari hingga Oktober, curah hujan minimum tercatat terjadi di bulan Agustus dengan curah hujan harian maksimum sebesar 8 mm/hari.
Tabel_1 menunjukkan data curah hujan maksimum harian untuk tahun 2007 dan 2008 yang diperoleh dari Sub Bidang Informasi Iklim dan Agroklimatologi BMG Jakarta pada stasion Kemayoran Jakarta Pusat.
2 Kondisi Situsitu di DKI Jakarta
Keberadaan situ‐situ di Provinsi DKI Jakarta cenderung berkurang jumlahnya serta keadaannya sudah banyak yang tercemar maupun beralih fungsi. Hal ini dapat disebabkan sebagai akibat perkembangan yang sangat pesat di berbagai sektor, misalnya: pembangunan permukiman, gedung‐gedung perkantoran/perhotelan, industri ditambah lagi pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi.
Keberadaan dan kondisi situ di DKI Jakarta memang menghawatirkan. Situ‐situ yang tidak terawat kondisi airnya berwarna kehitaman dan berbau busuk (BPLHD DKI Jakarta, 2002, dalam Hendrawan Diana, 2005). Selain itu, hal senada juga ditunjukkan oleh hasil penelitian bersama yang dilakukan oleh BBPT dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung‐Cisadane yang menyatakan bahwa telah terjadi kerusakan yang serius pada puluhan situ di kawasan JABODETABEK (Anonimous, 2009:
4‐5 dan www.esqmagazine.com. 2010) termasuk keberadaan Situ Lembang yang mulai terancam sebagai akibat adanya proses pendangkalan (Hendrawan Diana, 2005).
Potensi terjadinya banjir dan meningkatnya waktu genangan sebagai akibat dari hilangnya keberadaan situ telah dirasakan di Kota Tangerang.
Genangan banjir di Kota Tangerang pada tahun 1994 terjadi di 18 titik dengan ketinggian 100 cm, bandingkan dengan tahun 2000, jumlah genangan banjir mencapai 49 titik dengan ketinggian 250 cm selama 72 jam, dimana kejadian banjir ini berka‐
itan erat dengan penyusutan areal situ dari sekitar 270 Ha menjadi 190 Ha atau menyusut sekitar 31% (Anonimous, 2009: 4‐5). Kondisi ini tidak berbeda dengan situ‐situ di Jakarta, Hendrawan Diana (2005) yang melakukan penelitian berdasarkan fungsi dan kondisi situ pada 40 situ di Jakarta diketahui bahwa hanya sekitar 47,5%
dalam kondisi terawat, 35% dalam kondisi tidak terawat dan sisanya 12,5% telah berubah menjadi daratan. Sebagai perbandingan kondisi situ‐situ di Jakarta dengan kondisi Situ Lembang saat ini yang sudah mengalami pendangkalan dapat dilihat pada Tabel_2.
Tabel 1 Data Curah Hujan Maksimum Harian (Dalam Milimeter) Kemayoran – Jakarta Pusat
TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES
(mm/hari)
2007 38 235 36 49 71 66 33 32 23 26 26 84
2008 32 193 49 76 16 20 10 8 94 46
Max 38 235 49 76 71 66 33 32 94 46 26 84
Sumber: Sub Bidang Informasi Iklim dan Agroklimatologi_BMG Jakarta.
