• No results found

0088 5556

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "0088 5556"

Copied!
72
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)
(2)

BIBLIOTHEEK KITLV

0088 5556

(3)

h is,

(4)
(5)

5(

To.-, .a J f-'f-

PATJÂR KOENING

SERIE III

PEMBOENOEHAN DIATAS PANGGOENG KOMEDI

DIBOEKAKAN OLEH DETEKTIF

RADEN PANDJI SOEBRATA

DIKARANG OLEH:

KETJINDOEAN.

Hak mengarangf maoepoen hak menterdjemahkan kedalam lain bahasa diperlindoengkan oleh oendang - oendang

Staatsblad 1912 No. 600, pasal U

D I T E R B I T K A N O L E

UITGEVERSBEDRIJF

PEROESAHAAN PENERBITAN „KABE"

(6)

I S I N J A ;

L Pedang jang ke-13.

IL Siapa pemboenoehnja ?

III. Aida dan Soebroto.

IV. Patjar Koening meninggal­

kan bekas.

V. Pemimpin jang litjin.

(7)

B A G I A N K E S A T O E

Pedang jang ke-13.

/"OESIM panas sedang mendjadi H V benar, sehingga pada malam jang -I®- -J- biasa sedjoek dikota Bandoeng itoepoen orang tiada tahan diam diroemah.

Ada jang berdjalan-djalan atau pesiar se- pandjang djalan Braga atau Pasar Baroe dan Groote Postweg, setengahnja pergi ke bioskoop jang ada beberapa boeah disitoe, tetapi banjak poela jang pergi ke ,,Dago Park", sebab disitoe banjak matjam ton­

tonan dan orang biasa ramai poela.

Adapoen pada malam tjerita ini terdjadi maka Wan Machmoed sedang memandang dari depan kantornja kesegenap park itoe.

Ia merasa senang melihat tjahaja lampoe bermain-main didepan dan diatas atap tiap- tiap kemah dan panggoeng oentoek berma- tjam-matjam permainan. Bertahoen-tahoen ia beroesaha keras mendirikan segala ini, bertahoen-tahoen ia menahan lapar dan sengsara mengembara kesegenap negeri dan bandar. Soedah terdjalani olehnja hampir segala tempat di Indonesia dan Semenan-

djoeng Tanah Melajoe. Ia bermoela de­

ngan satoe koempoelan kemidi bangsawan ketjil dengan lajar jang toea dan kakoe loe- kisan gambarnja seperti lajar kemidi stam­

boel tjara dahoeloe. Ia kenal soedah sege­

nap pengalaman dan perasaian berkemidi

(8)

stamboel, merasai ajoen gelombang poekoe- lan ombak kehidoepan dengan dahsjatnja.

Sepoeloeh kali ia djatoeh, akan tetapi dengan ketetapan hati jang koeat tiada bandingan­

nya ia bangoen kembali, sebab didalam toe- boehnja mengalir darah ,,anak panggoeng".

Ninik dan ajahnja soedah djadi anak pang­

goeng djoega. Maka panggoeng itoe telah mendjadi doenianja, telah mendjadi darah dagingnja, mendjadi kehidoepannja. Ia me­

rasa wadjib melandjoetkan oesaha ninik dan ajahnja. Ia merasa wadjib melandjoetkan oesahanja oleh sebab beberapa orang anak panggoeng, walaupoen mereka berganti selaloe, telah dipandangnja sebagai orang jang menompangkan nasib mereka kepada- nja, sehingga dipandangnja haroes ia men- tjarikan nafkah mereka. Adalah oempama pandai besi sifat anak panggoeng itoe, ia tidak betah ment j ari kerdja lain melainkan bermain diatas panggoeng, seperti pandai besi soeka bekerdja besi sadja.

Karena ia telah melihat perd jalanan oesaha ajahnja dan toeroet menderita sakit senangnja, maka Wan Machmoed djadi hati-hati, dihindarkannja segala randjau dan doeri jang mengandaskan pekerdjaan oesaha ajahnja. Entah karena hati-hati itoe, entah karena ia bekerdja dengan soenggoeh hen­

dak memadjoekan peroesahaannja, tahoe- tahoe ia pada satoe waktoe seperti telah da­

pat mengoempoelkan oeang. Kemidi bang­

sawan dahoeloe itoe dirombaknja dan ditoe-

(9)

karnja dengan kemidi matjam baroe menoe- voet kemaoean zaman. Kemidi, jang doeloe

• setengah opera setengah operette seada-ada dan setiba-tibanja sadja, kemoedian telah mendjadi koempoelan tonil, jang membawa tjerita jang disoekai orang. Pemaifinjapoen bertoekar semoea. Boekan lagi orang jang pandai bernjanji sambil bermain, melainkan anak panggoeng model baroe, jang pandai menggambarkan tingkah lakoe perangai orang didalam tjerita, jang bekerdja pada Wan Machmoed dengan gadji jang djaoeh lebih besar dari gadji anak panggoeng stam­

boel. Kemoedian kemidi ini ditjampoernja dengan tari modern serta dengan bermatjam- matjam permainan jang aneh-aneh.

Setiba ia dipoentjak kebesarannja maka meninggallah isterinja jang sangat dikasihi- nja dan toeroet dengan setia men deritakan gelombang dan ombak kemadjoean oesaha soeaminja. Oentoenglah Siti Moedjenah ada meninggalkan seorang anak gadis ketjil jang manis dan seroepa benar dengan dia. Kalau tidak barangkali moengkin sesat pikiran Wan Machmoed ditinggalkan isterinja itoe.

Maka semendjak itoe Wan Machmoed hi- doep hanja oentoek anaknja ini sadja lagi.

Setelah Dewi Astra, anaknja itoe, agak be­

sar sedikit maka dit jarilah akal oleh Wan Machmoed akan menetap disoeatoe tempat, / soepaja ia dapat memberi pendidikan jang baik oentoek anaknja ini. Oeang moedah di- tjari dan moedah poela hilang, pikirnja.

(10)

Akan tetapi kalau gadisnja memperoleh di­

dikan jang baik adalah ini poesakanja jang boleh kekal dan membawa bahagia kepada anak itoe.

Beberapa tahoen lamanja ia mengandoeng pikiran seroepa itoe. Tiba-tiba tampaklah ia bekerdja keras di Bandoeng mendirikan soea- toe park, jakni soeatoe tempat tontonan jang loeas dan berbagai matjam pertoendjoekan jang ada disitoe. Dikoempoelkannja bebera­

pa orang jang mempoenjai kepandaian dan ketjakapan dalam hal segala matjam ton­

tonan dan pertoendjoekan. Ini goenanja, soepaja ia selaloe dapat menoekar-noekar pertoendjoekannja, sebab diketahoeinja si penonton lekas sekali bosan. Kalau ia hen­

dak lama dapat menghidoepi parknja, nis- tjaja ia senantiasa mesti dapat memberi ba­

rang baroe.

Pokoknja berpoeloeh riboe. Walaupoen berapa besar keoentoengan Wan Machmoed selama ini, dengan sendirinja tidakkan moengkin ia mendirikan oesaha jang sebe­

sar itoe. Tetapi tiada orang jang tahoe dari- mana ia memperoleh oeang. Ia datang ke- kota Bandoeng sebagai seorang kaja. De­

ngan segera ia dapat beberapa orang saha­

bat, dan orang segan kepadanja.

Taman sari ini sesoenggoehnja modern, sehingga senantiasa dikoendjoengi orang da­

ri segala bangsa dan lapisan pendoedoek da­

lam masjarakat.

(11)

Sedang Wan Machmoed memandang de­

ngan senang hati akan tjahaja jang betje- merlangan itoe, laloelah Dewi Astra kede- katnja hendak pergi kepanggoeng tempat ia bermain.

„Halloo, Wan Besar !" kata Astra kepada ajahnja, sebab ajahnja biasa diseboetkan orang begitoe. Perangainja sangat bebas sekali sebab soedah banjak bergaoel dengaa orang dan banjak poela mengembara sampai keloear negeri.

„Tjis, kau tak boleh menjeboet akoe Wan Besar ! Ingat !"

„Oké, Wan Besar !", sahoet Astra dengan senjoem jang manis. „Kalau ajah hendak memberi ketan berkerambil * ), baiklah lekas- lekas. Saja terboeroe. Pardjo tidakkan da­

pat menoesoekkan pedangnja kedalam peti kosong didepan orang banjak, boekan ?"

,,Astra, sebagai ajahmoe akoe larang eng­

kau mengerdjakan pekerdjaan itoe. Akoe ingin engkau mendjadi gadis biasa sadja dan terpeladjar sedikit ".

,,Siap setiap hari djam enam, Wan Besar ! Dago-Park diboeka tiap poekoel 6, boekan?"

,,Kalau engkau tidak maoe menoeroet pe­

rintah, nanti akoe oesir si Pardjo itoe !"

,,Tida;k bisa, Wan Besar ! Pardjo ada memegang kontrak !"

„Kontrak atau tidak ada kontrak, akoe tidak perdoeli ! Kalau engkau tidak maoe melepaskan pekerdjaan tiap malem mesti ma- soek peti itoe didepan penonton, jang ditoe-

(12)

soek oleh Pardjo dengan 12 pedang, nanti si Pardjo akoe oesir dari sini. Engkau mesti hidoep seperti anak orang kaja jang biasa.

Engkau tahoe Wan Machmoed sekarang soedah mendjadi orang kaja dan disegani orang

,,W^an Machmoed !" sahoet Astra sambil bergoerau. ,,Tidak pernah mendengar nama itoe. Ajah saja adalah Wan Besar, jang waktoe saja ketjil mengatakan saja ber- oetak boeboer !"

