• No results found

HIDUP DENGAN PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Share "HIDUP DENGAN PENYAKIT"

Copied!
57
0
0

Bezig met laden.... (Bekijk nu de volledige tekst)

Hele tekst

(1)

HIDUP DENGAN PENYAKIT

Oleh

DRS. ADNAN ABDULLAH

Staf Pengajar Pad a Fakultas Keguruan dan IImu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

PUSAT PENELlTIAN ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM , BANDA ACEH

2005

HIDUP DENGAN PENYAKIT

Oleh

DRS. ADNAN ABDULLAH

Staf Pengajar Pad a Fakultas Keguruan dan IImu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

PUSAT PENELlTIAN ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM , BANDA ACEH

2005

HIDUP DENGAN PENYAKIT

Oleh

DRS. ADNAN ABDULLAH

Staf Pengajar Pad a Fakultas Keguruan dan IImu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

PUSAT PENELlTIAN ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM , BANDA ACEH

2005

(2)

KATA PENGANTAR

Studi inl dilaksanakan Galam hubungan dengan program penge~

bangan penelitian pada Pusat Penelitian Ilmu Sosia~ dan Bu- daya (PPISB) Universitas Syiah Kuala. Kegiatan lapangan se-

~ama 30 hari, 23 Agustus-22 September 2005, berlangsung di Meunasah Sirong-Pidie. Kesempatan berada di lapangan memung kinkan kami untuk mengumpulkan data, mencari kategori-kate~

gori dan cirl-ciri untuk masing-masing kategori dari d'ata ya:r:g terkumpulkan. Selanjutnya, antara satu kategori dengan kategori lainnya dibanding-bandingkan dao dalam batas-batas tertentu dl1akukan anal is is dan abstraksi untuk kemudian

di

tarik kesimpulan yang relevan. Diskusi dengan sesama peser- ta peneliti, berjumlah sepuluh orang, serta konsultasi de- ngan Kepala PPISB-Unsyiah telah memungkinkan kami untuk le- bih mengarahkan penelitian kp.pada sasaran yang lebih tepat.

Pelaksanaan penelitian ini dimungkinkan antara lain k~

rena bantuan dari banyak pihak. Melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kep.'1.'tn Prci'. Dr. D<lhrei:1 T. Sugihein, ~:..\, l:epala PPISB-Unsy1ah, y3.n;,;.: mempercayai 5e- kaligus membimbing kami sebagai salnh 3corang p'.!se!.'t:". :1!'O- gram tahun 2005. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan k~

pacta jajaran kerja Sekretariat PPISB-Unsyiah di bawah koor~

dinasi Saudara Abdurrahman, SH, HA, selaku Sekretaris. Se lama berada di lapangan, kami juga menerima bantuan dari Bapak Burhan Yahya, Keuchik Meun:3s"1h SironC't da!1 Sc:.ud2 ra 11akmun Sulaiman, terutama dalam mcnctilpa tkan data sekull- der serta memperkenalkan kami dengan warga masyarakat, yang kemudian menjadi responden sekaligus informan pcnelitian 1ni. Kepada mereka semua, kami mengucapkan terima kasih. Banda Acen, ~ Desember 2005 Adnun Jebdt8.1ah

i i

KATA PENGANTAR

Studi inl dilaksanakan Galam hubungan dengan program penge~

bangan penelitian pada Pusat Penelitian Ilmu Sosia~ dan Bu- daya (PPISB) Universitas Syiah Kuala. Kegiatan lapangan se-

~ama 30 hari, 23 Agustus-22 September 2005, berlangsung di Meunasah Sirong-Pidie. Kesempatan berada di lapangan memung kinkan kami untuk mengumpulkan data, mencari kategori-kate~

gori dan cirl-ciri untuk masing-masing kategori dari d'ata ya:r:g terkumpulkan. Selanjutnya, antara satu kategori dengan kategori lainnya dibanding-bandingkan dao dalam batas-batas tertentu dl1akukan anal is is dan abstraksi untuk kemudian

di

tarik kesimpulan yang relevan. Diskusi dengan sesama peser- ta peneliti, berjumlah sepuluh orang, serta konsultasi de- ngan Kepala PPISB-Unsyiah telah memungkinkan kami untuk le- bih mengarahkan penelitian kp.pada sasaran yang lebih tepat.

Pelaksanaan penelitian ini dimungkinkan antara lain k~

rena bantuan dari banyak pihak. Melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kep.'1.'tn Prci'. Dr. D<lhrei:1 T. Sugihein, ~:..\, l:epala PPISB-Unsy1ah, y3.n;,;.: mempercayai 5e- kaligus membimbing kami sebagai salnh 3corang p'.!se!.'t:". :1!'O- gram tahun 2005. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan k~

pacta jajaran kerja Sekretariat PPISB-Unsyiah di bawah koor~

dinasi Saudara Abdurrahman, SH, HA, selaku Sekretaris. Se lama berada di lapangan, kami juga menerima bantuan dari Bapak Burhan Yahya, Keuchik Meun:3s"1h SironC't da!1 Sc:.ud2 ra 11akmun Sulaiman, terutama dalam mcnctilpa tkan data sekull- der serta memperkenalkan kami dengan warga masyarakat, yang kemudian menjadi responden sekaligus informan pcnelitian 1ni. Kepada mereka semua, kami mengucapkan terima kasih. Banda Acen, ~ Desember 2005 Adnun Jebdt8.1ah

i i

KATA PENGANTAR

Studi inl dilaksanakan Galam hubungan dengan program penge~

bangan penelitian pada Pusat Penelitian Ilmu Sosia~ dan Bu- daya (PPISB) Universitas Syiah Kuala. Kegiatan lapangan se-

~ama 30 hari, 23 Agustus-22 September 2005, berlangsung di Meunasah Sirong-Pidie. Kesempatan berada di lapangan memung kinkan kami untuk mengumpulkan data, mencari kategori-kate~

gori dan cirl-ciri untuk masing-masing kategori dari d'ata ya:r:g terkumpulkan. Selanjutnya, antara satu kategori dengan kategori lainnya dibanding-bandingkan dao dalam batas-batas tertentu dl1akukan anal is is dan abstraksi untuk kemudian

di

tarik kesimpulan yang relevan. Diskusi dengan sesama peser- ta peneliti, berjumlah sepuluh orang, serta konsultasi de- ngan Kepala PPISB-Unsyiah telah memungkinkan kami untuk le- bih mengarahkan penelitian kp.pada sasaran yang lebih tepat.