Ket: Blank = Tidak ada data o= Tidak ada hujan
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94
17
Tabel 2 Kondisi dan Nilai Indeks Kualitas Air Situ‐Situ di DKI Jakarta
No Wilayah/Nama Situ Kondisi Nilai
IKA)*
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jakarta Timur (16 buah) Situ Arman
Waduk Elok
Situ Rawa Penggilingan Situ Rawa Badung Situ Rawa Pendongkelan Waduk PDAM
Situ Bea Cukai Situ Rawa Wadas Situ Ria Rio Situ TMII Waduk TMII Situ Rawa Segaran Situ Dirgantara
Situ Halim
Situ Rawa Dongkal Situ Kelapa Dua Wetan
Pendangkalan Pendangkalan
Mengering & menjadi daratan Pendangkalan
Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan Pendangkalan
Sudah diurug jadi tegalan Sudah diurug jadi lahan pertanian
Pendangkalan
Pencemaran & Pendangkalan Pencemaran & Pendangkalan
31,78 34.97 60.29
Buruk Buruk Sedang
1 2
Jakarta Barat (2 buah) Situ Rawa Kepa Situ Empang Bahagia
Pendangkalan
Pencemaran & Pendangkalan 43,42
Buruk
1 2 3 4 5 6 7
Jakarta Selatan (7 buah) Situ Ragunan
Situ MBAU Pancoran Situ Kalibata
Situ Rawa Ulu Jami Waduk Setiabudi Situ Babakan Situ Mangga Bolong
Pencemaran & Pendangkalan Pendangkalan
Pencemaran & Pendangkalan Pendangkalan
Pendangkalan
Pencemaran & Pendangkalan Pendangkalan
67.39 44,99 62,75
Sedang Buruk Sedang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jakarta Utara (12 buah) Situ Marunda
Waduk Pantai Indah Kapuk Utara
Waduk Pantai Indah Kapuk Selatan
Situ Rawa Kendal Waduk Muara Angke Situ Pluit
Waduk Sunter I Waduk Sunter II Waduk Sunter III Situ Sunter Barat Situ Pademangan Situ Rorotan
Pencemaran & Pendangkalan Pencemaran & Pendangkalan
Pencemaran & Pendangkalan
Telah menjadi daratan Pencemaran & Pendangkalan Pencemaran & Pendangkalan Terpelihara
Terpelihara Terpelihara Terpelihara Pendangkalan Pendangkalan
39,69 49,27 39,51 53,25 38,12
Buruk Buruk Buruk Sedang Buruk
1 2
Jakarta Pusat (3 buah) Waduk Taman Ria Remaja Waduk Melati
Pendangkalan Pendangkalan
40,58
Buruk
3 Situ Lembang Pendangkalan 62,70 Sedang
Sumber: Hendrawan Diana (2005).
18
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94METODA PENELITIAN 1 Analisis Data
Untuk mengetahui persepsi dan aspirasi pengunjung ke Situ Lembang dilakukan melalui wawancara dengan melibatkan 60 responden.
Jumlah 60 responden diambil dari 10% rata‐rata 600 orang pengunjung yang datang pada hari kerja maupun pada waktu hari libur.
Pengukuran kualitas air mengacu pada Standar Nasional Indonesia (1990), dan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater AWWA (2005). Evaluasi kualitas air menggunakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.
2 Lokasi
Situ Lembang terletak di kawasan Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, merupakan salah satu kecamatan dari 8 kecamatan di Wilayah Jakarta Pusat. Kecamatan Menteng terdiri dari 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Kebon Sirih, Gondangdia, Cikini, Menteng, dan Pegangsaan.
Luas Wilayah Kecamatan Menteng secara keseluruhan adalah seluas 6.53 Km2, dengan kepadatan penduduk sekitar 12.055 jiwa/km2 (Tabel 3). Ini menandakan bahwa pada kawasan ini termasuk kawasan yang penduduknya sangat
padat. Pemilihan nama Situ Lembang mengacu pada nama jalan yang berada di sekelilingnya, yaitu Jalan Lembang (Gambar 1).
HASIL PENELITIAN
1 Kondisi dan Sarana Umum di Situ Lembang Taman Situ Lembang, yang di dalamnya terletak Situ Lembang, merupakan tempat tujuan bagi beragam pengunjung, baik dari kalangan pelajar dan atau mahasiswa, karyawan maupun masyarakat umum untuk sekedar bersantai maupun melepas kepenatan dari kegiatan rutinnya. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa Taman Situ Lembang masih dikelilingi pohon‐
pohon besar yang rindang, pemandangan yang bagus, dan kemudahan akses jalan masuk menjadikan kawasan taman ini dapat menjadi daerah tujuan wisata di Jakarta Pusat.
Dari hasil wawancara dengan pengunjung di Situ Lembang didapatkan pendapat masyarakat tentang kondisi situ dan fasilitas umum yang ada pada saat ini (Tabel 4). Sebagian besar responden (77%) menyatakan kondisi Situ Lembang dalam keadaan yang bersih dan nyaman, namun demikian juga didapatkan bahwa beberapa sarana umum masih perlu ditingkatkan seperti WC umum (43%) maupun mushola (39%).