,,Engkau bekerdja dengan bergadji pada seorang lawak jang makan gadji poela pa- dakoe sedang akoe sanggpep membe- rimoe kehidoepan senang seperti anak se­

orang kaja ! Soenggoeh menghinakan benar bagikoe !"

,,Bagaimana poela ajah ini ! Boekankah ini semoea oentoek kebesaran park ajah ?"

,,Astra ! Ingat, engkau anak seorang kaja.

Engkau mesti diam didalam doenia jang lain dari ini. Ketjakapanmoe tjoekoep, kepan­

daian tjoekoep ".

„Soedahlah, tidak goena kita pertjakapkan djoega soal itoe. Boekankah soedah saja tjoba hendak hidoep seperti jang ajah ke­

hendaki itoe. Saja tjoba masoek sekolah, tetapi saja tidak betah disitoe. Dan disini hati saja senang. Mengapakah saja tidakkan boleh menghidoepi penghidoepan seperti jang saja soekai ?"

(13)

„Baik, tetapi kalau engkau tjoba masoek kepanggoeng kemidi, saja masih tidak kebe­

ratan. Ini

„Selamat malam, ajah ! Hari soedah la- roet. Orang soedah banjak datang !

„Saja tjoekoep memberi ingat engkau ! Kalau tidak maoe mendengar kata orang toea, engkau tahoe sendiri 1

Dengan tjepat Astra melandjoetkan per- djalanannja. Ia mesti melaloei kemah se­

orang katé, Bontok namanja, jang tjepat berdiri ketika melihat Astra.

„Halloo, Bontok !" kata Astra. „Apa ka­

bar ? Soedah banjak terdjoeal kartoe post- moe ?" Kartoe post itoe ialah portret si Bon­

tok sendiri. Orang aneh dan orang jang mempertoendjoekkan barang aneh 'biasanja mendjoeal portretnja sendiri sebagai tanda mata.

„Boleh djoegalah ! Ja, sebetoelnja !" sa- hoet si Bontok. „Apa engkau ada bertemoe dengan ajahmoe tadi ? Dia meronda disini dan roepanja ada jang menggoda pikiran- nja".

,,Ja, saja bertemoe dengan dia depan kan- tornja".

,,Manis ?"

,,Kalau engkau maksoedkan, bahwa ia ti­

dak soeka melihat kerdja saja, sekarang me­

mang betoel".

Orang bertambah ramai djoega. Didepan beberapa kémah soedah banjak orang ber- koempoel.

(14)

Sambil iberbitjara Astra bertelekan dengan tangannja ketepi kémah si Bontok. Seperti tidak dengan sengadja si Bontok meletak­

kan tangannja keatas tangan Astra. Astra dengan segera menarik tangannja.

„Kemana engkau besok malam, Astra ? Boekankah besok malam petang Kemis ma­

lam Djoema'at dan tidak ada pertoen- djoekan ?"

„Diroemah sadja ! sahoet Astra, jang me­

ngerti akan maksoed si Bontok.

Bagaimana kiranja kalau kita besok pesiar dalam kota ?"

„Dengan engkau ?" Astra tertawa. „Roe- panja engkau hendak memboeat djandji de- ngankoe, Bontok ?"

,,Apa salahnja ? Astra, engkau soedah terlaloe lama disini, sehingga tahoe, bahwa sesoeatoe boekoe itoe tidak dapat ditimbang isinja tjoema dari koelitnja sadja !"

,,Saja mengerti, tetapi engkau terlaloe ke- tjil boeat dirikoe, terlaloe ppndpji:

,,Astra, engkau tahoe, bahwa akoe sa- jang akan engkau. Biarpoen saja terlaloe pendek, saja tidak mengerti mengapa saja tidak dapat bersenang-senang poela seperti pemoeda jang lain-lain ! Kita tidak goena pergi ketempat orang banjak, sehingga kita memberi kesempatan akan mentjemoehkan saja".

,,Ah, engkau boleh berboeat sekehendak- moe, tetapi' doenia saja berlainan dengan doenia engkau !"

(15)

Bontok marah sangat mendengar perka­

taan itoe. Tetapi ditahannja hatinja. „Dja- ngan bitjara begitoe, dong ! Saja soedah banjak djoega bergaoel dengan perempoean seperti engkau !"

„Soedah, engkau boleh boeang pikiran ini, Bontok ! Dan kalau tidak berhenti bitjara itoe kepada saja, nanti saja ibergendang di- atas kepalamoe sampai engkau lihat bintang lebih banjak dilangit !"

„Oké, Astra! Tetapi lihat ini!"

Bontok memasoekkan tangannja kedalam sa- koenja dan mengambil soeatoe benda jang berkilauan tjemerlangnja. ,.Bagaimana pen- dapatanmoe tentang ini ?"

„O, soenggoeh bagoes tjintjin ini !" sahoet Astra, karena ia tahoe harga berlian.

„Engkau maoe memakainja ?"

„Djadi engkau hendak memberikannja kepadakoe ?"

,,Engkau mengerti, bahwa saja tidak bo- leh menerima pemberian seroepa ini' .

,.Ah, barangkali engkau soeka memakai­

nja boeat sementara oentoekkoe !"

,,Apa goenanja ?"

„Kalau engkau memakainja, tentoe akan kentara betoel kebagoesannja. Siapa tahoe barangkali ada orang jang hendak mem­

beli

Sedjoeroes lamanja diteroeskan pertjaka- pan ini. Achirnja Astra soeka mengaboel- kan permintaan si Bontok dan tjintjin itoe-

(16)

poen dikenakannja kedjarinja. Maka ia pergi poela dari sitoe menoedjoe kepang- goengnja sendiri. Ditengah djalan ia bertja- kap dengan Si Doel, toekang telan pisau dan pedang, jang tjakap -djoega roepanja. Sambil bertjakap ini kelihatan seorang perempoean dipanggdeng lain, miss Sofiah, memandang dengan bengis sekali akan Astra sedang bertjakap dengan si Doel. Roepanja perem­

poean ini ada minatnja kepada si Doel.

Waktoe Astra hendak naik panggoengnja, maka terdengar olehnja orang memanggil namanja. Dengan tjepat ia berpaling dan dengan soeara tjemas ia berkata :

,.Hamid, mengapa engkau kemari ! Orang soedah ramai ! Kalau-kalau engkau nanti terlanggar !"

,,Astra, engkau sehari ini beloem datang kepadakoe. Marinah mengatakan, bahwa engkau akan disoeroeh pergi dari sini oleh ajahmoe. Apa betoel engkau hendak pergi, Astra ?"

„Soedah tentoe tidak, Hamid ! Engkau tahoe sendiri saja tidak dapat pergi. Nah, marilah saja bawa engkau kembali kepang- goengmoe; saja sebentar lagi mesti keloearl"

,,Ah, saja pandai berdjalan sendiri. Saja tidak soeka ditoentoen-toentoen orang !"

,.Baiklah ! Pergilah sekarang ! Nanti se­

habis permainan akoe datang kekémah engkau !"

(17)

„Astra, memang saja tidak ada hak me­

nahan atau menjoeroeh pergi engkau, akan tetapi saja rasa engkau lebih baik menoe- roet sadja akan kehendak ajahmoe. Baik­

lah engkau pergi dari sini 1"

,,Ah, Hamid, saja sajang akan engkau ! Nanti kita tjari akal ! Nah, pergilah da- hoeloe !"

Dengan tjepat Astra naik keatas pang- goengnja. Ia disamboet oleh Pardjo dengan:

„Halloo, saja kira saja soedah mesti men- tjari ganti engkau, sebab gandjil benar per­

kataan ajahmoe tadi, waktoe ia laloe di- sini. Saja katakan kepadanja, bahwa saja soeka sekali melepaskan engkau, tjoema sajang tidak ada orang lain jang dapat mengelakkan pedang didalam peti seperti engkau. Kalaupoen dapat mestilah diadjar lama benar dahoeloe".

Mendengar ini Astra jang tadi agak moeram moekanja mendjadi riang kembali.

Ia mendjawab : „Kalau engkau tidak pandai bermain agak tjepat sedikit, barangkali per- loe djoega engkau mentjarikan gantikoe.

Kalau saja tahoe dari mana datang pedang, dapat djoega saja menjingkir, tetapi kalau saja mesti mengira-ngira sadja dari mana datangnja, itoe soesah sekali !

,,Engkau barangkali soedah agak tegang sedikit 1 Tetapi Astra, dari mana eng­

kau dapat tjintjin itoe ? Boekan main per­

mainan tjahajanja 1"

„Bagoes, boekan ?"

(18)

„Indah sekali ! Ja, engkau tahoe harga permata. Berapa belinja ?"

„Doea atau tiga riboe ! Dan oentoek membajarnja saja mesti bekerdja keras. Te- tapi waktoe kita soedah dekat. Saja lihat Si Doel soedah menelan pedang jang penghabisan !"

Maka kedoeanja m'oelai berbena oentoek menjediakan jang perloe oentoek permainan.

Sementara itoe didepan panggoeng itoe ada terdjadi soeatoe hal jang patoet ditja- tat djoega. Dengan tiba-tiba terdengar orang seperti marah berkata : ,,Awas, lo Î Kemana matamoe ! Kalau berdjalan lihat- lihat dong sedikit !" Orang jang berkata ini dengan tjepat berpaling kepada orang jang melanggarnja, siap hendak menjerang orang itoe. Akan tetapi ia tertegoen dan djadi heran, laloe meminta maaf : ,,Maaf saja ! Saja tidak tahoe bahwa engkau tidak dapat melihat ! Boleh saja antarkan sebentar ? Kemana ? ' Maka ditoentoenlah oleh Raden Pandji Soebroto anak moeda jang boeta itoe, jakni Hamid jang berbitjara dengan Astra tadi. ,,Aida, toenggoe disini sebentar.

Saja segera kembali !"