Pelaksanaan penelitian ini dimungkinkan antara lain k~

rena bantuan dari banyak pihak. Melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kep.'1.'tn Prci'. Dr. D<lhrei:1 T. Sugihein, ~:..\, l:epala PPISB-Unsy1ah, y3.n;,;.: mempercayai 5e- kaligus membimbing kami sebagai salnh 3corang p'.!se!.'t:". :1!'O- gram tahun 2005. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan k~

pacta jajaran kerja Sekretariat PPISB-Unsyiah di bawah koor~

dinasi Saudara Abdurrahman, SH, HA, selaku Sekretaris. Se lama berada di lapangan, kami juga menerima bantuan dari Bapak Burhan Yahya, Keuchik Meun:3s"1h SironC't da!1 Sc:.ud2 ra 11akmun Sulaiman, terutama dalam mcnctilpa tkan data sekull- der serta memperkenalkan kami dengan warga masyarakat, yang kemudian menjadi responden sekaligus informan pcnelitian 1ni. Kepada mereka semua, kami mengucapkan terima kasih. Banda Acen, ~ Desember 2005 Adnun Jebdt8.1ah

i i

(3)

DAFTAR ISI

Ha1aman KAV. PENGANTAR • • • • • • •• • • • • • • •

..

i i

DAFTAR ISI

· . .. .. ..

i i l

Bab

I. PE~'DAHULU AN

.. .. .. .. .. .. ..

I

A. Permasalahan

.. .. .. .. .. .. ..

1

B. Kerangka Pemikiran

..

S

C. Pendekatan Penelitian

.. .. ..

9

11. KONTEKS LINGKUIIG All DAN BUDAYA 14

A. Lingkungan Alam

.. .. .. .. .. .. .. ..

14'

B. Ciri S051a1 dan Budaya

. .. ..

16

C. Penyakit dan Penyembuhannya

..

19

D. Kebersamaan yang Tulus

. .. .. ..

22

E. Ri tual- Ri tual Penyembuhan

. .. ..

26

I l l . DIMENSI SOSIAL PENYAKIT

.. ..

29

,

Sumber Penyakit

".

.. .. . .

29

B. "lenyatu Da1aJ:l Tubuh

.

33

C. Hidup Untuk l)enyaki t

, . .. :0

D. r:ehendak Untuk Sembuh

.. ..

'r :J

-, Laki dan Perempuan Bcrbedo? I~ 3

r"

· . ..

IV. TUEUH

.

, TABlB, TAWAKAL

.. · . ..

46

Ji\.:a, Tubuh, dan Lingkung2!1 46

A .

.. ..

B. Melawan atau Melarikan Diri

.. .. ..

4"8

C. Desah Kelegaan

.. .. ..

50

n.'PT/.R PUST~\}~-\

.. .. .. .. · . ..

r '

i i l DAFTAR ISI

Ha1aman KAV. PENGANTAR • • • • • • •• • • • • • • •

..

i i

DAFTAR ISI

· . .. .. ..

i i l

Bab

I. PE~'DAHULU AN

.. .. .. .. .. .. ..

I

A. Permasalahan

.. .. .. .. .. .. ..

1

B. Kerangka Pemikiran

..

S

C. Pendekatan Penelitian

.. .. ..

9

11. KONTEKS LINGKUIIG All DAN BUDAYA 14

A. Lingkungan Alam

.. .. .. .. .. .. .. ..

14'

B. Ciri S051a1 dan Budaya

. .. ..

16

C. Penyakit dan Penyembuhannya

..

19

D. Kebersamaan yang Tulus

. .. .. ..

22

E. Ri tual- Ri tual Penyembuhan

. .. ..

26

I l l . DIMENSI SOSIAL PENYAKIT

.. ..

29

,

Sumber Penyakit

".

.. .. . .

29

B. "lenyatu Da1aJ:l Tubuh

.

33

C. Hidup Untuk l)enyaki t

, . .. :0

D. r:ehendak Untuk Sembuh

.. ..

'r :J

-, Laki dan Perempuan Bcrbedo? I~ 3

r"

· . ..

IV. TUEUH

.

, TABlB, TAWAKAL

.. · . ..

46

Ji\.:a, Tubuh, dan Lingkung2!1 46

A .

.. ..

B. Melawan atau Melarikan Diri

.. .. ..

4"8

C. Desah Kelegaan

.. .. ..

50

n.'PT/.R PUST~\}~-\

.. .. .. .. · . ..

r '

i i l DAFTAR ISI

Ha1aman KAV. PENGANTAR • • • • • • •• • • • • • • •

..

i i

DAFTAR ISI

· . .. .. ..

i i l

Bab

I. PE~'DAHULU AN

.. .. .. .. .. .. ..

I

A. Permasalahan

.. .. .. .. .. .. ..

1

B. Kerangka Pemikiran

..

S

C. Pendekatan Penelitian

.. .. ..

9

11. KONTEKS LINGKUIIG All DAN BUDAYA 14

A. Lingkungan Alam

.. .. .. .. .. .. .. ..

14'

B. Ciri S051a1 dan Budaya

. .. ..

16

C. Penyakit dan Penyembuhannya

..

19

D. Kebersamaan yang Tulus

. .. .. ..

22

E. Ri tual- Ri tual Penyembuhan

. .. ..

26

I l l . DIMENSI SOSIAL PENYAKIT

.. ..

29

,

Sumber Penyakit

".

.. .. . .

29

B. "lenyatu Da1aJ:l Tubuh

.

33

C. Hidup Untuk l)enyaki t

, . .. :0

D. r:ehendak Untuk Sembuh

.. ..

'r :J

-, Laki dan Perempuan Bcrbedo? I~ 3

r"

· . ..

IV. TUEUH

.

, TABlB, TAWAKAL

.. · . ..

46

Ji\.:a, Tubuh, dan Lingkung2!1 46

A .

.. ..

B. Melawan atau Melarikan Diri

.. .. ..

4"8

C. Desah Kelegaan

.. .. ..

50

n.'PT/.R PUST~\}~-\

.. .. .. .. · . ..

r '

i i l

(4)

A. Permasalahan

BAB I

PENDAHUWAN

Akhir tahun 70-an abad ke-20 yang baru 1alu, WHO merumuskan

suatu strategi pembangunan kesehatan dengan tema: IIHealth For All By The Year 2000". Strategi terscbut lebih diarahkan kepada ~ujuan, bahwa pada tahun 2000 setiap orang memiliki derajad kesehatan yang memungkinkan mereka menikmati hidup yang produktlf secara 50ala-1 dan ekonomi .. Derajad kesehatan umumnya didasarkan pada angka kematian, terutama kematian anak-anak, umur harapan, serta angka kesakltan. Hidup yang produktif biasanya diukur berdasarkan prestasl kerja, absen- si dari kerja, dan ketidakmampuan ragawi .