Tabel 3 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Menteng
NO KELURAHAN LUAS
(KM2)
KEPADATAN (JIWA/KM2)
1 Kebon Sirih 0,83 15.059,04
2 Gondangdia 1,46 3.743,84
3 Cikini 0,82 8.540,96
4 Menteng 2,44 12.695,49
5 Pegangsaan 0,98 23.628,42
Kecamatan Menteng 6,53 12.054,99
Sumber: Sudin Kependudukan & Capil, Bulan Januari 2007.
Gambar 1 Lokasi Situ Lembang, Jakarta Pusat
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94
19
Minat wisata yang berhubungan langsung dengan perairan di Situ Lembang dinyatakan oleh responden berupa keinginan untuk melakukan kegiatan dan diadakannya sarana tertentu (Tabel 5) seperti lomba memancing (40%) maupun olah raga air (36%), sedangkan yang tidak berhubungan langsung dengan perairan berupa keinginan adanya sarana tempat makan (34%) maupun tambahan kursi di taman (28%). Sebagai sarana rekreasi, keberadaan Situ Lembang akan menjadi daya tarik wisata apabila kondisi kualitas airnya selalu diperhatikan.
2 Kualitas Air
Hasil analisis kualitas air Situ Lembang menunjukkan bahwa pada umumnya air situ masih memenuhi persyaratan air kelas dua PP 82/2001, baik secara fisika, kimia, maupun biologi, kecuali parameter residu tersuspensi, amonia, DO, dan nitrit (Tabel 6). Kadar residu tersuspensi berkisar antara 56 s/d 188 mg/L dan kadar amonia berkisar antara 0,184 s/d 0,577 mg/L dan DO antara 6,4 s/d 9,6 mg/L (Tabel 6).
3 Biopori Peningkatan Resapan Air
Salah satu upaya konservasi sumber daya air adalah mengurangi air larian (runoff) dan mengupayakannya untuk dapat lebih banyak meresap ke dalam tanah. Dengan semakin mening‐
katnya jumlah pengunjung ke Taman Situ Lembang serta melakukan aktivitas yang beragam diduga telah menyebabkan tanaman penutup tanah, seperti rumput‐rumputan, menjadi menipis
bahkan bolong‐bolong di beberapa tempat.
Padahal tanaman penutup tanah ini dapat menghambat kecepatan aliran permukaan, juga meresapkan air hujan yang jatuh di sekitar situ ke dalam tanah sehingga dapat menghambat terjadinya erosi pada permukaan tanah.
Aliran permukaan sebaiknya diusahakan tidak langsung masuk ke badan air/situ, tetapi dapat dialirkan pada saluran drainase terbuka, dimana di sepanjang aliran ini diusulkan untuk membuat lubang biopori (Gambar 2). Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10–30 cm dan kedalaman 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air. Lubang biopori ini selanjutnya diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Pori‐pori yang ber‐
bentuk lubang (terowongan kecil) terjadi sebagai hasil dari aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
4 Penutupan Bagian yang Kurang Menarik pada Pagar
Pagar merupakan elemen yang memberi batas yang jelas antara area objek yang dikelola dengan area di luarnya untuk menghindari munculnya penggunaan lain di luar peruntukan rekreasi. Saat ini, penerapan pagar di Situ Lembang merupakan pagar masif yang transparan.
Namun demikian, mengingat pagar model ini mudah ditembus/diterobos serta untuk meng‐
hindari kerusakan lebih parah seperti kondisi saat ini, maka akan terlihat lebih nyaman dan aman bila sepanjang pagar ini dilapisi dengan tanaman pagar.
