• No results found

A grammar of Mualang : an Ibanic language of Western Kalimantan, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "A grammar of Mualang : an Ibanic language of Western Kalimantan, Indonesia"

Copied!
3
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

A grammar of Mualang : an Ibanic language of Western Kalimantan,

Indonesia

Tjia, J.

Citation

Tjia, J. (2007, April 25). A grammar of Mualang : an Ibanic language of Western Kalimantan,

Indonesia. LOT dissertation series. LOT, Utrecht. Retrieved from

https://hdl.handle.net/1887/11862

Version: Not Applicable (or Unknown)

License: Licence agreement concerning inclusion of doctoral thesis in the

Institutional Repository of the University of Leiden

Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/11862

Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable).

(2)

Ringkasan

Buku ini mengkaji aspek gramatikal bahasa Mualang, sebuah ragam Melayik yang dituturkan di sepanjang lembah Sungai Ayak dan Belitang, anak sungai Kapuas, Propinsi Kalimantan Barat. Bidang-bidang yang dikaji di sini mencakup fonologi dan morfosintaksis. Berbagai aspek pragmatis bahasa juga disinggung.

Bab 1 memberikan informasi umum mengenai geografi, demografi, sosio- budaya dan bahasa dari penutur Mualang. Daerah utama bahasa ini terletak di Kecamatan Belitang Hulu, Belitang dan Belitang Hilir, di Kabupaten Sekadau.

Jumlah penuturnya kurang lebih 40.000 orang. Bahasa ini termasuk kelompok bahasa Ibanik yang berkerabat dekat dengan bahasa Melayu. Bahasa Mualang terdiri atas ada dua dialek, yaitu Mualang Hulu dan Mualang Hilir, dengan perbedaan linguistis yang kecil, yaitu yang terutama menyangkut pelafalan dan perbedaan leksikal saja. Bahasa Mualang masih kuat digunakan dalam kehidupan sehari-hari penuturnya, namun erosi juga terjadi, tanpa terhindarkan.

Bab 2 menguraikan ciri-ciri utama fonologi bahasa Mualang, yang mencakup inventarisasi fonem konsonan dan vokal, proses-proses fonologis, struktur suku kata serta proses morfofonemis. Ortografi bahasa Mualang yang dipakai dalam buku ini juga diberikan. Yang paling menonjol dalam sistem bunyi bahasa Mualang adalah fonem sengaunya, yang terdiri atas bunyi sengau biasa /m, n, , / dan bunyi sengau

“pasca-hambat” (postploded nasals), yaitu konsonan sengau yang pengucapannya diikuti dengan bunyi hambat atau letupan, yang dilambangkan dengan /m’, n’, ’,

’/. Mirip dengan ini adalah bunyi sengau “pra-hambat” (preploded nasals) [pm], [tn], dan [k], yang terjadi pada akhir kata, dan yang sifatnya fonetis. Proses morfofonemis yang melibatkan prefiks dan juga preposisi mencakup alternasi vokal, penghilangan vokal, penyisipan bunyi hamzah, asimilasi nasal, alternasi bentuk, dan peleburan preposisi da dan ka dengan nomina yang mengikutinya.

Bab 3 memberikan gambaran umum mengenai keseluruhan sistem leksikon dalam bahasa Mualang. Berbagai satuan morfologis, (misalnya kata, partikel, imbuhan) didaftarkan di sini. Tujuan utama bab ini adalah untuk mengelompokkan jenis kata dalam Mualang, yang terdiri atas 8 jenis kata utama: nomina, verba, pembilang (termasuk kata bilangan, pembilang bukan bilangan, dan kata bantu pembilang/penggolong), demonstrativa, preposisi, pemarkah pragmatis (pemarkah fokus, topik, ilokusioner, pengingkaran, tanya, dan seru), dan kata sambung. Ciri- ciri semantis dan morfosintaktis masing-masing jenis kata bersangkutan diperikan.

Bab 4 membahas morfosintaksis dari frase nomina. Pembahasan mencakup masalah konstituensi dan urutan kata dalam frase nomina dan proses-proses morfologis seperti nominalisasi (yang melibatkan prefiks pe(N)- yang produktif, per- dan ke-), reduplikasi dan kata majemuk.