Sesoedah dilangsoengkan perkawinan de­

ngan Aida, seperti diseboetkan didalam

„Patjar Koening" serie ke-2 dalam riwajat ..Gadis hilang" maka Raden Pandji Soe­

broto dengan Aida memboeat perdjalanan pandjang mengoendjoengi beberapa kota dan tempat jang indah dipoelau Djawa dan

(19)

Soematera teroes ke Semenandjoeng Tanah Melajoe. Didalam perdjalanan ini mereka singgah di Bandoeng sebagai langkah per- moelaan didalam perdjalanan dipoelau Dja- wa sepoelang mereka dari Semenandjoeng dan Soematera. Dan semalam itoe mereka berdjalan-djalan ke „Dago Park melihat apa jang dipertontonkan orang disana.

Raden Pandji Soebroto dibawa oleh Ha­

mid kekémah toekang tenoeng, seorang perempoean jang soedah agak toea djoega sedikit, Marinah namanja. Roepanja Hamid mendjadi pembantoe perempoean ini. Sete­

lah dilihatnja sebentar apa jang ada dida­

lam kémah ini, ia segera kembali ketempat ia meninggalkan isterinja tadi. Tetapi ka­

rena orang berdesak-desak disitoe tidak segera ia dapat bertemoe dengan isterinja.

Soepaja djangan bertjari-tjarian maka ia- poen menanti disitoe sadja. Kebetoelan Astra dengan Pardjo memoelai permainan- nja poela.

Toekang propaganda dan tjanang mene­

riakkan :

,,Toean-toean dan njonja-njonja ! Disini di'depan berdiri seorang nona moeda. Di- belakang berdiri sampiran pedang dengan 12 pedang pandjang dan tadjam ! Ini, bo­

leh dipersaksikan sendiri !"

Maka diambilnjalah pedang itoe semoea dan diberikannja sebilah kepada orang ba­

njak. Sebeloem itoe tadi Pardjo memper-

(20)

li'hatkan kepandaiaiinja bermain soenglap jang gandjil sekali. Soenggoeh tjepat sekali tangannja.

„Wadja dan keras !" kata toekang tja- nang seraja pedang ito e diperiksai oleh orang banjak. ,,Nah ! Sekarang nona ini masoek kedalam peti ini !"

Astra memasoekkan toeboehnja jang ram­

ping itoe kedalam peti ketjil beroda. Penoeh peti itoe karena toeboehnja. Toekang tja- nang laloe mendjatoehkan toetoepnja, jang dikoentjinja dengan koentji koera-koera.

Sekarang tampillah Pardjo kedepan. Di- ambilnja pedang sebilah dari tangan toe- kang tjanang. Ia berdiri seperti didalam bersilat. Dihampirinja peti tadi, laloe di- poetarnja. Sesoedah itoe dengan tjepat di- toesoekkannja pedangnja kedalam soeatoe lobang pada peti itoe. Oedjoengnja tem- boes sampai kebelakang. Laloe dipoetarnja poela peti itoe. Demikianlah bertoeroet- toeroet ditoesoekannja beberapa pedang ke­

dalam peti itoe. Orang banjak heran meli­

hat. Ada jang merasa ngeri, takoet, kalau- kalau nona didalamnja kena oléh salah satoe pedang itoe. Pada tiap kali ia hendak me- noesoekkan pedang letak peti itoe dialihnja.

Ada jang disèrètnja kedepan, kesisi, kebela­

kang dan lain-lain. Sekarang tinggal 3 bilah pedang lagi. Pardjo memandang kepada orang banjak, jang asjik memandang kepa- danja, heran bertjampoer ngeri dan tjemas.

Pedang jang kesebelas ditoesoekkannja de­

(21)

ngan moedah. Akan tetapi ketika hendak memainkan pedang jang ke-12 ia djadi he­

ran, sebab tidak ada lobang jang terboeka lagi. Bagaimanapoen ia mengalih tempat peti itoe, njata semoea lobang soedah berisi.

Maka dihitoengnja pedang jang telah ter- tantjip doeabelas ! Pada hal ditangannja masih ada sebilah ! Pardjo djadi gentar ! Ia merasa ada bahaja. Poetjat moekanja ketika ia memandang akan toekang tjanang jang masih berdiri didekat itoe. Orang inipoen djadi poetjat. Pardjo gemetar, maka djatoeh- lah pedang itoe dari tangannja. Orang ba­

njak bertambah heran dan seperti merasa poela ada sesoeatoe jang salah didalam per­

mainan ini. Basah toeboeh Pardjo karena keringat dingin. Lakoenja tidak tangkas se­

perti tadi lagi, melainkan soedah ragoe-ra- goe. Maka dimoelainja mentjaboetkan pe­

dang itoe tidak diberikannja kepada toekang tjanang, melainkan dilemparkannja sadja ke- lantai.

Orang banjak merasa, bahwa Pardjo soe­

dah goegoep.

Soedah sembilan pedang jang ditjaboet- kannja. Doea kali ia memanggil nama As­

tra, tetapi tidak dapat djawaban. Gemetar tangannja ketika memegang pedang jang ke- sepoeloeh. Waktoe ditariknja, terasa agak keras dari biasa. Seketika itoe djoega ia in- sjaf, bahwa tangkai pedang jang dipegang- nja itoe boekan seperti jang biasa dipergoe-

(22)

nakannja. Pardjo bertambah ragoe. Maka ditariknjalah pedang itoe sekoeat-koeatnja, jang rasanja seperti bertahan karena mele­

kat. Orang diloear terpekik. Pardjo soedah seperti kain poetih moekanja pedang itoe berloemoeran darah. Dan dibawah peti itoe tampak darah berkoempoel.

Soenji senjap diatas dan disekeliling pang- goeng itoe. Tiba-tiba toekang tjanang me­

lompat kemoeka, ditolakkannja Pardjo ke- pinggir, ditjaboetnja kedoea pedang jang masih tertantjap pada peti itoe, laloe diboe- kanja koentji koera-koera. Tangannja ge­

metar. Setelah terboeka dimasoekkannja ta­

ngannja kedalam, diangkatnja dagoe Astra.

Tangan jang satoe lagi masoek agak lebih dalam kepeti itoe. Sedjoeroes kemoedian kedoea tangannja ditariknja keloear. Dengan moeka poetjat dan mata liar keheranan dan ketakoetan ia memandang akan Pardjo: Ke­

doea tangannja berloemoeran darah.

„Mati " katanja dengan soeara sedih. ,,Astra soedah mati !"

(23)

B A G I A N K E D O E A

Siapa pemboenoehnja ?

T idak lama

sesoedah diketahoei orang pemiboenoehan jang ngeri itoe datanglah doea orang politie ke „Da­

go Park". Agent jang berdiri didepan pintoe memberi hormat.

..Inspecteur Moeljadi " kata jang ber- djalan didepan. ..Soedah berapa lama ber­

diri disini ?"

..Sedjak lima menit sesoedah pemboenoe- han itoe diketahoei orang", sahoet agent itoe.

..Semoea orang masih didalam ?"

,,Ja, semoea orang jang ada disini ketika kami datang. Wan Besar ada poela".

„Baik !" Raden Moeljadi, seorang inspec­

teur jang masih moeda, meneroeskan per- djalanannja dengan pengiringnja. Seorang agent membawanja kepanggoeng Pardjo. di- mana ditoendjoekkannja peti jang bertjat merah itoe. Moeljadi menganggoek sadja.

,,Dimana mait itoe ?"

„Didalam kantor Wan Besar". Dan di- toendjoekkan oleh agent itoe kantor Wan Besar diseberang.

,,Apa dokter soedah datang T '

„Soedah".

Moeljadi laloe naik keatas panggoeng itoe dan ia berdjalan keseboeah medja, dimana

(24)

terletak pedang jang berdarah pemboenoeh Astra itoe. Dengan tidak memegangkannja diperiksanja dengan teliti. Kemoedian ia ber- tanja poela kepada agent jang didekatinja :

„Ada dibikin portret ?"

,,Ada, beberapa kali. Doea kali boeat jang mati itoe ketika masih dalam peti, dan jang lain-lain sesoedah dikeloearkan dari sitoe".

Inspecteur Moeljadi menganggoek poela laloe toeroen dari panggoeng. Sambil toc roen dari panggoeng tampak olehnja doea orang moeda jang sedang bertjakap sepen- dengarannja.

„Saja tidak bisa pertjaja !" kata jang se­

orang. „Soenggoeh saja tidak bisa pertjaja tidak bisa djadi ".

„Dia kesajangan kita semoea !" sahoet jang lain.

„Sajapoen sajang benar akan dia. Dia ..."

orang ini tidak dapat bertjakap teroes, se­

bab terharoe perasaannja. „Tolonglah bawa saja ketempat saja, dikémah Marinah, itoe disebelah kanan".

„Saja tahoe !" sahoet jang lain poela.

Didalam kantor Wan Besar didapati oleh Moeljadi beberapa orang jang berhoe- boengan rapat dengan „Dago Park" ini be­

serta seorang agent politie. Dokter dan toekang portretpoen soedah ada disitoe. Di- dekat medja toelis doedoek Pardjo seperti orang bertoekar akal. Ramboetnja koesoet.

Moekanja ditoetoepnja dengan tangannja.

(25)

Setelah bertjakap sebentar dengan jang lain- lain maka kelihatanlah Pardjo oleh inspek- teur Moeljadi.

„Toean jang bernama Pardjo ?" tanjanja.

„Ja".

„Bagaimana terdjadinja ini, Pardjo ? Nona ini ada bersama toean, boekan ? Dia ada didalam peti. Toean toesoekkan j)edang itoe kedalam peti, dan ".

„Boekan saja jang memboenoehnja", sa- hoet Pardjo sambil ia dengan air moeka jang sedih memandang ketanah. „Boekan saja ! Saja boleh berkata pasti. Pedang itoe boekan pedang saja !"