Tabel 4 Pendapat Responden Mengenai Kondisi dan Sarana Umum Situ Lembang
KONDISI SITU LEMBANG % SARANA UMUM YANG PERLU DITINGKATKAN %
Bersih dan nyaman 77 WC umum 43
Terlalu ramai 10 Mushola 39
Tidak teratur 6 Telepon umum 16
Lain‐lain 5 Lain‐lain 2
Kotor dan tidak terawat 2
JUMLAH 100 JUMLAH 100
Tabel 5 Minat Wisata dan Sarana Khusus yang Diharapkan
MINAT WISATA % SARANA KHUSUS %
Lomba memancing 40 Sarana tempat makan 34 Olah raga air 36 Kursi di sekitar taman 28
Lain‐lain 24 Area hotspot 17
Lain‐lain 21
JUMLAH 100 JUMLAH 100
20
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94PEMBAHASAN
1 Kondisi dan Sarana Umum di Situ Lembang Kondisi Taman Situ Lembang yang bersih dan nyaman masih merupakan salah satu tempat rekreasi favorit di pusat Kota Jakarta walaupun masih memerlukan adanya tambahan sarana umum seperti WC umum maupun mushola, serta adanya sarana tempat makan (foodcourt) dan
tambahan kursi‐kuris di taman. Selain itu, minat wisata yang berhubungan langsung dengan per‐
airan di Situ Lembang adalah diadakannya acara tertentu seperti lomba memancing maupun olah raga air.
Bila kondisi taman saat ini bisa diper‐
tahankan bahkan lebih baik lagi, bila fasilitas umum yang diharapkan bisa ditambah maka fungsi Situ Lembang sebagai tempat rekreasi dan daerah Tabel 6 Hasil Analisis Kualitas Air Situ Lembang
NO PARAMETER SATUAN 1 2 KRITERIA AIR UNTUK
REKREASI (PP 82/2001)
1 Temperatur oC 32 32 ‐
2 Residu Terlarut mg/L 220 220 1000
3 Residu Tersuspensi mg/L 188 154 50
4 pH ‐ 7,1 7,1 9‐Jun
5 BOD mg/L 3,0 2,2 3
6 COD mg/L 5,7 <5,0 25
7 DO mg/L 9,6 6,4 4
8 Total Fosfat mg/L 0,013 <0,01 0.2
9 Nitrat mg/L 0,43 0,42 10
10 Amonia Total mg/L 0,577 0,184 ‐
11 Arsen mg/L 1
12 Cobalt mg/L 0.2
13 Boron mg/L <0,05 <0,05 1
14 Selenium mg/L 0.05
15 Kadmium mg/L <0,005 <0,005 0.01
16 Kromium VI mg/L <0,002 <0,002 0.05
17 Tembaga mg/L <0,012 <0,012 0.02
18 Besi mg/L 0,883 1,42 ‐
19 Timbal mg/L <0,021 <0,021 0.03
20 Mangan mg/L <0,012 <0,012 ‐
21 Air Raksa mg/L 0.002
22 Seng mg/L <0,006 <0,006 0.05
23 Klorida mg/L 34,8 24,7 ‐
24 Sianida mg/L 0.02
25 Fluorida mg/L <0,05 <0,05 1.5
26 Nitrit mg/L 0,163 0,142 0.06
27 Sulfat mg/L 42,3 42,8 ‐
28 Klorin Bebas mg/L ‐ 0.03
29 Sulfida mg/L ‐ 0.002
30 Fecal coliform Jml/100 mL <3 1000
31 Total coliform Jml/100 mL 1100 5000
32 Minyak dan Lemak mg/L <0,05 <0,05 1
33 Detregen mg/L 0,102 0,098 0.2
34 Fenol mg/L <0,02 <0,02 0.001
Sumber: Analisa Laboratorium, Oktober 2008.
Jurnal resap beber diseb lingku buruk mengakan akan Tarso katka tian sebag bagia diusu seper sebag (Kepu Penge TermJakar
2 K 1) T biasa anorg tumb sedan dari terba Lemb berda diper
Ga
Teknik Hidraul pan air aka rapa kasus babkan kare
ungannya ya k misalnya: b gurangi minat menjadi lin
dijadikan oen, 2001, He
Bila memu an tingkat ke hukum terh gai sarana rek an dari sistem ulkan untuk d rti yang tela gai salah s
utusan Gub elolaan Per masuk Situ Ba ta (Indrasti R Kualitas Air Total Residu Kandungan nya terdiri ganik. Kompo
uhan sepe ngkan kompo
clay yang b awa ke situ.
bang berkisar asarkan PP rbolehkan unt ambar 2 Pen
ik, Vol. 1 No. 1, an bisa dip berubahnya na kondisi ang kurang b bau, airnya b t pengunjung ngkungan ku tempat hun endrawan Dia ungkinkan, u epedulian ma hadap kelesta
kreasi maupu m tata air di s dibuat peratu ah dibuat un satu daerah bernur No.
