• No results found

Cover Page The handle

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Share "Cover Page The handle"

Copied!
5
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

Cover Page

The handle

https://hdl.handle.net/1887/3179457

holds various files of this Leiden

University dissertation.

Author: Sudarmoko, S.

Title: Literary infrastructure in West Sumatra, Indonesia

Issue Date:

2021-05-26

(2)

KAJIAN ini mengenai infrastruktur sastra di Sumatera Barat, Indone-sia. Komponen dari infrastruktur ini adalah: (1) penerbit, (2) komunitas sastra, (3) toko buku, toko buku bekas, dan taman bacaan, dan (4) dukungan yang disediakan oleh lembaga pemerintah dan non-pemerintah dan pribadi-pribadi. Saya memilih komponen ini untuk diuji dalam kajian ini berdasarkan pada sumbangan mereka pada medan sastra di Provinsi Sumatera Barat, dan juga pada dampak nyata dari sumbangan tersebut. Dua bab pertama mendiskusikan penerbit di Sumatera Barat. Bab 1 mengupas aktivitas penerbit dalam menerbitkan serial sastra selama masa penjajahan di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), Sumatera Barat. Penerbit tersebut adalah Penjiaran Ilmoe (1932-1941) yang menghasilkan serial bertajuk Roman Pergaoelan. Penerbitan tersebut dikelola dengan baik dengan membentuk dewan redaksi, pemasaran, distribusi, dan jaringan di antara penerbit dan penulis di provinsi ini dan juga di provinsi lain seperti di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

Bab 2 mendeskripsikan aktivitas penerbitan ulang cerita rakyat Minangkabau dalam bentuk tertulis oleh Kristal Multimedia, sebuah penerbit yang memiliki fokus pada tema-tema terkait adat dan budaya Minangkabau. Penerbit ini merupakan penerus dari dua penerbit berbasis keluarga yang memiliki kertertarikan yang sama pada budaya Minangkabau. Diskusi pada bab ini memperlihatkan bahwa penerbit masih beroperasi dalam menghasilkan karya sastra tradisional pada masa kesusasteraan modern Indonesia, dengan contoh kasus di Sumatera Barat. Kegiatan penerbitan cerita rakyat berbentuk lisan, bagaimanapun juga, memengaruhi alur dan struktur cerita karena keterbatasan ruang dalam bentuk cetakan. Sebagai tambahan yang terkait dengan perihal penceritaan, perubahan medium dari lisan ke bentuk cetakan juga mempengaruhi profil khalayak yang sudah akrab dengan cerita dalam bentuk lisan dan pembaca dalam bentuk tertulis. Cerita tradisional,

RINGKASAN

Infrastruktur Sastra di Sumatera Barat,

Indonesia

(3)

termasuk dalam bahasa daerah, masih diterbitkan oleh penerbit lokal, dibaca oleh pelajar dan pembaca yang tertarik dengan tema-tema adat, dan diolah oleh penulis dalam sastra modern.

Bab 3 menyediakan penyelidikan pada komunitas sastra di Sumatera Barat. Komunitas sastra merupakan ruang penghubung di mana penulis, pembaca, dan pencinta sastra mendukung dan memperkuat medan sastra. Terdapat sejumlah komunitas sastra yang didirikan oleh penulis dan aktivis sastra (editor surat kabar) di Sumatera Barat, khususnya pada masa setelah kemerdekaan Indonesia. Pada bab ini, saya menyelidiki empat komunitas sastra bernama Seniman Muda Indonesia (1947-1955), Krikil Tajam (1971-1973, dan 1983), Taraju (1990-1994), dan Komunitas Seni Intro (1994-sekarang). Selama keberadaan mereka, komunitas sastra ini telah ikut serta dalam penerbitan karya sastra, menyelenggarakan lomba penulisan dan pembacaan puisi, menyediakan latihan kepenulisan, festival sastra, dan diskusi buku di Sumatera Barat. Komunitas sastra menyediakan kesempatan pada khalayak untuk berinteraksi tidak hanya dalam kegiatan terkait kepenulisan, namun juga dalam mencari cara untuk mengenalkan sastra dengan cara yang lebih luas. Meskipun komunitas sastra telah memainkan peran dalam mempromosikan sastra, mereka juga menghadapi tantangan untuk bertahan lebih lama. Kesulitan utama yang mereka hadapi adalah sumber pendanaan, pengelolaan, patronase, dan memperkuat keanggotaan.