„Siapa lagi jang berdiri diatas panggoeng itoe ?"

,,Tjoema toekan-g tjanang, dan Ja ? ".

„Toean katakan, bahwa pemboenoehan itoe tidak dilakoekan dengan pedang toean

„Ja, pedang itoe boekan poenja saja.

Saja biasanja memakai tjoema 12 bilah. Dan soedah ada 12 didalam peti, sedang ditangan saja masih ada satoe lagi. Tjobalah persa- makan kesemoea pedang itoe

,,Toean tjoema berdoea sadja diatas pang­

goeng ".

,,Betoel ! Tetapi toekang tjanang tidak melakoekan pemboenoehan itoe. Saja djoe- ga tidak. Soenggoeh aneh !"

,,Toean dokter", Moeljadi memandang kepada dokter. ,,Tentoe ia dapat merasa.

(26)

boekan ?" Dan matanja mentjari roeang di- dalam kantor itoe, achirnja terpantjang ke­

pada benda diatas divan jang bertoetoep- kan kain poetih.

„Tentoe ia merasa, kalau pedang itoe menemboes soeatoe toeboeh manoesia. Toe- soekan itoe mesti koeat berlakoenja. Tidak boleh djadi kebetoelan sadja. Toean tentoe beloem melihat toeboeh itoe, boekan ?" kata dokter, sambil menoleh kepada Pardjo, jang mengakoe tidak.

Maka inspecteur Moeljadi bangkit dari tempatnja doedoek, laloe pergi kedivan itoe. Diboekakannja kain poetih jang me- noetoep mait. Maka tampaklah toeboeh.

Astra terbentang, kedoea tangannja tersoe- soen diatas dadanja.

,,Pedang itoe masoek dari poenggoeng, laloe menemboes djantoeng dan keloear dari dada", kata dokter. Keterangan jang selan- djoetnja menarik semoea orang kedekat di­

van itoe. Karena itoe tidak kelihatan oleh seorang djoega, bahwa seorang perempoean moeda dengan hati-hati masoek kedalam kantor itoe. Aida memandang kepada se­

kalian orang jang berdiri itoe. Antara doea orang jang berdiri maka matanja melihat doea tangan perempoean jang tersoesoen didada.

,,Oh, dia tidak ada disini !" katanja pada.

dirinja sendiri. Roepanja bisiknja itoe ter­

dengar oleh inspekteur Moeljadi.

(27)

,,Apa kehendak njonja ?" tanja dengan hardik poêla.

Aida mesti membasahi ibibirnja dahoeloe sébeloem dapat mendjawab : „Adakah soe- ami saja disini ?"

„Apa dia orang disini ?"

„Tidak !"

„Kalau begitoe tentoe dia tidak ada di­

sini". Baroe sadja Moeljadi berkata begini dengan tidak bertanja-tanja lagi Aida di­

dorongkan orang keloear.

Tidak lama sesoedah itoe inspekteur Moeljadi bersama jang lain-lain meninggal­

kan kantor itoe laloe pergi kepanggoeng Pardjo oentoek melakoekan pemeriksaan disana. Menoeroet pendapat Moeljadi jang pertama sekali mesti ditjari keterangan, ia­

lah siapa jang melakoekan pemboenoehan diloear Pardjo dan toekang tjanang. Te­

tapi didalam hatinja soedah boleh dikata­

kan tetap, bahwa tidak boleh djadi ada orang lain. Semoea orang lain disoeroeh toeroen dari panggoeng, ketjoeali toekang tjanang dan Pardjo, jang diperintahkannja mentjobakan kepandaiannja sekali lagi de­

ngan pedangnja itoe. Dengan enggan Pardjo menoeroetkan perintah itoe. Inspekteur Moeljadi memperhatikan segala perboeatan- nja dengan teliti. Ketika peti itoe didorong­

kan kebagian belakang kedekat tepi lajar, Moeljadi melompat.

,,Stop !" katanja dan iapoen berdjalan ketempat peti itoe. Diperiksanja lajar di-

(28)

sitoe karena agak berlipat. Setelah ia ham­

pir benar kepada lajar, tampak olehnja lo­

bang ketjil berbetoelan dengan matanja.

Dan dibawah itoe ada poela kelihatan lo­

bang jang agak besar sedikit. Sedang ia memandang itoe tiba-tiba dari belakang lajar itoe keloear beberapa djari moelanja.^

kemoedian berangsoer mendjadi tangan jang bergerak-gerak. Moeljadi terkedjoet. Se- djoeroes ia termenoeng, tetapi sebentar lagi diberinja tanda kepada agent jang dekat kepadanja, dan dengan tjepat ia ber- doea bekerdja maka tiba-tiba ter­

banglah soeatoe tôeboeh orang meliwati pinggir lajar sebelah keatas, disamboet oleh kedoea orang itoe bersama.

Setelah orang ini lepas dari herannja,.

maka inspekteur Moeljadi bertanja :

„Mengapa toean disitoe ?"

„Toean kira saja main-main disitoe ? Tjoema saja ingin ' .

„Menoesoekkan pedang ketoeboeh ma- noesia didalam peti ?"

„Djangan terlaloe tjepat mengambil ke- simpoelan ! Saja tjoema tertarik akan soal

penoesoekan pedang ini !"

„Betoel djoega sangkaan saja !" ikata in­

spekteur Moeljadi dengan geram. „Agent.^

bawa orang ini !"

„Toenggoe sebentar !" sahoet orang itoe.

„Apa toean hendak menoedoeh saja mela- koekan pemboenoehan ini ? Saja tidak ber--

(29)

salah. Tjoema permainan ini sangat mena­

rik perhatian saja".

„Tetapi mengapa toean dibelakang lajar itoe ?"

„Tjoema melihat-lihat sadja. Waktoe Pardjo memainkan pedangnja saja menon­

ton didepan. Setelah saja lihat Pardjo me­

megang pedang jang ketiga belas, saja me­

ngerti, bahwa kalau orang hendak berboeat sérong, tentoe mesti dilakoekannja dari be­

lakang lajar ini, sebab dari sana ia tidak bisa kelihatan oleh orang banjak".

Inspekteur Moeljadi djadi lebih memper­

hatikan orang itoe, sebab ia sendiri bebera­

pa menit jang laloe mendapat pikiran se- roepa itoe poela. ,,Djadi toean hendak pergi melihat itoe kebelakang lajar ?"

,Ja !"

„Dan apa jang toean dapati disana ?"

„Tjoema ini. Kalau tidak Pardjo jang memboenoeh Astra, tentoe orang jang melakoekan pemboenoehan itoe mesti ada disitoe tadi. Dibelakang panggoeng ini ada djalan keloear. Djadi ada alasan oentoek seseorang pergi kesitoe, apalagi sebab di­

belakang ini ada poela tempat boeang air.

Ketika toean menarik saja kedalam, saja sedang berdiri diatas seboeah kerandjang jang berdiri dekat tepi lajar sebelah ke­

loear, tingginja hampir setinggi panggoeng ini. Pada lajar dibetoelan lipatnja ada doea boeah lobang, satoe ditentangan mata dan jang lain ditentangan peroet kalau orang

(30)

berdiri Djadi saja kira", dan ia me^

mandang kepada orang ibanjak, „tidak goe- na penonton jang banjak ini ditahan disini".

,,Ei, roepanja toean hendak mengadjar saja melakoekan kewadjiban !"

„Tidak begitoe", sahoet orang itoe poela,

„tjoema saja heran mengapa toean tahan orang itoe semoea disini, sedang mereka tidak boleh djadi bersangkoetan dengan pemboenoehan ini".

„Keterangan ?"

,,Mari kita terima sebentar, bahwa boe^

kan Pardjo jang bersalah disini. Dalam hal ini tentoelah orang jang melakoekan pem- boenoehan itoe orang jang tahoe betoel akan letak dan keadaan panggoeng serta dengan atoeran permainan Pardjo, dan orang itoe mesti soedah lama beladjar me- noesoekkan pedang dari djoeroesan itoe.

Lagi poela orang itoe mestilah kenal betoel akan tempat segala lobang pada peti ini, kalau tidak,, mengapa ia pas benar menoe- soekkan pedangnja kedalam salah satoe lo­

bang itoe ? Kalau tidak beladjar lama, ten- toe tidak ada orang jang bisa !"

,,Djadi menoeroet pikiran toean", sahoet inspecteur Moeljadi, jang merasa, bahwa orang ini boekan sembarang orang, ,,siapa

jang bisa ditoedoeh ?"

,,Saja jakin, bahwa si pemboenoeh itoe adalah pegawai park ini atau orang jang banjak datang kemari".

(31)

„Sekarang saja ingin hendak mengetahoei nama toean lebih dahoeloe. Barangkali ini tidak goena dirahsiakan ?"

Disini orang itoe laloe mengambil kitab ketjil dari dalam sakoe dalamnja, jang di- boekanja dan diperlihatkannya kepada In­

spekteur Moeljadi sambil berkata: „Saja ke- betoelan dalam perdjalanan, dalam vakansi.

Kebetoelan poela saja malam ini menonton disini. Soal ini sangat menarik perhatian saja".

„Raden Pandji Soebroto, detektif parti- koelir !" bisik Moeljadi, jang tjoema terde­

ngar oleh Soebroto sadja.

„O ! Saja besar hati sekali bertemoe de­

ngan toean ! Saja dengar nama toean da­

hoeloe dalam perkara „Gadis Hilang", ka- tanja poela. „Tetapi

„Maaf, toean Moeljadi ! Kalau toean inzinkan disitoe saja lihat ada se­

orang njonja ketjil jang sangat bengis sekali pandangannja kepada saja".

,,Ah, kalau tidak salah itoe isteri toean, jang tadi mentjari soeaminja !"