rkampungan abakan) di w Rita, et al, 200
Tersuspens n residu ter dari komp onen organik erti alga,
onen anorgan berasal dari
Kadar residu r antara 56 s/
82/2001 tuk air kelas nampang Luba
, Juni 2010: 1 – ertahankan.
a fungsi situ perairan s aik. Kondisi berwarna hij g yang pada a umuh dan m nian liar (W ana, 2005).
untuk lebih asyarakat dan
arian Situ L un sebagai sa sekitarnya m uran daerah ( ntuk Situ B h tujuan
92/2000, Budaya wilayah Prop
03).
si (TSS).
rsuspensi da ponen organ
k dapat bera maupun nik biasanya
erosi/lumpu u tersuspens /d 188 mg/L kadar TS 2 adalah 50 m ang Resapan
94 Karena u dapat itu dan air yang jau akan akhirnya mungkin Waryono mening‐
n kepas‐
Lembang alah satu maka bisa (PERDA) Babakan, wisata tentang Betawi, insi DKI
alam air nik dan asal dari sampah, a berasal ur yang si di Situ L dimana S yang mg/L.
s bd ma S 1 tp w sh L t ts din s( d km lin m sd dd t Jd km
2
nK d oik a0 mk m ys dd m L Biopori
Kadar sekitar air ma bila dibanding di Situ Babak maupun diba alami lainnya Selatan, yang 14 s/d 22 mg/
Sehubu ersebut yan pengoperasia warna air yan situ sehingga hanya menca Lembang yan
Selain ingginya kad erjadi karen sekitar situ.
dan rendahny ni dapat m sedang meng (2005) menel dengan meto kisaran 0 s/d makin bagus
itiannya dida nilai IKA 62, mengalami p sama dengan dengan status dan pendang dari hasil p ersebut dida akarta sekita dan 10 situ m kalan sedang menjadi darat 2) Amonia
Nitroge nitrit, nitrat Kandungan am diinginkan ka organisme ak
kan yang pek amonia di Sit 0,577 mg/L, maksimal yai kadar amoni menunjukkan yang masuk sampah, mau dung nitrogen dalam Indra merupakan in Lembang (He
TSS di Situ ancur termas gkan dengan kan yang ha andingkan de a yaitu Dan g kadar resid
/L (Priadie B ungan denga ng kemungk an air mancu
ng keruh keco a tingkat k apai 10 cm
g terukur rat dari peng dar residu te na adanya r Tingginya k ya tingkat ke menggambark galami gangg liti kondisi w oda Indeks d 100, diman
status wadu apatkan bahw
,70 dikategor pendangkalan Situ Babakan s sedang yang
kalan. Yang enelitian He apatkan bah ar 20 situ m mengalami pe gkan sisany tan atau beru
en di peraira t, amonia a
monia yang b arena bersifat
kuatik lainny ka <0,02 mg tu Lembang b
, kadar ini itu 0,02 mg/
ia di peraira n kemungkin mengandung upun kotoran n ke dalam s asti Rita, et ndikasi terjad ndrawan Dia
u Lembang suk tinggi yai
kadar residu anya mencap engan kadar nau Ulak Li du tersuspens Bambang, 200 an tingginya kinan dipen ur, hal ini t oklatan di se kecerahan (S
dari kedalam ta‐rata 90 cm goperasian a
ersuspensi ju rembesan se kadar residu ecerahan di S kan bahwa
guan. Hendr waduk dan si Kualitas Air na makin tin uk/situ. Dar wa Situ Lemb
rikan status n. Keadaan n dengan nil g mengalami g lebih meng endrawan D hwa dari 40 mengalami p
encemaran d a ada yang ubah jadi laha
an dapat beru atau nitrog berlebih di pe t toksik bagi i ya. Kadar am
/L (PP 82/2 berkisar anta telah mel /L. Kondisi an Situ Lem nan adanya
g limbah ru n hewan yan situ (Sastraw
t al, 2005) dinya pencem ana, 2005).