Bab 5 berurusan dengan frase preposisional. Berbagai preposisi dalam bahasa Mualang diperikan sesuai dengan fungsinya, yang secara umum dibagi atas dua kelompok besar, yaitu 1) preposisi lokatif da, ka, ari, ntara, sampay, dan nyantuk, dan 2) preposisi non-lokatif (ngaw, aba’, ulih, upa, nuna’, dan ngusung).

Mulai bab 6 pembahasan beralih dari tingkat frase (bab 4 dan bab 5) ke tingkat klausa. Bab 6 membahas berbagai konstruksi predikat nominal (klausa ekuatif, komparatif, dan eksklamatori) dan konstruksi lain yang berkaitan seperti predikat lokatif, eksistensial, dan posesif. Dalam bab ini juga disajikan pemerian klausa

(3)

A Grammar of Mualang 438

komparatif yang beragam, salah satunya dengan hanya menggunakan prefiks nominal pe(N)- sebagai pemarkahnya.

Bertentangan dengan bab 6, bab 7 membahas klausa verbal. Di sini dibahas konstruksi klausa verbal sederhana dan penempatan argumen-argumen inti (subjek, objek dan objek tak-langsung). Klausa verbal ditinjau berdasarkan jenis verba yang menjadi inti predikat (intransitif versus transitif) dan valensinya (peran argumen sebagai agen, pasien, datif, dsb.). Dalam bab ini semua konstruksi diatesis dan ciri- ciri morfosintaktisnya dibahas, yaitu intransitif statif (dengan pemarkahan kosong), aktif (dengan prefiks nasal N-), pasif (dengan da-), inversi (dengan pemarkahan kosong), antipasif (dengan prefiks ba-), tengah resultatif—tak-volisional (dengan prefiks te-), inkoatif (dengan prefiks ke-), dan pasif adversatif (dengan kata bantu kena’). Juga dibahas klausa refleksif dengan kata diri’ dan klausa resiprokal.

Pengedepanan konstituen bukan-argumen menjadi argumen juga dibahas.

Bab 8 membicarakan proses-proses morfosintaktis yang terlibat dalam frase verbal yang tidak dibahas dalam bab 7. Ini termasuk verbalisasi, pemajemukan verbal, reduplikasi, sistem kala, aspek dan modalitas, serta beberapa modifikasi verbal lainnya.

Bab 9 berurusan terutama dengan segi pragmatis. Dalam bab ini dibahas status pragmatis dari sebuah konstituen dalam klausa: identifikasi dan pengacuan referen, pemarkahan fokus dan topik, pemarkah ilokusioner, negasi, tindak wicara bukan- deklaratif, dan kata-kata seru.

Bab 10 membahas konstruksi klausa yang kompleks, yang melibatkan lebih dari satu klausa sederhana. Termasuk di dalamnya adalah bentuk majemuk verbal, verba serial, klausa komplemen, klausa adverbial, klausa realtif, dan klausa koordinatif.

Buku ini ditutup dengan sejumlah lampiran, a.l. kumpulan teks (cerita, pantun, peribahasa, teka-teki) dan daftar kata (Mualang-Inggris dan Inggris-Mualang).

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

Therefore, the following subsections will deal first with the use of pronouns, demonstratives and quantifiers functioning as heads in noun phrases, whereas the

fruit that passes the span and reaches the end point. Stative and process verbs, then, are the most likely to be used with sampay without ka. b) A complex prepositional phrase of

The comparative construction in (6-14) below was found in a story; in it, the comparative quality is expressed with a static intransitive verb marked with the

As with the da-passive, the inverse construction is used for a transitive event that prototypically requires the involvement of an agent and a patient. Instead of

Basically verbal reduplication is a grammatical strategy used to code the same event as indicated by the non- reduplicated verb (action or state) but repeatedly

(Note that in each voice construction type, the grammatical subject is the topic of the clause and occupies clause-initial position, but it is not focused

a) In contrast to finite complements, in non-finite complement clauses, the clausal complement is uttered under a tight intonation contour with the matrix verb, i.e. not

Because their parents had died, those siblings had been able to keep all the wealth. so wealth thing REL exist PASS-divide Thus, all the wealth that existed was divided. ghost