„Dan kalau toean lebih lama menahan sa­

ja dis/ini, barangkali soedah lekas sekali saja tidak mendjadi soeami lagi, barangkakali !"

,,Baiklah ! Selamat malam !"

„Selamat malam ! Tetapi söbeloem kita bertjerai saja hendak mengingatkan djoega sebentar akan tanda-beti A".

„Ja, tanda-beti A ! Pedang jang ke-13.

Apa toean tahoe dari mana asalnja ?"

(32)

Inspekteur Moeljadi menggelengkan ke­

palan ja.

„Tjobalah hitoeng pedang toekang telan pisau dan pedang disebelah ini !

(33)

B A G I A N K E T I G A

Aida dan Soebroto

S

ETELAH lama dan hebat bertengkar, sedang Aida hendak meneroeskan perdjalanan, sebab Soebroto soedah berdjandji, bahwa ia akan tidak mengoe- roes perkaranja djoega selama dalam per­

djalanan ini dan ia merasa bahwa soeami- nja tidak akan tahan hati meninggalkan perkara jang aneh ini, dan Soebroto seba- liknja keras hendak tinggal lantaran per­

kara ini menarik perhatiannja, maka achir- nja kedoeanja memoetoeskan akan tinggal dahoeloe di Bandoeng beberapa hari lagi.

Kepoetoesan ini diambil sedang mereka doedoek didalam kamar hotel sesoedah ma­

kan pagi. Tiba-tiba Soebroto bertanja ke­

pada isterinja :

„Apa soedah kau batja, bahwa si Doel soedah ditahan oleh politie ?"

„Karena ia menjimpan sendjata rahsia ?"

,Ja, dan Pardjopoen djoega".

,,Siapa Pardjo itoe ?"

„Toekang pedang ! Ah, gadis itoe soeng- goeh bagoes dan tjakap !"

„Astra ? Ja, saja lihat dia kemoedian di- kantor".

„Dikantor ?"

„Dikantor ajahnja. Dan tjintjinnja tidak ada lagi ditangannja".

,,Apa tjintjin ?"

(34)

,,Ja, waktoe dia hendak masoek keHalam kantor itoe tjïntjin itoe tidak ada lagi".

„Kau ingat anak boeta jang manis itoe ?"

„Mengapa ?"

„Dia berkasih-kasihan dengan Astra jang terboenoeh itoe".

„Betoel ! Bagaimana, kau tahoe?"

„Ia sendiri mentjeritakan kepada saja.

Dia menangis

„Soenggoeh sedih !"

„Dan mereka bermaksoed hendak kawin".

„Hendak ?"

„Hendak kawin. Kedoea merpati sepa­

sang betoel, biarpoen jang laki-lakinja böeta".

„Saja merasa sjoekoer mendengar, bah­

wa si Doel ditahan politie. Boleh djadi ia jang memboenoeh Dewi Astra. Dia tjem- boeroe kepada Hamid jang boeta itoe. Dan karena itoe diboenoehnja Astra. Soenggoeh kedjam orang itoe".

„Tjemboeroe bagaimana ?"

„Ja, dia mesti tjemboeroe. Perempoean toekang njanji disatoe panggoeng jang ti­

dak berapa djaoeh dari sitoe, tjemboeroe melihat si Doel bertjakap dengan Astra.

Tentoe si Doel tjemboeroe poela kepada si Hamid. Dan karena itoe diboenoehnja Astra. Sjoekoer dia kena tangkap !"

„Bagoes benar kesimpoelan kau itoe !

„Apa ada kesimipoelan kau jang lain ?"

„Soenggoeh kasihan si Hamid itoe. Ka­

lau dia tidak boeta tentoe dia akan menoen-

(35)

toet balas. Tetapi sekarang apa hendak diperboeatnja ! Boleh djadi ia mem- boenoeh diri !"

„Politie boekan ada oentoek menoentoet bela baginja ?"

„Politie ? Apa jang telah dikerdjakan po­

litie ? Ditangkapinja Pardjo dan Doel. Apa goenanja ? Moengkinkah dapat diboektikan kesalahan si Pardjo. Ia berdiri didepan orang banjak, sehingga orang banjak men- djadi saksi' baginja. Dan boekti bagi kesa­

lahan si Doel djoega tidak ada. Dapatkah dia dihoekoem tjoema karena pedang pem- boenoeh itoe dia jang poenja, sedang kete­

rangan lain tidak ada ? Dan segala verslag soerat kabar jang pandjang-pandjang itoe- poen tidak mem'beri keterangan sedikit djoega".

„Habis ?"

„Saja tertarik sangat akan rnemeriksa perkara ini !"

„Kalau begitoe pendirianmoe, baiklah ! Saja tidak akan menghalangi".

Engkau tahoe, ada jang menarik perha­

tian saja benar didalam soal perkara ini ! Mari kita lihat sekarang bagaimana kedoe- doekannja. Bermoela kita periksa Pardjo.

Tidak boleh djadi ia akan memboenoeh Astra berterang-terang didepan orang ba­

njak. Dari mana datang pedang jang ke-13 ? Menoeroet pemeriksaan saja, dari pang- goeng si Doel ! Apa alasan si Doel akan memboenoeh ? Karena ia tjemboeroe akan

(36)

Hamid ? Tidak boleh djadi. Lagi poêla ia tidak bergerak dari tempatnja. Perempoean jang kau katakan tjemboeroe itoe ? Tem­

patnja terlaloe djaoeh. Saja segera melom­

pat kebelakang, tetapi tiada orang keliha­

tan. Tjintjin siapa jang kau lihat ditangan Astra dan kemoedian hilang itoe ? Ini se- moea jang menggelapkan kedjadian ini.

Siapa jang lain, jang mempoenjai alasan tjoekoep akan memboenoeh Astra ? Soedah saja tanjai sekalian anak kemidi dan anak panggoeng jang ada disitoe. Tidak ada seorang jang mempoenjai alasan tjoekoep oentoek melakoekan pemboenoehan ini.

Djadi mesti ada jang gelap dibelakang ini.

Kalau sekiranja pemboenoehan biasa sadja, besok kita berangkat, tetapi sehari ini saja akan mentjari keterangan dahoeloe .

Sesoedah berkata begitoe, maka Soebro- topoen meminta izin akan pergi kepada Aida.

(37)

B A G I A N K E - E M P A T

Patjar Koening meninggalkan bekas

EHARI-HARI itoe Soebroto mentjari keterangan didalam dan disekeliling Dago-Park. Ia berbitjara dengan Pardjo, jang betoel ditahan politie, artinja ia tidak boleh keloear dari Dago-Park, be- gitoe djoega Doel, sedang permainan se- moeanja diteroeskan djoega. Maka menoe- roet pemeriksaannja perloelah Soebroto me- njoeroeh Aida menggantikan Dewi Astra bermain dengan Pardjo. Walaupoen Aida moelanja tidak maoe, tetapi karena ditang- goeng keamanannja oleh Soebroto dan tjoe- ma itoe sadja jang tinggal akan mendjatoeh- kan si pemboenoeh achirnja Aida menoe- roet djoega. Dan Aida mesti berboeat se­

perti Astra. Demikianlah soedah doea ma­

lam Aida bermain didalam Dago-Park dan beloem djoega diperoleh banjak keterangan oleh politie. Soebrotopoen meneroeskan pe- njelidikannja. Sesoedah berkenalan dengan semoea artist disitoe, maka Aida tiap hen­

dak main pergi doeloe kepada si Bontok, laloe kepada si Doel dan baroe kepada Pardjo. Pada hari pertama tidak terdjadi apa-apa, tetapi pada hari kedoea si Bontok moelai bertjakap dan mengadjak Aida poela hendak pergi pesiar. Tentoe ini ditolak oleh Aida. Setelah ini ditjeritakannja ke­

3 3

i

(38)

pada Soebroto, maka soeaminja, memoe- toeskan bahwa ia mesti menoeroetkan apa kehendak orang katé itoe. Waktoe Aida bertjakap dengan si Doel, dilihatnja miss Sofiah berapi-api poela matanja. Soebroto masih melakoekan pemeriksaan teroes. Ia masoek kedalam tempat Marina dan ditjo- banja disitoe menoedjoemi dirinja. Didalam pertjakapannja dengan beberapa orang ar­

tist ia mendengar soeatoe tjerita jang me­

narik perhatiannja, jaitoe tentang Wan Machmoed. Doeloe Wan Machmoed, jang sekarang digelari orang Wan Besar, ada beperkara dengan seorang anak kemidi lain, sebab menoeroet kata perempoean itoe, anaknja boeta karena Wan Machmoed di- waktoe Wan Machmoed melakoekan se- matjam permainan soenglap. Perempoean itoe mengadoe, tetapi Wan Machmoed di­

bebaskan daripada pembajaran keroegian, sebab terang ia tidak bersalah. Karena gadis ketjil anak perempoean itoe pandai berdansa dan bernjanji, maka ia djadi po­

pulair, sehingga kedjadian ini ramai ditoe- lis orang didalam soerat kabar. Kedjadian itoe di Singapoera. Setelah diketahoei oleh Soebroto bila kedjadian itoe, maka ia mela­

koekan pemeriksaan diloear. Dari sahabat- nja di Singapoera ia memperoleh ketera­

ngan pandjang dengan telegram tentang kedjadian itoe.

Pada malam jang keempat Si Bontok roe- panja hendak melakoekan djaroemnja poela

(39)

kepada Aida. Diadjaknja Aida pesiar di- dalam kota. Atas nasihat Soebroto Aida menoeroet. Disitoe Aida berkenalan betoel dengan si Bontok. Moelanja ditjoba oleh si Bontok akan bermain serong dengan Aida, sampai diantjamnja dengan revolver, akan tetapi karena tjerdik Aida dapat djoega ia mereboet pistol itoe sebeloem terdjadi apa- apa.