21
terutama di itu 188 mg/L u tersuspensi pai 85 mg/L r TSS di situ a, Sumatera sinya sekitar 08: 69‐78).
a kadar TSS garuhi oleh terlihat dari luruh bagian Secchi disk) man air Situ m.
air mancur, uga mungkin edimen dari u tersuspensi Situ Lembang kondisi situ rawan Diana itu di Jakarta r (IKA) dari ggi nilai IKA i hasil pene‐
bang dengan sedang dan ini hampir lai IKA 62,75 pencemaran gkhawatirkan iana (2005) situ‐situ di endangkalan dan pendang‐
g mengering an pertanian.
upa senyawa en organik.
erairan tidak ikan maupun monia untuk 001). Kadar ara 0,184 s/d ebihi kadar berlebihnya mbang dapat air limbah mah tangga, ng mengan‐
wijaya, 1991;
). Hal ini maran di Situ
1
L i L i u a r S h i n u )
, n i i u g a a i A ‐ n n r 5 n n ) i n ‐ g
a k . n k r d r a t h
‐,
; i u
22
3) Oksigen Oksig yang terlaru pernapasan utama meta Meskipun b hidup pada mg/L, namu dapat diter budidaya un walaupun d organisme y tingan ters kualitas air mempersyar adalah 4 m menunjukka berkisar an kasikan bah
Gambar 3
Gambar 4
n Terlarut (D gen terlarut a
ut dalam air dan juga seb abolisme ika beberapa jen perairan den un konsentr ima sebagian ntuk hidup d dapat juga te yang bersang sebut kadar yang krusia ratkan bahw mg/L. Hasil
an bahwa ka ntara 6,4–9, hwa perairan 3 Konsep Pe
4 Konsep Pa
DO)
adalah salah r yang pentin bagai salah sa n dan hewa nis ikan mam ngan konsent
asi minimum n besar spe dengan baik a
rgantung pad gkutan. Oleh
DO dijadik al, baku mut wa kadar D
pengukuran adar DO di
6 mg/L ya n di situ masi eningkatan Inf
agar yang Dila
satu jenis ga ng bagi orga atu kompone an air lainny mpu bertaha trasi oksigen m yang masi esies biota a adalah 5 mg/
da daya taha karena kepen kan indikato tu air kelas DO minimum n di lapanga
Situ Lemban ng mengind ih layak untu filtrasi dan Pe
apisi Tanaman
Ju an as
ya. en an 3 ih air /L an n‐
or m 2 an ng di‐
uk
perikan demikia penguk kadar D sebagai mancur dua (6,4 mancur adanya maksim 13.00).
3 Bio P meresa semaks tanah u yang a Penggu encegahan Ero
n Pagar
rnal Teknik Hid nan maupun an, sebagai p kuran kadar D DO yang jen
akibat dari r, terlihat ad 4 mg/L) kar r di lokasi sat pengaruh mal (pengam
opori Penin Peningkatan
pkan air huj imal mungki ntuk pengisia akan menam naan tanam osi
draulik, Vol. 1 N kegiatan pa perhatian kh DO di lokasi nuh. Hal in i pengaruh danya penuru
rena sudah m tu dengan DO
proses fotos mbilan conto
ngkatan Resa resapan air jan yang jat in sehingga m an kembali (r mbahkan cad man penutu
No. 1, Juni 2010 ariwisata. N husus, pada
situ menunj ni bisa diseb aerasi berup unan DO di menjauhi loka O 9,6 mg/L ata sintesa alga oh air sekita
apan Air r bertujuan tuh di sekita
meresap ke recharge) air dangan air up tanah s
: 1 – 94 Namun
waktu ukkan babkan pa air lokasi asi air aupun yang ar jam
untuk ar situ
dalam tanah tanah.
seperti
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94
23
tanaman rumput, akan menghambat kecepatan aliran permukaan sehingga memungkinkan air meresap lebih banyak dan menghambat terjadinya erosi pada permukaan tanah, oleh karena itu aliran permukaan sebaiknya diusahakan tidak langsung masuk ke badan air/situ, tetapi harus di alirkan pada saluran drainase terbuka, dimana di sepanjang aliran ini dapat ditempatkan lubang resapan biopori (Gambar 3). Lubang Resapan Biopori dapat membantu meningkatkan resapan air ke dalam tanah, merupakan salah satu bentuk ekodrainase yang mudah dan murah (Sumani, Sulastoro, dan Rosariastuti. 2009).