Derajad kesehatan berubah-ubah mengikutl tingkat per- tumbuhan ragawi manusia. Kondisi kesehatan yang paling prima adalah pada waktu lahir hingga berumur enam bulan serta pada awal masa remaja. Kesehatan imunologis terendah terdn~~t p~ _

da UL'Iur enp.:lt bulan (1) dan tcrtinggi pada saat d~:,·as,-. Ko~···

disi kesehatan umumnya cenderung berfluktuasi mengikuti i~ry­

ma biologis yang bersifat harian, mingguan, bulanan, dan ta- hunan. Dalam ungkapan lain dapat dikemukakan bahwa derajad kesehatan tergantung pada adaptasi terhadap kepompong (incu- batpr). Kepompong i tu melindungi individu dan berubah-ubah sejak dari masa dalam rahim kernudian berlanjut dalam ~elu­

arga dan masyarakat (Yacob, 1992:23).

S~rategi pembangunan kesehatan yang dikemukakan d1 atas setidak-tidaknya terkai t dengan dua pola pemaha'llan masyara- kat yang kurang berdaya secara ekonomi. Pertama, lapisan ma- syarakat rniskin cenderung memahami bahwa antara sehat dan sakit merupakan fenomena yang diskrit. Kedua gejala tersebut sebetulnya berada pada dua titik terujung dari suatu garis

1 A. Permasalahan

BAB I

PENDAHUWAN

Akhir tahun 70-an abad ke-20 yang baru 1alu, WHO merumuskan

suatu strategi pembangunan kesehatan dengan tema: IIHealth For All By The Year 2000". Strategi terscbut lebih diarahkan kepada ~ujuan, bahwa pada tahun 2000 setiap orang memiliki derajad kesehatan yang memungkinkan mereka menikmati hidup yang produktlf secara 50ala-1 dan ekonomi .. Derajad kesehatan umumnya didasarkan pada angka kematian, terutama kematian anak-anak, umur harapan, serta angka kesakltan. Hidup yang produktif biasanya diukur berdasarkan prestasl kerja, absen- si dari kerja, dan ketidakmampuan ragawi .

Derajad kesehatan berubah-ubah mengikutl tingkat per- tumbuhan ragawi manusia. Kondisi kesehatan yang paling prima adalah pada waktu lahir hingga berumur enam bulan serta pada awal masa remaja. Kesehatan imunologis terendah terdn~~t p~ _

da UL'Iur enp.:lt bulan (1) dan tcrtinggi pada saat d~:,·as,-. Ko~···

disi kesehatan umumnya cenderung berfluktuasi mengikuti i~ry­

ma biologis yang bersifat harian, mingguan, bulanan, dan ta- hunan. Dalam ungkapan lain dapat dikemukakan bahwa derajad kesehatan tergantung pada adaptasi terhadap kepompong (incu- batpr). Kepompong i tu melindungi individu dan berubah-ubah sejak dari masa dalam rahim kernudian berlanjut dalam ~elu­

arga dan masyarakat (Yacob, 1992:23).

S~rategi pembangunan kesehatan yang dikemukakan d1 atas setidak-tidaknya terkai t dengan dua pola pemaha'llan masyara- kat yang kurang berdaya secara ekonomi. Pertama, lapisan ma- syarakat rniskin cenderung memahami bahwa antara sehat dan sakit merupakan fenomena yang diskrit. Kedua gejala tersebut sebetulnya berada pada dua titik terujung dari suatu garis

1 A. Permasalahan

BAB I

PENDAHUWAN

Akhir tahun 70-an abad ke-20 yang baru 1alu, WHO merumuskan

suatu strategi pembangunan kesehatan dengan tema: IIHealth For All By The Year 2000". Strategi terscbut lebih diarahkan kepada ~ujuan, bahwa pada tahun 2000 setiap orang memiliki derajad kesehatan yang memungkinkan mereka menikmati hidup yang produktlf secara 50ala-1 dan ekonomi .. Derajad kesehatan umumnya didasarkan pada angka kematian, terutama kematian anak-anak, umur harapan, serta angka kesakltan. Hidup yang produktif biasanya diukur berdasarkan prestasl kerja, absen- si dari kerja, dan ketidakmampuan ragawi .

Derajad kesehatan berubah-ubah mengikutl tingkat per- tumbuhan ragawi manusia. Kondisi kesehatan yang paling prima adalah pada waktu lahir hingga berumur enam bulan serta pada awal masa remaja. Kesehatan imunologis terendah terdn~~t p~ _

da UL'Iur enp.:lt bulan (1) dan tcrtinggi pada saat d~:,·as,-. Ko~···

disi kesehatan umumnya cenderung berfluktuasi mengikuti i~ry­

ma biologis yang bersifat harian, mingguan, bulanan, dan ta- hunan. Dalam ungkapan lain dapat dikemukakan bahwa derajad kesehatan tergantung pada adaptasi terhadap kepompong (incu- batpr). Kepompong i tu melindungi individu dan berubah-ubah sejak dari masa dalam rahim kernudian berlanjut dalam ~elu­

arga dan masyarakat (Yacob, 1992:23).

S~rategi pembangunan kesehatan yang dikemukakan d1 atas setidak-tidaknya terkai t dengan dua pola pemaha'llan masyara- kat yang kurang berdaya secara ekonomi. Pertama, lapisan ma- syarakat rniskin cenderung memahami bahwa antara sehat dan sakit merupakan fenomena yang diskrit. Kedua gejala tersebut sebetulnya berada pada dua titik terujung dari suatu garis

1

(5)

2

koptinum. Ini berarti bahwa keberhasilan sua tu strategi pe~

'bangunan kesehatan tidak kontinyu mengikuti garis linear yang negatif slope-nya. Kemajuan dan temuan-temuan baru di bidang kedokteran selama tahun-tahun pertama pertengahan abad ke-19 hingga sekarang pernah menumbuhkan harapan eeca- ra. meluas terhadap terwujudnya "dunia tanpa ·penyaki t U (Zola,

1984:111). Namun da1am kenyataan tidak jarang terjadi bahwa

setelah suatu penyakit berhasil diberantas, muncul pula pe- nyakit baru. Atau penyakit lama yang dianggap sudah hilang, muncul kembali setelah berlalu beberapa waktu (Capra, 1997:

414). Penyakit framboesia, beri-beri, busung lapar, cacar, dan penyakit kulit lainnya yang sudah pernah hilang sejak tahun 60-an abad ke-20 yang baru lalu, dalam tahun-tahun terakhir muncul kembalia Capra (1997:474) cenderung menghu- bungkan daur ulang pola penyakit demikian dengan kasus love canal.