' Karena tipoe moeslihatnja tidak laloe, ma­

ka si Bontok djadi djinak. Kebetoelan di- waktoe itoe datang orang mengatakan, bah­

wa ada tetamoe baroe datang. Tetamoe ini roepanja doea pemain. Atas permintaan si Bontok Aida ikoet melihatkan orang main itoe, soepaja sesoedah main mereka dapat poelang kembali bersama. Didalam main itoe moelanja si Bontok kalah sadja. Soedah ter- petjak peloehnja tampak oleh Aida. Setelah habis oeang didalam dompetnja, berangsoer- angsoer dikeloearkan segala isi sakoenja dan arlodji emas. Aida terkedjoet melihat se- boeah tjintjin jang keloear dari sakoe si Bontok itoe sebab seroepa benar dengan tjin­

tjin jang dilihatnja didjari Dewi Astra tem­

po hari.

Tiba-tiba si Bontok mentjaboet pistol dari sakoe badjoe dalamnja, jang diatjoengkannja kepada kedoea pemain jang lain. „Awas !"

katanja, „kalau hendak main tjoerang, baik­

lah bangoen lebih siang dari saja. Semoea kertas itoe bertanda ! Aida ! Koempoel se­

moea oeang dan barang itoe ! Bagoes !

(40)

Sekarang diikat kedoeanja dengan tali. Itoe didalam latji medja ada segoeloeng tali

„Nah", katanja sesoedah kedoea orang itoe terikat, ,,betoel ikatan ini tidak kentjang, akan tetapi tjoekoep tahan oentoek melepas­

kan kita pergi dahoeloe !"

Maka Si Bontok dan Aidapoen keloear dari roemah itoe. Dengan tjepat mereka poelang ke Dago-Park.

Besoknja orang bermain seperti biasa.

Tetapi sebeloem Aida sampai waktoenja hendak bermain ia disoeroeh oleh Soebroto pergi kekemah Marinah oentoek melihat- lihati nasibnja. Diwaktoe tidak diketahoei oleh Aida, Soebroto memasoekkan sepotong soerat kedalam tas Aida. Dikemah ini seperti biasa Aida mesti meninggalkan tasnja pada Hamid dan ia masoek ketempat jang gelap. Setelah selesai disitoe, datang­

lah waktoenja oentoek naik panggoengnja sendiri.

Seperti biasa toekang tjanang berpidato memoedji Pardjo dan memperlihatkan pe­

dang kepada orang banjak. Pardjo ber­

main soenglap dan setelah habis Si Doel mempermainkan pedangnja, laloe dimoelai oleh Pardjo menoesoekkan pedangnja keda­

lam peti jang berisi Aida, jang soedah pan­

dai poela menjingkir kalau pedang masoek kedalam peti.

Soebroto tidak kelihatan. Ia ada didekat

P^nggoeng Si Doel. Disitoe dengan tidak kentara dihitoengnja djoemlah pedang jang

(41)

ada. Tjoekoep 37 bilah. Dalam pada itoe Pardjo soedah menoesoekkan pedang jang kedoea. Soebroto tertarik sebentar akan permainan Pardjo itoe. Betapa heran-

nja ketika ia menoleh kembah kepanggoeng Si Doel ada satoe bilah pedang jang koe­

rang. Maka oentoek kepastian baginja dihi- toengnja semoea pedang itoe 36 bilah ! Dengan tjepat ia laloe lari dari sitoe.

Didalam pada itoe orang banjak jang loear biasa besar djoemlahnja berdjedjal didcpan panggoeng Pardjo. Pedang jang kelima soedah tertantjip, kemoedian pedang jang keenam. Waktoe hendak menoesoek­

kan pedang jang ketoedjoeh peti itoe dito- lakkannja kebelakang dan tiba dibetoelan lobang jang doea itoe. Tidak lama sesoe- dah peti itoe berhenti, tiba-tiba terdengar pekik orang dari belakang lajar, dimana kelihatan gerak-gerik seperti orang berke­

lahi. Tidak lama kemoedian, maka keloear- lah inspekteur Moeljadi bersama doea agent

dan naik keatas panggoeng. Mereka me- megangkan seorang perempoean berpakai­

an hitam. Setelah sampai ketempat jang terang, tampaklah, bahwa perempoean itoe tidak lain daripada Marinah, toekang te- noeng Ia dibawa ke kantor Wan Be­

sar. Dibelakang itoe keloear poela Soebroto dari belakang lajar itoe. Tangannja ber­

darah.

(42)

Toekang tjanang dan Pardjo heran meli- hatnja, bertambah heran soedah melihat Marinah dibawa politie.

Dari dalam peti terdengar soeara orang memerintah menjoeroeh boekakan peti serta boenji orang mendeboer peti itoe. „Keloear- kan dia !" kata Soebroto kepada toekang tjanang, jang segera, walaupoen dengan tangan gemetar, memboekakan koentji peti itoe. Dengan tjepat kepala Aida mentjoeang

keatas.

„Hei", katanja, „apa jang terdjadi disini?

Apa gempa barangkali ?"

„Tidak apa-apa. Aida !" sahoet Soebroto.

,,Marinah kena tangkap !" sahoet toekang tjanang poela.

,,Marinah ? Toekang tenoeng ? Dibawa kemana ? Apa maksoed orang ini ?" tanja Aida kepadia soeaminja.

„Saja dapat menangkap Marinah diwak- toe hendak memboenoeh engkau", kata Soebroto dengan sabar. ,,Politie membawa- nja kekantor Wan Besar".

,,Memboenoeh saja ?" Aida djadi poetjat.

,,Gila betoel ! Marinah hendak mem­

boenoeh saja ? Dan ketiîca saja di- dalam peti ?"

Soebroto memanggoek.

„Dengan pedang ?"

„Ja !"

Aida tidak tahan lagi mendengarkan itoe, ia djatoeh pingsan kedialam peti kembali.

(43)

Sementara itoe politie melakoekan peme­

riksaan jang pertama atas Marinah dikantor Wan Besar. Marinah moengkir. „Bohong besar !" katanja.

„Bohong ?" sahoet inspekteur Moeljadi.

„Boekankah engkau jang hendak memboe- noeh njonja jang didalam peti itoe ? Boe­

kankah engkau jang hendak menoesoek peti si Pardjo dengan pedang si Doel, se­

hingga meloekai tangan toean ini? Toean Soebroto, soekakah toean mentjeritakan apa sebab Marinah berboeat begitoe ? Barang­

kali dengan itoe ia maoe mengakoe ! Ma­

rinah ! Mengapa boenoeh Dewi Astra anak Wan Besar ini ?"

Karena Marinah berdiam diri, maka di- moelailah oleh Raden Pandji Soebroto ber- tjerita :

„Sepoeloeh tahoen jang laloe di Singa- poera ada satoe perkara jang menimboelkan perhatian orang banjak. Wan Besar, di- waktoe itoe bernama Wan Machmoed, terdakwa mendjadikan anak seorang anak panggoeng, Che' Solima namanja, boeta.

Anak ini anak laki-laki berpakaian gadis dan pandai sekali menari. Che' Solima me­

minta ganti keroegian jang besar sekali.

Tetapi didalam pemeriksaan ternjata, bah­

wa Wan Machmoed tidak bersalah, ia di­

bebaskan. Semendjak itoe Che' Solima me- ngandoeng dendam kesoemat jang ta' soe- dah pada Wan Besar. Gadis ketjil itoe

(44)

adalah Hamid jang boeta ini, dan Marinah ialah Che' Solima".

„Mengapa tidak kepada saja, dan me­

ngapa kepada anak saja dia menoentoet balas, seorang anak jang tidak bersalah kepadanja ?"

,,Mengapa !" sahoet Marinah dengan ta- djam. „Mengapa engkau merampas anak- koe. Ketjelakaan ? Tidak salah engkau.

Wan Machmoed ? Tidak, tjoema ketjer- dikan engkau melepaskan diri daripada djerat hakim ! Lihatlah akan anak ini ! Mati 1 Engkau jang mentjempoengkannja kedalam kegelapan ! Engkau roesakkan kehidoepannja, dan engkau roesakkan ke- hidoepankoe ! Doea orang manoesia eng­

kau aniaja. Dia mati seperti anak engkau mati ! Ja, saja jang memboenoeh anak eng­

kau itoe, saja jang memboenoeh, karena engkau tidak menepati djandjimoe jang lain

Diwaktoe ini terdengar keriboetan di- loear. Orang didalam kantor itoe terpe- randjat dan berlari keloear semoeanja.

Agent jang mendjagai Marinahpoen mene­

ngok kepintoe, sebab Marinah dalam be- Jenggoe.

Berapa terkedjoetnja orang ketika balik kedalam kantor itoe, melihat Marina soedah tidak bernjawa lagi. Sebilah pisau tertan- tjip didadanja. Antara pisau dan badjoe

(45)

Marinah tersisip soerat ketjil. Dengan tjepat inspekteur Moeljadi menarik soerat itoe, laloe dibatjanja :

Marinah habis kerdjanja hingga ini.

Peringatan kepada Wan Machmoed.

Patjar Koening.

Membatja itoe Raden Moeljadi terke- djoet. Raden Pandji Soebroto terdiam, wa- laupoen matanja djadi bengis.

„Roepanja perkara ini boekan ketjil !"

kata Moeljadi ketika telah hilang kagetnja.

„Patjar Koening ! Apakah itoe boekan kom­

plot jang terkenal itoe, jang telah doea kali bertempoer dengan toean ? Apa jang ter­

selip didalam perkara ini ? Apa tersemboe- nji dibelakang Wan Machmoed ?"