Perkiraan jumlah LRB yang diperlukan dalam rangka konservasi sumber daya air di Situ Lembang dapat dihitung melalui rumus intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap (m2); laju peresapan air per lubang (liter/jam) tiga liter per menit (180 liter/jam). Dengan menggunakan data curah hujan hasil pengukuran di stasiun pengukur curah hujan di wilayah Kemayoran Jakarta Pusat, curah hujan harian maksimum pada tahun 2007 terjadi di bulan Februari dengan curah hujan yang terukur adalah 235 mm/hari atau 9,8 mm/jam (Tabel 1), dengan luas lahan Taman Situ Lembang keseluruhan 11.000 m2 dikurangi luas situ 4.000 m2 maka didapatkan 7000 m2 bidang kedap sehingga diperlukan LRB sebanyak (9,8x7000):180
= 381 lubang.
Dengan adanya LRB sebanyak 381 tersebut diharapkan sedimentasi dari air permukaan (run
off) yang masuk ke situ akan berkurang sehingga konservasi sumber daya air di kawasan Taman Situ Lembang akan terjaga. Selain pengurangan runoff tersebut, adanya LRB diharapkan dapat menu‐
runkan kadar TSS di Situ Lembang dan diharapkan kadar TSS‐nya mencapai persyaratan air kelas 2 PP 82/2001. Selanjutnya, agar LRB lebih bermak‐
na, LRB yang telah dibuat dapat diisi oleh sampah organik yang berasal dari sisa pembersihan taman berupa daun kering, sisa pemotongan rumput, maupun limbah pemangkasan tanaman yang semuanya merupakan bahan organik yang sangat baik untuk dimasukkan kedalam lubang biopori. Bahan‐bahan yang berasal dari sampah‐
sampah ini akan menjadi sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos, dengan demikian diharapkan volume sampah organik dari Situ Lembang akan sangat berkurang. Selain ditempatkan pada saluran drainase terbuka di atas, penempatan lubang biopori dapat pula ditem‐
patkan pada permukaan tanah yang di perkeras lainnya (hard pave) atau pada permukaan tanah yang tidak banyak diinjak atau tempat aktifitas pengunjung.
4 Penutupan Bagian yang Kurang Menarik pada Pagar
Selain permasalahan yang berkaitan dengan kualitas air dan peningkatan resapan air, keindahan visual di Situ Lembang juga harus dapat perhatian sebagai salah satu usaha dari pengem‐
bangan potensi wisata di Situ Lembang, hal ini dapat berupa upaya pendekatan vegetatif dan struktural khususnya pagar pembatas taman.
Pagar merupakan elemen yang memberi batas yang jelas antara area objek yang dikelola dengan area di luarnya untuk menghindari munculnya penggunaan lain di luar peruntukan rekreasi. Saat ini, penerapan pagar di Situ Lembang merupakan pagar masif yang transparan.
Agar pagar model ini tidak dapat dengan mudah ditembus, serta menghindari kerusakan seperti yang sekarang terlihat, maka dapat diterapkan pagar transparan yang ditutupi oleh tanaman pagar (Gambar 4). Sepanjang pagar yang sudah ada dapat dilapisi dengan tanaman pagar yang memiliki bunga menarik, antara lain: Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Heliconia (Heliconia sp), bunga Pagoda (Clerodendrum paniculatum) atau dapat dipilih dari jenis merambat berbunga seperti Alamanda (Allamanda cathartica), Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsoniae).
KESIMPULAN
Pengembangan potensi pariwisata di Taman Situ Lembang masih bisa dikembangkan berdasarkan persepsi pengunjung berupa adanya tambahan sarana umum yaitu: WC umum, mushola, sarana tempat makan dan tambahan kursi‐kursi di taman. Selain itu diadakannya acara tertentu seperti lomba memancing serta olah raga air.
Secara umum kualitas air di Situ Lembang masih sesuai dengan kriteria kualitas air kelas dua PP 81/2002 (air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air) kecuali residu tersuspensi dan kadar amonia telah melebihi kriteria air kelas dua tersebut.