Bab 4 mengkaji toko buku, toko buku bekas, dan taman bacaan sebagai media distribusi dan sirkulasi karya sastra yang diterbitkan. Sebagai tambahan dari usaha utama mereka dalam penjualan buku, toko buku dan taman bacaan memainkan peran dalam menyediakan bahan bacaan yang diperlukan oleh penulis dan pembaca. Pada bab ini saya membandingkan dua toko buku utama, Sari Anggrek yang merupakan toko buku yang dimiliki oleh pengusaha lokal dan Gramedia sebagai sebuah jaringan buku nasional. Saya menyelidiki sistem pengelolaan yang digunakan dalam menjalankan usaha mereka, persaingan di antara mereka, dan juga tantangan bersama yang dihadapi oleh tokoh buku dalam penjualan dan distribusi buku di Provinsi Sumatera Barat. Saya juga melihat pada perhatian mereka dalam mewadahi buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit lokal dan keterlibatan mereka dalam sastra di tingkat lokal seperti dalam penyediaan apresiasi (hadiah dan rabat) bagi penulis dan pembaca lokal atau dengan menyediakan diskusi buku. Toko

(4)

buku besar yang dikaji dalam bab ini dijalankan dengan baik ibu kota provinsi. Sementara toko kecil dan taman bacaan berlokasi di ibu kota kabupaten dan kotamadya, kebanyakan di dekat sekolah, pasar tradisional, dan terminal bus. Toko buku kecil dan taman bacaan memiliki fungsi yang sama seperti halnya toko buku besar dalam menyediakan bahan bacaan bagi pembaca yang tinggal di luar ibu kota provinsi, khususnya bagi pembaca muda dan pelajar.

Bab 5 menyediakan sebuah kajian tentang lembaga-lembaga yang mendukung kesusasteraan di Sumatera Barat yaitu pemerintah nasional dan lokal, lembaga yang didanai oleh pemerintah, dan perusahaan swasta yang bekerja dalam medan sastra. Dalam bab ini saya menjelaskan pro-gram-program Balai Bahasa Sumatera Barat dan Balai Pelestarian Nilai Budaya sebagai lembaga pemerintah nasional yang bekerja lapangan bahasa, sastra, dan budaya dalam tingkat provinsi. Balai Bahasa memiliki tugas khusus dalam bidang bahasa dan sastra, yang terdiri dari kegiatan akademik (penelitian dan penerbitan), pelatihan (penulisan kreatif), dan perlombaan sastra (pembacaan puisi dan mendongeng). Balai Bahasa juga menerbitkan karya sastra sebagai hasil dari kegiatannya. Untuk alasan efektivitas dalam mengatur kegiatannya, sasaran utama peserta dari kegiatan sastra adalah para pelajar sekolah menengah dan atas karena berada dalam kementerian yang sama yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pelestarian Nilai Budaya sebenarnya memiliki program yang terbatas terkait dengan kesusasteraan. Balai Pelestarian Nilai Budaya telah menerbitkan serial karya-karya sastra terpilih yang ditulis oleh pengarang Sumatera Barat, yang dikategorikan sebagai “mae-stro.” “Maestro” dimaknai sebagai penulis yang mendedikasikan hidup mereka pada kesusasteraan yang diperlihatkan dengan karya-karya penting di bidang ini. Balai Pelestarian Nilai Budaya menyediakan bantuan keuangan dan peralatan bagi komunitas seni termasuk komunitas sastra.