Kedua, masyarakat kelompok miskin juga memahami bahwa penyakit merupakan gejala abnormal yang jarang terjadi dan luar biasa. Tidak mengunjungi dokter atau tempat- tempat penyer:'ibuhan yang lain, berarti sehat. Hingga dengan tal:un 1800, di kalangan masyarakat berkembang anggapan bah ... a ke- sehatan adalah kondisi yang berbeda dengan sakit. Tetapi sejak permulaan tahun 1900 para peneliti menemukan banyak kasU3 bahwa para korban epedemi tidak hanya orang-orang yang tidak sehat. Rata-rata para korban mendapat microorga- nisme melalui air, udara, atau tinja orang-orang yang ter- kontaminasi . Sejak saat itu t!mbu1 kesadaran bahwa massalah penyakit berkore1asi dengan kondisi sanitasl 11ngkungan

(Donate11e dan Davis, 1997:2).

Dari segi budaya, penyakit tidak hanya semata-mata di- fahami sebagai fenomena biologis . Persoalan kesehatan juga berpautan dengan peran-peran 805ia1 tertentu yang mendatang- kan hak dan kewajiban. Penyakit sa1ing berpautan dengan ba-

2

koptinum. Ini berarti bahwa keberhasilan sua tu strategi pe~

'bangunan kesehatan tidak kontinyu mengikuti garis linear yang negatif slope-nya. Kemajuan dan temuan-temuan baru di bidang kedokteran selama tahun-tahun pertama pertengahan abad ke-19 hingga sekarang pernah menumbuhkan harapan eeca- ra. meluas terhadap terwujudnya "dunia tanpa ·penyaki t U (Zola,

1984:111). Namun da1am kenyataan tidak jarang terjadi bahwa

setelah suatu penyakit berhasil diberantas, muncul pula pe- nyakit baru. Atau penyakit lama yang dianggap sudah hilang, muncul kembali setelah berlalu beberapa waktu (Capra, 1997:

414). Penyakit framboesia, beri-beri, busung lapar, cacar, dan penyakit kulit lainnya yang sudah pernah hilang sejak tahun 60-an abad ke-20 yang baru lalu, dalam tahun-tahun terakhir muncul kembalia Capra (1997:474) cenderung menghu- bungkan daur ulang pola penyakit demikian dengan kasus love canal.

Kedua, masyarakat kelompok miskin juga memahami bahwa penyakit merupakan gejala abnormal yang jarang terjadi dan luar biasa. Tidak mengunjungi dokter atau tempat- tempat penyer:'ibuhan yang lain, berarti sehat. Hingga dengan tal:un 1800, di kalangan masyarakat berkembang anggapan bah ... a ke- sehatan adalah kondisi yang berbeda dengan sakit. Tetapi sejak permulaan tahun 1900 para peneliti menemukan banyak kasU3 bahwa para korban epedemi tidak hanya orang-orang yang tidak sehat. Rata-rata para korban mendapat microorga- nisme melalui air, udara, atau tinja orang-orang yang ter- kontaminasi . Sejak saat itu t!mbu1 kesadaran bahwa massalah penyakit berkore1asi dengan kondisi sanitasl 11ngkungan

(Donate11e dan Davis, 1997:2).

Dari segi budaya, penyakit tidak hanya semata-mata di- fahami sebagai fenomena biologis . Persoalan kesehatan juga berpautan dengan peran-peran 805ia1 tertentu yang mendatang- kan hak dan kewajiban. Penyakit sa1ing berpautan dengan ba-

2

koptinum. Ini berarti bahwa keberhasilan sua tu strategi pe~

'bangunan kesehatan tidak kontinyu mengikuti garis linear yang negatif slope-nya. Kemajuan dan temuan-temuan baru di bidang kedokteran selama tahun-tahun pertama pertengahan abad ke-19 hingga sekarang pernah menumbuhkan harapan eeca- ra. meluas terhadap terwujudnya "dunia tanpa ·penyaki t U (Zola,

1984:111). Namun da1am kenyataan tidak jarang terjadi bahwa

setelah suatu penyakit berhasil diberantas, muncul pula pe- nyakit baru. Atau penyakit lama yang dianggap sudah hilang, muncul kembali setelah berlalu beberapa waktu (Capra, 1997:

414). Penyakit framboesia, beri-beri, busung lapar, cacar, dan penyakit kulit lainnya yang sudah pernah hilang sejak tahun 60-an abad ke-20 yang baru lalu, dalam tahun-tahun terakhir muncul kembalia Capra (1997:474) cenderung menghu- bungkan daur ulang pola penyakit demikian dengan kasus love canal.

Kedua, masyarakat kelompok miskin juga memahami bahwa penyakit merupakan gejala abnormal yang jarang terjadi dan luar biasa. Tidak mengunjungi dokter atau tempat- tempat penyer:'ibuhan yang lain, berarti sehat. Hingga dengan tal:un 1800, di kalangan masyarakat berkembang anggapan bah ... a ke- sehatan adalah kondisi yang berbeda dengan sakit. Tetapi sejak permulaan tahun 1900 para peneliti menemukan banyak kasU3 bahwa para korban epedemi tidak hanya orang-orang yang tidak sehat. Rata-rata para korban mendapat microorga- nisme melalui air, udara, atau tinja orang-orang yang ter- kontaminasi . Sejak saat itu t!mbu1 kesadaran bahwa massalah penyakit berkore1asi dengan kondisi sanitasl 11ngkungan

(Donate11e dan Davis, 1997:2).

Dari segi budaya, penyakit tidak hanya semata-mata di- fahami sebagai fenomena biologis . Persoalan kesehatan juga berpautan dengan peran-peran 805ia1 tertentu yang mendatang- kan hak dan kewajiban. Penyakit sa1ing berpautan dengan ba-

(6)

3

nyak karakterist1k 505ia1, seperti asal usul etnik, kelas 505ia1, ras, status pekerjaan, pekerjaan, pola perilaku, lingkungan geografi, serta pandangan tentang makna sehat dan sakit (Kovner, 1996: 21). Para pene1iti yang mengkaji keterkaitan antarre kebudayaan dan morbidita~ menemukan dua kecenderungan tentang adanya penyakit dalam suatu masyara- kat (Zola, 1984:115-6). Pertama, dikaitkan dengan actual urevalence. Apabila suatu gejala penyakit telah menyebar l~

as, maka penyakit tersebut tidak lagi dianggap sebagai simE tomatik. Kedua, dihubungkan dengan orientasi ni1al dominan masyarakat. Pada masyarakat tertentu, keluhan-keluhan fisik yang lazlm disebut morning sickness tidak dltemukan pada p~

rempuan, bahkan diterima dengan senang hati.