Selain adanya penggunaan tanaman penutup tanah, seperti rumput‐rumputan, disarankan untuk membuat lubang resapan biopori yang dapat membantu meningkatkan resapan air ke dalam tanah dan merupakan salah satu bentuk ekodrainase yang mudah dan murah sehingga diharapkan usaha konservasi sumber daya air di kawasan Taman Situ Lembang dapat terlaksana dengan baik.
Keindahan visual dan penambahan nilai estetika di Situ Lembang harus dapat perhatian sebagai salah satu usaha pengembangan potensi wisata. Pagar di Taman Situ Lembang saat ini masih merupakan pagar masif yang transparan,
24
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94 pagar model ini dapat mudah diterobos parapengunjung. Untuk menghindari kerusakan, dapat melapisi pagar dengan tanaman pagar yang memiliki bunga menarik, antara lain: Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Heliconia (Heliconia sp), bunga Pagoda (Clerodendrum paniculatum) atau dapat dipilih dari jenis merambat berbunga seperti Alamanda (Allamanda cathartica), Nona Makan Sirih (Clerodendrum thomsoniae).
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ir. Firmansyam yang telah bekerja sama dalam menyusun studi ”Kajian Pemanfaatan Air Situ Lembang dan Taman Ria Senayan” Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air, Kotamadya Jakarta Pusat, tahun 2008.
DAFTAR PUSTAKA
AMPL. 2007. Lubang Mini Penyerap Air. 04 Juni 2007 http://www.ampl.or.id (diakses Januari 2010).
AWWA. 2005. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. 21st Edition.
ISBN: 0875530478. Washington DC.
Badan Litbang Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan Standar Nasional Indonesia, Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air.
BPLHD DKI Jakarta. 2002. Data Pemantauan Kualitas Air Sungai di Propinsi DKI Jakarta. Jakarta.
BPLHD DKI Jakarta. 2006. Status Lingkungan Hidup Daerah Propinsi DKI Jakarta.
Dirjen Sumber Daya Air, Dep. Pekerjaan Umum. 2009.
Situ Ku Malang Situ Ku Hilang. Media Informasi SDA. Edisi April‐Mei 2009: 4‐5.
ESQ MAGAZINE ON LINE. 2010. Banyak Situ di Jabodetabek Tak Berfungsi. Sabtu 16 Januari 2010 http://www.esqmagazine.
com (diakses Februari 2010)
Hendrawan Diana. 2005. Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta. Makara, Teknologi. Vol. 9, No.1, April 2005:13‐19.
Indrasti Rita, Bachtar Bakrie, and I Wayan Alit Artha Wiguna. 2003. An Ecological Assesment of Situ Babakan Lake for Agrotourism Development in Jakarta. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.
Vol. 6, No. 2, Juli 2003 : 176‐184.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Priadie Bambang. 2008. Kajian Awal Sumber Daya Air Danau Ulak Lia, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Buletin Puslitbang Pengairan. Vol. 1 No. 1, Juni 2008: 69‐78.
ISSN : 0852–5919.
Sumani, Sulastoro, dan Rosariastuti. 2009. Upaya Konservasi Air dan Pencegahan Banjir dengan Teknologi Lubang Resapan Biopori.
LPPM UNS, Pengabdian, DP2M, Penerapan Ipteks http://www.lppm.uns.ac.id (diakses 2 Januari 2010).
Tim Biopori IPB. 2007. Biopori: Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan http://www.biopori.
com (diakses Januari 2010)
Waryono Tarsoen. 2001. Beberapa Aspek Pengelolaan dan Pengembangan Situ‐situ Sebagai Wahana Rekreasi dan Sumber PAD. Diskusi Pengembangan Situ‐situ di Wilayah Kota Depok. Hari Lingkungan Hidup Pemda Kota Depok 5 Juni 2001.
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94
25
LAMPIRAN 1 BERBAGAI AKTIVITAS DI SITU LEMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASITempat Diskusi
Aktivitas Pemancingan
Pra Sampling
Dilarang Memancing
Pengambilan Contoh Air Trade‐mark
26
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 1 No. 1, Juni 2010: 1 – 94LAMPIRAN 2 CONTOHCONTOH TANAMAN PAGAR YANG DIUSULKAN DITANAM DI SITU LEMBANG
Allamanda cathartica
Heliconia sp
Clerodendrum paniculatum Clerodendrum thomsoniae