,,Saja djoega memang soedah merasa, bahwa Marinah tjoema mendjadi perkakas,, sebab tidak boleh djadi Marinah akan mem-

boenoeh Astra tjoema karena perkara anak- nja itoe. Mesti ada alasan jang lebih koeat lagi dibelakang segala itoe ! Betoel djoega kiranja ! Tetapi tidak ada doegaan saja, bahwa ini semoea perboeatan Patjar Koe­

ning !"

Akan Wan Machmoed karena segala ke- djadian itoe soedah seperti orang gila, ia bermenoeng sadja, tidak mendjawab segala pertanjaan orang. Maka oentoek memper­

oleh keterangan daripadanja dan oentoek melind'oengi dirinja ia dibawa kekantor po-

(46)

litie dan ditahan disana. Dago-Park ditoe- toep oleh politie, sehingga sekalian anak panggoeng berserak diamnja, walaupoen tetap dibawah pengawasan politie.

Raden Pandji Soebroto bertambah koeat hatinja melakoekan pemeriksaan karena ia berhadapan dengan moesoeh lama.

Pardjo, Doel, miss Sofiah dan lain-lain tidak diperhatikannja benar lagi oleh sebab tidak bersangkoetan dengan perkara ini.

Kesegenap negeri ia mengirim telegram mentjari keterangan tentang Wan Mach- moed. Si Bontokpoen diawasinja sebab ia heran apa sebab tjintjin jang hilang dari tangan Astra ada padanja, seperti dilihat oleh Aida dimedja permainan diroemah si Bontok. Tetapi si Bontok tidak berboeat apa-apa. Pada soeatoe hari Soebroto ma- soek keroemah si Bontok, sebab ia tidak mempoenjai alasan tjoekoep oentoek me­

minta pemeriksaan officieel, tetapi tidak ada hasilnja. Menoeroet keterangan Wan Machmoed orang Katé itoe beloem berapa lama bekerdja padanja, ia kenal akan dia tjoema diwaktoe ia hendak memboeka Dago- Park. Begitoe djoega Marinah datang ke- padanja tidak lama sesoedah itoe. Sama sekali tidak ada dilihatnja perhoeboengan antara Si Bontok dengan Marinah.

Demikianlah djedjak Patjar Koening se­

perti mati sehingga itoe.

(47)

B A G I A N K E - L I M A

Pemimpin jang litjin

AGI sesoedah terdjadi jang ditjerita- kan pada bagian jang laloe. Aida dengan Raden Pandji Soebroto se- dang doedoek makan pagi. Soebroto agak penat roepanja, sebab semalam tidak tidoer sama sekali. Sesoenggoehnja banjak sekali terdjadi semalam itoe. Bermoela kedjadian dengan Marinah. Sesoedah itoe didalam kantor politie terdjadi pemboenoehan jang gelap sekali. Walaupoen pendjagaan rapi dapat djoega pendjahat melakoekan keke- djamannja. Sebeloem \Van Machmoed da­

pat diperiksa dan memberi keterangan jang moengkin membawa orang kepada menge- tahoei rahsia Patjar Koening itoe, tiba-tiba kedapatan ia telah mati didalam celnja. Di- dadanja tertantjip poela pisau dan kertas tertoelis seperti pada Marinah. Diatas ker­

tas itoe tertoelis dengan darah, bahwa Wan Machmoed adalah seorang anggota jang engkar dan mentjoba hendak mengchianat- kan perkoempoelannja. Oleh sebab itoe ia mesti mati. Gempar orang segenap kota karena segala pemboenoehan jang gelap itoe. Politie dan mata-mata berkeliaran mentjari keterangan. Koran pagi penoeh dengan tjerita kedjadian itoe. Tambah poela lagi karena semalam itoe djoega ada

(48)

poêla seorang kaja dikota Bandoeng kema­

lingan. Hadji Koesnoen, seorang saudagar kaja ikelbetoelan kemarin berdjoeal beli ba­

njak, sehingga semalam itoe ia banjak me- njimpan oeang diroemahnja. Haibis oeang itoe dibawa pentjoeri, jang tidak mening­

galkan bekas jang moengkin memberi ke­

terangan tentang pentjoerinja.

„Kita roepanja masoek kedalam sarang lebah 1 kata Aida sambil menoeangkan ko­

pi oentoek soeaminja. „Saja kira tentoe engkau tidak dapat tidoer. Soenggoeh be­

sar barangkali komplot jang bekerdja di- sini".

„Ja, soenggoeh dahsjat perboeatannja !"

,,Saja masih tidak mengerti mengapa saja akan diboenoeh oleh Marinah, sedang saja tidak ada berhoeboengan sedikit djoega dengan dia", kata Aida poela.

„Itoe semoea adalah akal oentoek mena- riknja kedepan. Waktoe saja mentjoba me- lihat-lihati nasib saja, saja ketahoei rahsia- nja. Tiap orang jang masoek mesti mening­

galkan semoea barang logam diloear. Se- soedah itoe orang masoek kedalam tempat jang agak gelap dan disitoe Marinah ber- tjerita pandjang, tetapi tidak orang berha­

dapan dengan dia. Maka dalam tjeritanja saja tahoe, bahwa isi sakoe saja jang saja tinggalkan pada si Hamid diperiksa lebih dahoeloe, sehingga dia tahoe hal ichwal saja dan sekalian orang minta advies pa­

dan ja.

(49)

Didalam pada itoe ada satoe waktoe ia hilang, sedang tjäkapnja masih terdengar.

Karena ia berpakaian hitam maka segala geraknja tidak kentara. Roepanja jang ber- bitjara itoe ialah plaat gramofoon. Diwak- toe itoelah ia memeriksa soerat-soerat dari sakoe saja. Kemoedian ia kembali dan soe- ara plaat gramofoon itoe ditoekar dengan soearanja sendiri.

Setelah saja tahoe perkara Wan Mach- moed dengan seorang anak kemidi di Singa- poer itoe saja moelai tjoeriga akan dia. Dan diwaktoe ia hilang itoe, apa salahnja kalau ia berlari kepanggoeng Pardjo dan menoe- soekkan pedang jang ddtjoerinja dari tem­

pat si Doel kedalam peti jang digolongkan oleh Pardjo kedekat lajar ? Roepanja soe- dah . dihitoengnja waktoe dan perboeatan Pardjo. Oleh sebab itoe saja masoekkan kedalam tas engkau goentingan soerat ka­

bar tentang Wan Machmoed itoe, jang saja peroleh dari Betawi. Karena disangkanja engkau tahoe poela akan rahsianja, itoelah sebabnja maka engkau hendak diboenoeh- nja oentoek melindoengi dirinja".

„Apa perhoeboengannja dengan Patjar Koening ?"

,,Itoe beloem saja ketahoei benar. Boleh djadi ia tjoema djadi iperkakas oentoek me­

megang Wan Machmoed. Menoeroet soe­

rat jang ditemoei pada mait Wan Mach­

moed njata, bahwa iapoen mendjadi anggo-

(50)

ta Patjar Koening. Saja masih menanti kabar dari Singapoer tentang orang ini".

„Dan pentjoerian besar tadi malam ?"

„Boleh djadi ikomplot itoe perloe oeang lekas dan selbagai penoetoep pekerdjaan di- sini, maka dilakoekan pentjoerian itoe. Ini barangkali tjoema kerdja hendak membina­

sakan Wan Machmoed sadja. Tetapi boleh djadi perboeatan jang penghabisan inilah jang akan membawa saja kepada rahsia ge­

lap ini !"

,,Ja, tetapi tentoe komplot itoe sekarang soedah meninggalkan kota Bandoeng ini, sebab tidak moengkin mereka maoe tinggal lebih lama disini oentoek menantikan di­

tangkap".

„Memang, tadi malam djoega mereka soe­

dah melarikan diri".

„Kalau engkau tahoe, mengapa tidak engkau tangkap ?"

„Kalau saja tangkap jang disini, barang­

kali tjoema dapat satoe atau doea orang sadja, sedang pemimpin terlepas. Saja hen­

dak mengetahoei sarang pemimpinnja itoe.

Nah engkau tinggal sadja di Ban­

doeng ini dahoeloe. Boleh djadi saja dalam doea hari ini tidak poelang".

,,Kalau soedah begitoe mestinja apa bo­

leh boeat. Tjoema hati-hatilah engkau se­

dikit dan beri kabar !"

Maka Soebrotopoen keloear dari hotel itoe. Dengan taxi ia menoedjoe kekantor politie. Disitoe roepanja soedah ada tele-

(51)

gram oentoek dia menanti, datang dari pern- bantoenja diari Betawi. Dari politie ia mem­

peroleh kabar, bahwa tidak ada orang jang ditjoerigai keloear kota Bandoeng kedjoe- roesan lain, melainkan boleh djadi kedjoe- roesan Betawi.

Telegram itoe mentjeritakan, bahwa si Bongkok ada kelihatan di Betawi. Ini tidak mengherankan, sebab sekalian anak kemidi Dago Park itoe atas permintaan Raden Pandji Soebroto, jang dalam hal ini diminta membantoe politie, dilepaskan semoea, wa- laupoen mereka semoea diawasi oleh mata- mata kemana mereka pergi. Banjak dîanta- ranja jang segera meninggalkan kota dan pergi ke Betawi.

„Ja", kata Raden Pandji Soeibroto kepada kommissaris politie. ,,Saja keras sekali doe- gaan, bahwa si Bontok dapat membawa kita kesarang pemimpin komplot ini. Biarlah saja sekarang djoega berangkat dengan mesin oedara ke Betawi. Kebetoelan ada amateur jang saja kenal hendak mentjobai mesin oedaranja nanti sore. Ia soeka membawa saja ke Betawi sebentar".

,,Bagaimana pikiran toean tentang pen- tjoerian semalam ? Apa ada hoeboengannja dengan komplot ini ?"