Temuan pene1itian seperti dikemukakan di atas agaknya juga merupakan geja1a yang umum dijumpar pada masyarakat Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Kadarsyah (1988:

57-60) pernah menginventarisasikan berbagai jenis penyakit yang dikena1 masyarakat desa di Kabupaten Aceh Besar, me1a- lui suatu studi kasus di des a Lambunot, yaitu me1iputi 113 jenin penyaki t, yal'l~ selanjutnya dikelompokkan ke dalam sc:.!

bilan kategori. Hasing-masing kategori itu meliputi ke1om- pok penyakit yang berhubungan dengan kelainan pada kulit, kelainar. saluran pernafasan, penyakit yang berhubungan de- ngan saluran kemih dan kelamin, serta penyakit yang berhu- bungan dengan saluran cerna. Kategori yang lain meliputi kelompok penyald t yang berhubungan rlengun jantung, peredar- an darah, dan darah, yang berhubungan dengan otot, persa- rafan, dan daerah kepala, penyakit yang berhubungan dengan tulang-belulang, yang berhubungan dengan pengaruh makh1uk halus, serta jeniB- jenis penyakit yang lain. Temuan peneli- tian Kadarsyah juga dilengkapi dengan jenis- jenis obat yang dikenal masyarakat untuk masing-masing jenis penyakit itu.

Pene1itian lain (Daud, 1988: 55-62) juga mengungkapkan 3

nyak karakterist1k 505ia1, seperti asal usul etnik, kelas 505ia1, ras, status pekerjaan, pekerjaan, pola perilaku, lingkungan geografi, serta pandangan tentang makna sehat dan sakit (Kovner, 1996: 21). Para pene1iti yang mengkaji keterkaitan antarre kebudayaan dan morbidita~ menemukan dua kecenderungan tentang adanya penyakit dalam suatu masyara- kat (Zola, 1984:115-6). Pertama, dikaitkan dengan actual urevalence. Apabila suatu gejala penyakit telah menyebar l~

as, maka penyakit tersebut tidak lagi dianggap sebagai simE tomatik. Kedua, dihubungkan dengan orientasi ni1al dominan masyarakat. Pada masyarakat tertentu, keluhan-keluhan fisik yang lazlm disebut morning sickness tidak dltemukan pada p~

rempuan, bahkan diterima dengan senang hati.

Temuan pene1itian seperti dikemukakan di atas agaknya juga merupakan geja1a yang umum dijumpar pada masyarakat Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Kadarsyah (1988:

57-60) pernah menginventarisasikan berbagai jenis penyakit yang dikena1 masyarakat desa di Kabupaten Aceh Besar, me1a- lui suatu studi kasus di des a Lambunot, yaitu me1iputi 113 jenin penyaki t, yal'l~ selanjutnya dikelompokkan ke dalam sc:.!

bilan kategori. Hasing-masing kategori itu meliputi ke1om- pok penyakit yang berhubungan dengan kelainan pada kulit, kelainar. saluran pernafasan, penyakit yang berhubungan de- ngan saluran kemih dan kelamin, serta penyakit yang berhu- bungan dengan saluran cerna. Kategori yang lain meliputi kelompok penyald t yang berhubungan rlengun jantung, peredar- an darah, dan darah, yang berhubungan dengan otot, persa- rafan, dan daerah kepala, penyakit yang berhubungan dengan tulang-belulang, yang berhubungan dengan pengaruh makh1uk halus, serta jeniB- jenis penyakit yang lain. Temuan peneli- tian Kadarsyah juga dilengkapi dengan jenis- jenis obat yang dikenal masyarakat untuk masing-masing jenis penyakit itu.

Pene1itian lain (Daud, 1988: 55-62) juga mengungkapkan 3

nyak karakterist1k 505ia1, seperti asal usul etnik, kelas 505ia1, ras, status pekerjaan, pekerjaan, pola perilaku, lingkungan geografi, serta pandangan tentang makna sehat dan sakit (Kovner, 1996: 21). Para pene1iti yang mengkaji keterkaitan antarre kebudayaan dan morbidita~ menemukan dua kecenderungan tentang adanya penyakit dalam suatu masyara- kat (Zola, 1984:115-6). Pertama, dikaitkan dengan actual urevalence. Apabila suatu gejala penyakit telah menyebar l~

as, maka penyakit tersebut tidak lagi dianggap sebagai simE tomatik. Kedua, dihubungkan dengan orientasi ni1al dominan masyarakat. Pada masyarakat tertentu, keluhan-keluhan fisik yang lazlm disebut morning sickness tidak dltemukan pada p~

rempuan, bahkan diterima dengan senang hati.

Temuan pene1itian seperti dikemukakan di atas agaknya juga merupakan geja1a yang umum dijumpar pada masyarakat Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Kadarsyah (1988:

57-60) pernah menginventarisasikan berbagai jenis penyakit yang dikena1 masyarakat desa di Kabupaten Aceh Besar, me1a- lui suatu studi kasus di des a Lambunot, yaitu me1iputi 113 jenin penyaki t, yal'l~ selanjutnya dikelompokkan ke dalam sc:.!

bilan kategori. Hasing-masing kategori itu meliputi ke1om- pok penyakit yang berhubungan dengan kelainan pada kulit, kelainar. saluran pernafasan, penyakit yang berhubungan de- ngan saluran kemih dan kelamin, serta penyakit yang berhu- bungan dengan saluran cerna. Kategori yang lain meliputi kelompok penyald t yang berhubungan rlengun jantung, peredar- an darah, dan darah, yang berhubungan dengan otot, persa- rafan, dan daerah kepala, penyakit yang berhubungan dengan tulang-belulang, yang berhubungan dengan pengaruh makh1uk halus, serta jeniB- jenis penyakit yang lain. Temuan peneli- tian Kadarsyah juga dilengkapi dengan jenis- jenis obat yang dikenal masyarakat untuk masing-masing jenis penyakit itu.

Pene1itian lain (Daud, 1988: 55-62) juga mengungkapkan

(7)

4

be~erapa jenis penyakit yang dipercayai oleh masyarakat d~

sa di Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar hanya da- pat disembuhkan melalui praktek meurajah (bacaan mantera). Ke dalam kelompok penyakit inl termasuk meurampot, teukeu-

nong, seureubOK, dan teumeugu. Keempat jenis penyakit inl dipercayai bersumber dari pengaruh makhluk halus yang di- manfaatkan oleh dUkun-dukun tertentu untuk melampiaskan

dendamnya atau permlntaan plhak lain terhadap seseorang. Untuk mengobatinya diperlukan bantuan dukun lain. Dalam hal inl penelitian tersebut membedakan tiga kelompok dukun yaltu pawang (dukun), teungku meurajah (membacakan ayat- ayat Quran), dan tabib, yaitu tergantung pada cara pengo- batan yang digunakannya, yaitu dengan meminta bantuan makh luk halus, atau rnembaca ayat-ayat tertentu yang terdapat dalam AI-Quran, ataupun menggunakan ramuan obat tradisio- nal. Dalam mengobati pasiennya, pawang biasanya mengguna- kan benda-benda tertentu, seperti jeruk purut, kunyit, si- rih, pi nang, dan kapur, serta kemenyan.