Lembaga lain yang memberikan sumbangan pada medan sastra di Sumatera Barat adalah pemerintah daerah. Termasuk di dalamnya adalah pemerintah provinsi, kota, dan kabupaten. Pemerintah daerah menyediakan dana publik untuk menyubsidi kegiatan-kegiatan umum yang diajukan oleh masyarakat dan organisasi kemasyarakatan. Para penulis dan komunitas sastra di Sumatera Barat dapat memperoleh dana tersebut yang sebagiannya untuk mendukung karya-karya mereka

(5)

diterbitkan, untuk mengadakan kegiatan sastra, atau menutupi biaya perjalanan untuk menghadiri kegiatan sastra di tempat lain. Secara organisasi, pemerintah daerah Sumatera Barat memiliki dinas kebudayaan yang mengelola program seni dan budaya (sebelumnya berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan juga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan). Dalam program yang terkait dengan kebudayaan, sebuah unit pelaksana teknis yang bernama taman budaya bekerja dalam bidang seni dan budaya. Taman budaya telah memfasilitasi program sastra seperti penerbitan karya sastra, mengadakan kegiatan sastra (pembacaan puisi, festival sastra, diskusi sastra) dan memfasilitasi para penulis untuk menghadiri festival sastra di luar provinsi Sumatera Barat. Pemerintah daerah juga mendirikan dan membiayai dua organisasi utama, yaitu Dewan Kesenian Sumatera Barat (1993-2011) dan Pusat Pengkajian Is-lam dan Minangkabau (2001-2004). Pada dua organisasi ini, kesusasteraan menjadi bagian dari perhatian mereka dengan sejumlah agenda kegiatan seperti penerbitan, festival, pelatihan, diskusi, dan penghargaan sastra. Sebagai tambahan, dukungan keuangan dan jaringan kepada para penulis juga datang dari pribadi-pribadi dan perusahan-perusahaan.

Para ahli sastra Indonesia telah mencatat tempat penting kesusasteraan Sumatera Barat di Indonesia, misalnya ditunjukkan oleh jumlah penulis yang penerbitkan karya mereka dan para editor yang bekerja di penerbit-penerbit utama. Saya telah menjelaskan bagaimana infrastruktur sastra bekerja di Sumatera Barat, Indonesia. kajian ini telah mengungkap dinamika lokal kesusasteraan di Sumatera Barat melalui komponen-komponen utamanya, yang mendorong dan mendukung perjalanan sastra di lapangan. Dengan penjelajahan medan sastra Sumatera Barat tersebut, kajian ini menunjukkan bagaimana pihak-pihak –pelaku utama seperti penerbit, komunitas, toko buku, lembaga pemerintah, dan tentu saja para penulis, mendukung medan sastra tersebut. r

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

tidak murni secara hukum adat,misalnya, golongan a111i waris adalah berdasarkan ketentuan hukum faraid , tetapi besarnya bahagian waris masing-masing ahli waris i

i kan kongkrit kedua masyaraknt nelayan berbeda. Yaitu lcbih lues dan l ebih patensil araal penangkapan ikan nslayan Padang Seurahet. Dan kondisi tersebut ,

An- thony Reid menyebut di mana-mana setelah itu ulama menjadi ki - bIat di mana masyarakat desa berbaIik mencari bimb i ngan untuk araa baru dari periode yang

PUSAT PENGEMBANGAN PENELlTlAN IlMU· IlMU SOSIAl UNIVERSIT AS SYIAH KUALA.. DARUSSALAM BANDA ACEH

ini ber beda dengan pad a waktu .yang lalu aimana kerawang kebanyokan dikerjakan oleh pria, tetapi ketrampil~n mereka belum bcsitu memadai dibandingkan dengan

siologi~ dBn psikologis yang dupat mempengaruhinya. Set1er kelompok ma5yarekat mempunyalsuatu poln tcrscn- diri d~lam memperoleh , rnenggunakan dan ncni1~1 makanonan

\lkmpennasal a h kan wanita dan kecantikan bukanlah suatu ~':'\I1g bam.. DemiJ...ian pub ni lai cantik pada masyarakat Aceh bcrbeda deng;m masyarakat Barat di Erora at.au

mcngkaJ' masalah JeIllS-JcIlIS sapaan kckerabaLan )ang dlgunakan dalam bahas.1 Julu dan mcngka.1I bagalJnanakah slrmegl pel1l11lhan I stllah sapaan kekerabatn dalam