,,Melihat ketjerdikan si pentjoeri boleh djadi. Tetapi nantilah saja tjeritakan se- poelang saja dari perd'jalanan ini ! Selamat pagi, toean kommissaris !"

(52)

„Selamat pagi ! Moedah-moedahan ber­

hasil !"

„Terima kasih !"

Maka Raden Pandji Soebrotopoen me­

ninggalkan kantor politie, ia teroes pergi mentjari -keterangan lebih landjoet dan poe- koel setengah empat baroe ia ke Andir, di- mana dari djaoeh soedah kelihatan olehnja sahabatnja sedia dengan masin oedara sport- model jang bagoes potongannnja. Tidak lama kemoedian merekapoen melajang di- oedara menoedjoe ke Betawi.

Sesampai di Tjililitan ia minta terima ka­

sih kepada sahabatnja jang membawanja itoe, laloe dengan auto jang telah dibestel lebih dahoeloe ia menoedjoe keadres jang diseboetkan pembantoenja didalam telegram jang diterimanja di Bandoeng tadi pagi.

Tetapi disitoe si Bontok tidak ada lagi.

Orang diroemah jang ditoendjoekkan itoe menjatakan ia soedah pergi. Roemah itoe adalah tempat penginapan artisten. Ia da­

tang bersama dengan beberapa artisten dari Bandoeng, mereka berdjalan bersama-sama, kata mereka hendak melantjong dikota men­

tjari kerdja. Lebih landjoet orang diroemah itoe tidak memberi keterangan. Soebroto dengan tjepat memboeroe keroemahnja, ba­

rangkali d'isitoe ada pembantoenja mening­

galkan pesan. Dan sebetoelnja djoega, di­

dalam bus soerat ada pesan pendek, me­

ngatakan ia menoedjoe arah ke Tandjoeng Prioek. Nanti disana akan ditinggalkannja

(53)

poêla pesannja. Dengan tidak berpikir pan- djang lagi Soebroto menjoeroeh poetar auto laloe pergi kekantor Hoofdcommissaris Po­

litie. Setelah bertemoe disitoe dengan Hoofdcommissaris sebentar, ia teroes ke Tandjoeng Perioek. Disana dikantor politie ia menerima pesan poela, bahwa pemban- toenja menoedjoe arah ke Pedjongkeran.

Dan roepanja politie soedah dapat perintah dari Betawi, sebab soedah sedia enam orang mata-mata lengkap dengan sendjatanja akan mengikoetkan Raden Pandji Soebroto.

Pedjongkeran itoe adalah pada masa da- hoeloenj'a berasal namanja daripada seorang officier Ambon bernama Jonker, jang ba­

njak membantoe militair. Ia mempoenjai gedoeng jang besar did'alam daerah Tan­

djoeng Perioek. Kemoedian ia tertoedoeh melakoekan kedjahatan, maka iapoen di- hoekoem. Gedoengnja itoe masih tinggal dan kemoedian memperoleh nama Pedjong­

keran, begitoepoen kampoeng jang terdjadi disekeliling itoe.

Kira-kira seratoes meter dari gedoeng toea itoe maka keloearlah pembantoe Soe­

broto, Bang Mioen namanja, dari semak- semak. Ia mentjeritakan, bahwa si Bontok masoek keroemah itoe soedah dbea djam lamanja dan tidak tampak lagi keloear.

Tentoe ia masih ada disitoe. Boleh djadi gedoeng toea itoe telah mendjadi sarang Patjar Koening.

(54)

Maka dengan hati-hati dan bertjerai- tjerai Soebroto dengan politie serta Bang Mioen bergerak menoedjoe kegedoeng be­

sar itoe. Hari soedah moelai malam, tetapi dari roemah itoe tidak kelihatan terang api sedikit djoega. Sama-sama mereka tiba di- tepi roemah itoe. Setelah dironda sekeliling tidak ada ternjata sesoeatoe jang aneh. Di- dalam roemah soenji senjap. Setelah me­

ngintip, achirnja dipoetoeskan akan memak­

sa masoek. Semoea pintoe dan djendela ter- koentji, sehingga mesti dirompak. Tetapi achirnja dapat oleh seorang mata-mata me- njoengkit seboeah djendela dengan pelahan, sehingga terboeka. Moelanja mata-mata itoe masoek kedalam. Setelah ternjata, bah­

wa kamar jang dimasoeki itoe kosong maka jang lainpoen masoek seorang-orang. Bang Mioen laloe bergerak memboeka pintoe.

Maka dimasoekilah segala kamar bagian belakang, tetapi tiada sedikit djoega dje- djak, bahwa baroe ini ada orang diam di- sitoe. Achirnja sampai keberanda depan.

Disini mereka terkedjoet karena mendengar boenji orang mengeloeh. Dengan kekoeatan bersama pintoe kamar itoe dirompak. Se- moeanja memegangkan revolver ditangan.

Berlainan dari kamar jang lain roepanja kamar ini bekas dikoentji orang. Ada tem­

pat tidoer enteng disitoe, ada medja dan korsi, didinding berdiri seboeah lemari be­

sar. Diatas seboeah medja ketjil disoedoet kedapatan bekas-lbekas makanan. Lampoe

(55)

jang berdiri dimedja didepan tempat tidoer tidak terpasang, laloe dipasang oleih Bang Mioen.

„Soedah tembang !" kata Soébroto dengan hati kesal.

«Tidak boleh djadi !" kata Bang Mioen,

„Sedjak dari siang tadi saja mengintip roe- mah ini dan tiada seorang djoega jang ke^

liatan keloear, tjoema saja lihat si Bontok masoek kemari. Dari tempat saja mengintip itoe njata kelihatan keliling roemah ini".

„Walaupoen begitoe boeroeng jang di- boeroe soedah terbang !" sahoet Soebroto.

„Mioen, tjoba boeka lemari itoe !"

Karena terkoentji mati, maka dipaksa memboekanja. Baroe sadja pintoe terboeka, maka tergoelinglah soeatoe karoeng jang berisi kelantai. Dengan tjepat sekalian ma- ta-mata melompat memegangkan karoeng itoe. Berasa ada toeboeh manoesia didalam- nja. Dengan segera karoeng itoe diboeka.

Maka keloearlah si Bontok dari sitoe, kaki tangannja terikat, sedang moeloetnja tersoempal. Ia berloemoeran darah, jang mengalir dari dadanja dari loeka dalam jang ada disitoe. Pisaunja masih tertantjip di- dadanja.

Bermoela ditjaboetkan pisau itoe oleh Soebroto dan dirasainja nadinja. Sebab nadi ini masih bergerak, maka diboeka tali dan toetoep moeloet, serta loeka itoe diikat sebaik-baiknja. Bang Mioen mengambil air

(56)

jang ada diatas medja, laloe diberinja mi- noem si Bontok.

„Loeka ini berbahaja sekali !" kata Soe- broto. „Tetapi roepanja sekali ini meleset tangan Patjar Koening. Orang jang ditikam tidak mati setikam seperti biasa oleh sebab pisau terpeleset karena dornpet koelit disa- koe si Bontok berbetoelan dengan djan- toengnja. Karto", katanja kepada seorang mata-mata, „pergi ambil auto pembawa orang ini !"

Setelah Karto berangkat, maka si Bontok memboekakan matanja. Ia tertjengang me­

lihat orang banjak didekatnja.

„Air !" katanja setelah dapat ia berkata- kata. Bang Mioen laloe memberi ia minoem.

„Ah, Tongkol !" kata Soebroto. ,,Soedah sedar engkau ?"

„Nama saja boekan Tongkol, melainkan Bontok !" sahoet orang katé itoe.

„Tidak oesah main-main !" sahoet Soe­

broto. „Di Singapoer engkau bernama Tongkol dan dikenal betoel oleh politie dan soedah atjap kali masoek djil. Penghabisan sekali engkau tertoedoeh memboenoeh orang, tetapi karena tidak tjoekoep kete­

rangan engkau lepas. Engkau terkenal dja- di anggota Patjar Koening, tetapi karena tidak ada keterangan orang beloem dapat berboeat apa-apa !"

,,Tidak ibisa djadi !" teriak si katé. ,,Bo­

hong semoea !"

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

Maka dari sebab itoe kita soedah melihat, bahwa, sa-orang jang mengangkat barang jang diboewang oleh orang jang poenja (dari sebab dija tijada soeka mempoenjai lagi itoe

Menoeroet keterangan dari orang toea-toea jang hadir dalam perhimpoenan tiada pernah ada di koeria Hoeta Rimbaroe sawah rodian (ambtsvelden) jang wadjib dikerdjakan anak negeri (anak

Sembari berkata begitoe, iaorang lantas pergi di tempat pertengahan, maka satelah satoe sama laen membri hormat, baroelah niarika ambil tempat ke- doedoekan

ngen menjevva satoe djoli, samentara Kwi Tong tetep menggoenaken iapoenja sepasang loetoet, bet djalan setjepetnja menoedjoe kâ doesoen Sim Ke Tjoen. Pemandengan dan

„Astaga, barangkali kau poenja pikiran sneda djadi koerang beres, maka kau maoe ikoet pada- koe, saorang jang tida poenja tjoekoep oewang sekaiipoen boeat kasi

Peker­ dja'an ini tida moedah, sebab alat-alatnja masih ada berhoeboeng pada beberapa rahsia jang tiada gampang boleh diperhoeboengkan oleh orang jang beloem mengarti betoel

broek dan tjakar moekanja Tjeng - hong, la mengerewcs dan menggigit hingga Tjeng - hong kepaksa. dorong iscrinja ka sabelah samping. Kiauw, ingetlah, djangan terooeroe

tamilienia di Bandoeng. Dan lebih djaoe, Yoen-hoa, poen selamanja keliatan bergoembira sadja, hinqqa laen orang soeda tida bertjoeriga apa-apa pada itoe oeroesan