Data yang bersumber dari lembaga rermi, neperti Bad~::1

Pusn.t Stati~":il< provinei maupun l;:abupo.tc:)/:.J~;" , ti. p t~!:··::

menurbi tkan lapor,:m berbentuk angka-angi:i:l t..).: L::ng -D~rbab::':

macam l<:egiatan pembangunan, tanpa kecuali termasuk kegiat- an di bidang kesehatan. Dari l aporan demikian dapat dike- tahui jenis penyakit dan jumlah penderita yang datang ber- obat pada pU!Jut-p::.sat pelayanan keaehatan, tClmasL.k rumai.

sakit pcmerintah r:::?.upun swasta. Sua"tu h~'l Y3.nr mcr~rik u:.- tuk dipertanyakan adalah bahwa angka kunjungan borobat c!:-:1

jenis penyaki t yang dilaporkan dalam tahun- tahun sebel ul',l 2005 umumnya jauh berada di bawah angka !;unjung:ln berob.at dan jenis penyakit yang dilaporkan setelah gempa bumi dan gelombang tsunami akhir Desember 2004 . Dalam hal ini anta- ra lain dapat dibandingkan dengan lapor2n trj_~iuh'.n l~cdua

2005 dari International Medical Corps Kecamatan Jaya, baik 4

be~erapa jenis penyakit yang dipercayai oleh masyarakat d~

sa di Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar hanya da- pat disembuhkan melalui praktek meurajah (bacaan mantera). Ke dalam kelompok penyakit inl termasuk meurampot, teukeu-

nong, seureubOK, dan teumeugu. Keempat jenis penyakit inl dipercayai bersumber dari pengaruh makhluk halus yang di- manfaatkan oleh dUkun-dukun tertentu untuk melampiaskan

dendamnya atau permlntaan plhak lain terhadap seseorang. Untuk mengobatinya diperlukan bantuan dukun lain. Dalam hal inl penelitian tersebut membedakan tiga kelompok dukun yaltu pawang (dukun), teungku meurajah (membacakan ayat- ayat Quran), dan tabib, yaitu tergantung pada cara pengo- batan yang digunakannya, yaitu dengan meminta bantuan makh luk halus, atau rnembaca ayat-ayat tertentu yang terdapat dalam AI-Quran, ataupun menggunakan ramuan obat tradisio- nal. Dalam mengobati pasiennya, pawang biasanya mengguna- kan benda-benda tertentu, seperti jeruk purut, kunyit, si- rih, pi nang, dan kapur, serta kemenyan.

Data yang bersumber dari lembaga rermi, neperti Bad~::1

Pusn.t Stati~":il< provinei maupun l;:abupo.tc:)/:.J~;" , ti. p t~!:··::

menurbi tkan lapor,:m berbentuk angka-angi:i:l t..).: L::ng -D~rbab::':

macam l<:egiatan pembangunan, tanpa kecuali termasuk kegiat- an di bidang kesehatan. Dari l aporan demikian dapat dike- tahui jenis penyakit dan jumlah penderita yang datang ber- obat pada pU!Jut-p::.sat pelayanan keaehatan, tClmasL.k rumai.

sakit pcmerintah r:::?.upun swasta. Sua"tu h~'l Y3.nr mcr~rik u:.- tuk dipertanyakan adalah bahwa angka kunjungan borobat c!:-:1

jenis penyaki t yang dilaporkan dalam tahun- tahun sebel ul',l 2005 umumnya jauh berada di bawah angka !;unjung:ln berob.at dan jenis penyakit yang dilaporkan setelah gempa bumi dan gelombang tsunami akhir Desember 2004 . Dalam hal ini anta- ra lain dapat dibandingkan dengan lapor2n trj_~iuh'.n l~cdua

2005 dari International Medical Corps Kecamatan Jaya, baik 4

be~erapa jenis penyakit yang dipercayai oleh masyarakat d~

sa di Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar hanya da- pat disembuhkan melalui praktek meurajah (bacaan mantera). Ke dalam kelompok penyakit inl termasuk meurampot, teukeu-

nong, seureubOK, dan teumeugu. Keempat jenis penyakit inl dipercayai bersumber dari pengaruh makhluk halus yang di- manfaatkan oleh dUkun-dukun tertentu untuk melampiaskan

dendamnya atau permlntaan plhak lain terhadap seseorang. Untuk mengobatinya diperlukan bantuan dukun lain. Dalam hal inl penelitian tersebut membedakan tiga kelompok dukun yaltu pawang (dukun), teungku meurajah (membacakan ayat- ayat Quran), dan tabib, yaitu tergantung pada cara pengo- batan yang digunakannya, yaitu dengan meminta bantuan makh luk halus, atau rnembaca ayat-ayat tertentu yang terdapat dalam AI-Quran, ataupun menggunakan ramuan obat tradisio- nal. Dalam mengobati pasiennya, pawang biasanya mengguna- kan benda-benda tertentu, seperti jeruk purut, kunyit, si- rih, pi nang, dan kapur, serta kemenyan.

Data yang bersumber dari lembaga rermi, neperti Bad~::1

Pusn.t Stati~":il< provinei maupun l;:abupo.tc:)/:.J~;" , ti. p t~!:··::

menurbi tkan lapor,:m berbentuk angka-angi:i:l t..).: L::ng -D~rbab::':

macam l<:egiatan pembangunan, tanpa kecuali termasuk kegiat- an di bidang kesehatan. Dari l aporan demikian dapat dike- tahui jenis penyakit dan jumlah penderita yang datang ber- obat pada pU!Jut-p::.sat pelayanan keaehatan, tClmasL.k rumai.

sakit pcmerintah r:::?.upun swasta. Sua"tu h~'l Y3.nr mcr~rik u:.- tuk dipertanyakan adalah bahwa angka kunjungan borobat c!:-:1

jenis penyaki t yang dilaporkan dalam tahun- tahun sebel ul',l 2005 umumnya jauh berada di bawah angka !;unjung:ln berob.at dan jenis penyakit yang dilaporkan setelah gempa bumi dan gelombang tsunami akhir Desember 2004 . Dalam hal ini anta- ra lain dapat dibandingkan dengan lapor2n trj_~iuh'.n l~cdua

2005 dari International Medical Corps Kecamatan Jaya, baik

(8)

5 angka kunjungan berobat maupun jenis penyakit.

Berlatarbelakangkan temuan- temuan penelitian sebelumnya yang dikemukakan di atas agaknya menarik untuk dipertanyakan ten tang sikap atau perilaku responsif masyarakat desa di da~

rah .Aceh saat menderita sua tu penyakit. Apakah mereka mela- wannya ataukah melarikan diri dari realitas yang dihadapi-

nya. Dengan menggunkan informasi yang terjaring melalul Bua- tu kajian lapangan pada satu unit pemukiman, dan diperluas dengan informasi sekunder, agaknya penelitian inl dapat meng ungkapkan respons masyarakat yang kurang berdaya dalam ekonomi maupun pengetahuan kognitif, di saat-saat mereka me- rasa dirinya sakit.

B. Kerangka Pemikiran

Semua kita tabu bahwa di dunia ini ada orang yang sakit dan ada pula orang yang bersedia menolong seaamanya yang sakit.

Tetapi tidak semua 0 rang tahu cara menanganinya, karena ke'- terbatasan pengetahuan ten tang faktor penyebabnya. Dalam konsepsi keacehan (Sakti, 2004 :2- 3), penyakit itu dihubung- kan dengan terjadinya gangguan pada kond':si ikescir.!bang::in c.:"

antara unsur-unSUr pcmbcntuk tubuh manucia.. BahH<l tubU:l :.. _ nusia terbentuk atae unsur-unsur air, tanah, api, dan angin serta diIengke-.pi dengan roh. Masing-masing unsur i tu memi- Iiki tabiat yar.g berbeda, sehingga sulit merukunkannya. larena i tu, bentult, watak, dan kondiGi rnasing-m3sing ora!";....,

berbeda antara yanE; satu dengan yang lain. Kesehatan mam.- sia sangat tergantung pada keseimbangan pengaruh di anta:::-.:...

keem}:El t unsu!' i tu. l?enyaki t timbul pacta seseorang karenn.

keseimbangan pengaruh i tu terganggu. Untuk mengembalika!1n"<l kepada keadaan keseimbangan semula, diperlukan bantuan da-

ri tabib, yaitu dengan memberikan obat yang tepat.

Ilmu ketabiban terbentuk sebagai hasil kombinasi di antara ilmu kimia, fisika, dan biologi, serta dihubungkan

5 angka kunjungan berobat maupun jenis penyakit.

Berlatarbelakangkan temuan- temuan penelitian sebelumnya yang dikemukakan di atas agaknya menarik untuk dipertanyakan ten tang sikap atau perilaku responsif masyarakat desa di da~

rah .Aceh saat menderita sua tu penyakit. Apakah mereka mela- wannya ataukah melarikan diri dari realitas yang dihadapi-

nya. Dengan menggunkan informasi yang terjaring melalul Bua- tu kajian lapangan pada satu unit pemukiman, dan diperluas dengan informasi sekunder, agaknya penelitian inl dapat meng ungkapkan respons masyarakat yang kurang berdaya dalam ekonomi maupun pengetahuan kognitif, di saat-saat mereka me- rasa dirinya sakit.

B. Kerangka Pemikiran

Semua kita tabu bahwa di dunia ini ada orang yang sakit dan ada pula orang yang bersedia menolong seaamanya yang sakit.

Tetapi tidak semua 0 rang tahu cara menanganinya, karena ke'- terbatasan pengetahuan ten tang faktor penyebabnya. Dalam konsepsi keacehan (Sakti, 2004 :2- 3), penyakit itu dihubung- kan dengan terjadinya gangguan pada kond':si ikescir.!bang::in c.:"

antara unsur-unSUr pcmbcntuk tubuh manucia.. BahH<l tubU:l :.. _ nusia terbentuk atae unsur-unsur air, tanah, api, dan angin serta diIengke-.pi dengan roh. Masing-masing unsur i tu memi- Iiki tabiat yar.g berbeda, sehingga sulit merukunkannya. larena i tu, bentult, watak, dan kondiGi rnasing-m3sing ora!";....,

berbeda antara yanE; satu dengan yang lain. Kesehatan mam.- sia sangat tergantung pada keseimbangan pengaruh di anta:::-.:...

keem}:El t unsu!' i tu. l?enyaki t timbul pacta seseorang karenn.

keseimbangan pengaruh i tu terganggu. Untuk mengembalika!1n"<l kepada keadaan keseimbangan semula, diperlukan bantuan da-

ri tabib, yaitu dengan memberikan obat yang tepat.

Ilmu ketabiban terbentuk sebagai hasil kombinasi di antara ilmu kimia, fisika, dan biologi, serta dihubungkan

5 angka kunjungan berobat maupun jenis penyakit.

Berlatarbelakangkan temuan- temuan penelitian sebelumnya yang dikemukakan di atas agaknya menarik untuk dipertanyakan ten tang sikap atau perilaku responsif masyarakat desa di da~

rah .Aceh saat menderita sua tu penyakit. Apakah mereka mela- wannya ataukah melarikan diri dari realitas yang dihadapi-

nya. Dengan menggunkan informasi yang terjaring melalul Bua- tu kajian lapangan pada satu unit pemukiman, dan diperluas dengan informasi sekunder, agaknya penelitian inl dapat meng ungkapkan respons masyarakat yang kurang berdaya dalam ekonomi maupun pengetahuan kognitif, di saat-saat mereka me- rasa dirinya sakit.

B. Kerangka Pemikiran

Semua kita tabu bahwa di dunia ini ada orang yang sakit dan ada pula orang yang bersedia menolong seaamanya yang sakit.

Tetapi tidak semua 0 rang tahu cara menanganinya, karena ke'- terbatasan pengetahuan ten tang faktor penyebabnya. Dalam konsepsi keacehan (Sakti, 2004 :2- 3), penyakit itu dihubung- kan dengan terjadinya gangguan pada kond':si ikescir.!bang::in c.:"

antara unsur-unSUr pcmbcntuk tubuh manucia.. BahH<l tubU:l :.. _ nusia terbentuk atae unsur-unsur air, tanah, api, dan angin serta diIengke-.pi dengan roh. Masing-masing unsur i tu memi- Iiki tabiat yar.g berbeda, sehingga sulit merukunkannya. larena i tu, bentult, watak, dan kondiGi rnasing-m3sing ora!";....,

berbeda antara yanE; satu dengan yang lain. Kesehatan mam.- sia sangat tergantung pada keseimbangan pengaruh di anta:::-.:...

keem}:El t unsu!' i tu. l?enyaki t timbul pacta seseorang karenn.

keseimbangan pengaruh i tu terganggu. Untuk mengembalika!1n"<l kepada keadaan keseimbangan semula, diperlukan bantuan da-

ri tabib, yaitu dengan memberikan obat yang tepat.

Ilmu ketabiban terbentuk sebagai hasil kombinasi di antara ilmu kimia, fisika, dan biologi, serta dihubungkan

(9)

6

dengan komponen bentuk badan manusia, fungs! badan, dan k~

gagalan fungsl bade" manusia (Loedin, 1985:18) .. Dalam per- jalanan waktu yemahaman manusia ten tang penyakit juga meng alami perkecbangan yang makin lama semakin menjurus kepad~

penyembuhan penyakit. Tidak hanya itu, ilmu ketabiban juga semakin mengkhu~uskan diri pada penyakit tertentu atau - or-

gan tUbuh tertentu. Dengan proses perkembangan demikian sering dilupakan bahwa manusia itu berada dalam suatu ling kungan rnasyarakat yang lengkap dengan sarana-prasarana

strukturalnya.

Menurut Laedin (1985:18-20) , vemahaman tentang penyakit berkembang melalui beberapa fase. Fase pertama, penyakit yang diderita seseorang dihubungkan dengan kepercayaan- kepercayaan tertentu tentang penyebabnya yang berada di l~

ar diri manusia. Pada fase ini berkernbang pernahaman bahwa penyakit merupakan pertanda dari gangguan syeitan, kutukan Tuhan, atau dosa yang tak berampun. Pendekatan penyembuhan yang di ta'tllarkan adalah upaya berdamai dengan sumber penye- babnya, seperti memberi sesajen, mempersembahkan korban,

bertaub~t dari dosa, bernazar, melJbaca mant-era atau doa, maupun menjalankan pantangan-pant:angan tertentu. I].'okoh yan;;

dipandang sangat berbakat dalam menyembuhkan penyaki t pada' fase pertama, di kalangan masyarakat Aceh umpamanya, adalch

pawanf;, rea ubat (dukun perempuan), a taupun teungku meura-ja ::. Biasanya dukun-dukun yang terkenal itu mempunyal tokoh pu-

jaannya yang berwujud makhluk halus. Dcngan membac<l mante"''2 mantera tertentu, dukun dipandang mampu menyembuhkan penya- kit sehingga sehat seperti sediakala.

Kedua, fase klinik. Pada fase inl berkembang:'·temuan- temuan tentang penyabab penyakit tertentu. Kegiatan pen ell- tla-nnya berkembang di laboratoria dan memungkinkan manusia melihat secara nyata penyebab dari penyakit. Semenjak itu lahirlah bakterlo1ogi dan sekaligus pula ilmu kedokteran

6

dengan komponen bentuk badan manusia, fungs! badan, dan k~

gagalan fungsl bade" manusia (Loedin, 1985:18) .. Dalam per- jalanan waktu yemahaman manusia ten tang penyakit juga meng alami perkecbangan yang makin lama semakin menjurus kepad~

penyembuhan penyakit. Tidak hanya itu, ilmu ketabiban juga semakin mengkhu~uskan diri pada penyakit tertentu atau - or-

gan tUbuh tertentu. Dengan proses perkembangan demikian sering dilupakan bahwa manusia itu berada dalam suatu ling kungan rnasyarakat yang lengkap dengan sarana-prasarana

strukturalnya.

Menurut Laedin (1985:18-20) , vemahaman tentang penyakit berkembang melalui beberapa fase. Fase pertama, penyakit yang diderita seseorang dihubungkan dengan kepercayaan- kepercayaan tertentu tentang penyebabnya yang berada di l~

ar diri manusia. Pada fase ini berkernbang pernahaman bahwa penyakit merupakan pertanda dari gangguan syeitan, kutukan Tuhan, atau dosa yang tak berampun. Pendekatan penyembuhan yang di ta'tllarkan adalah upaya berdamai dengan sumber penye- babnya, seperti memberi sesajen, mempersembahkan korban,

bertaub~t dari dosa, bernazar, melJbaca mant-era atau doa, maupun menjalankan pantangan-pant:angan tertentu. I].'okoh yan;;

dipandang sangat berbakat dalam menyembuhkan penyaki t pada' fase pertama, di kalangan masyarakat Aceh umpamanya, adalch

pawanf;, rea ubat (dukun perempuan), a taupun teungku meura-ja ::. Biasanya dukun-dukun yang terkenal itu mempunyal tokoh pu-

jaannya yang berwujud makhluk halus. Dcngan membac<l mante"''2 mantera tertentu, dukun dipandang mampu menyembuhkan penya- kit sehingga sehat seperti sediakala.

Kedua, fase klinik. Pada fase inl berkembang:'·temuan- temuan tentang penyabab penyakit tertentu. Kegiatan pen ell- tla-nnya berkembang di laboratoria dan memungkinkan manusia melihat secara nyata penyebab dari penyakit. Semenjak itu lahirlah bakterlo1ogi dan sekaligus pula ilmu kedokteran

6

dengan komponen bentuk badan manusia, fungs! badan, dan k~

gagalan fungsl bade" manusia (Loedin, 1985:18) .. Dalam per- jalanan waktu yemahaman manusia ten tang penyakit juga meng alami perkecbangan yang makin lama semakin menjurus kepad~

penyembuhan penyakit. Tidak hanya itu, ilmu ketabiban juga semakin mengkhu~uskan diri pada penyakit tertentu atau - or-

gan tUbuh tertentu. Dengan proses perkembangan demikian sering dilupakan bahwa manusia itu berada dalam suatu ling kungan rnasyarakat yang lengkap dengan sarana-prasarana

strukturalnya.

Menurut Laedin (1985:18-20) , vemahaman tentang penyakit berkembang melalui beberapa fase. Fase pertama, penyakit yang diderita seseorang dihubungkan dengan kepercayaan- kepercayaan tertentu tentang penyebabnya yang berada di l~

ar diri manusia. Pada fase ini berkernbang pernahaman bahwa penyakit merupakan pertanda dari gangguan syeitan, kutukan Tuhan, atau dosa yang tak berampun. Pendekatan penyembuhan yang di ta'tllarkan adalah upaya berdamai dengan sumber penye- babnya, seperti memberi sesajen, mempersembahkan korban,

bertaub~t dari dosa, bernazar, melJbaca mant-era atau doa, maupun menjalankan pantangan-pant:angan tertentu. I].'okoh yan;;

dipandang sangat berbakat dalam menyembuhkan penyaki t pada' fase pertama, di kalangan masyarakat Aceh umpamanya, adalch

pawanf;, rea ubat (dukun perempuan), a taupun teungku meura-ja ::. Biasanya dukun-dukun yang terkenal itu mempunyal tokoh pu-

jaannya yang berwujud makhluk halus. Dcngan membac<l mante"''2 mantera tertentu, dukun dipandang mampu menyembuhkan penya- kit sehingga sehat seperti sediakala.

Kedua, fase klinik. Pada fase inl berkembang:'·temuan- temuan tentang penyabab penyakit tertentu. Kegiatan pen ell- tla-nnya berkembang di laboratoria dan memungkinkan manusia melihat secara nyata penyebab dari penyakit. Semenjak itu lahirlah bakterlo1ogi dan sekaligus pula ilmu kedokteran

(10)

7 modern. Beberapa tablb, seperti Leeuwenhock, Spallanzani, Pasteur, Koch, Roux dan Behring, Metchnikoff, Bruce, WaIter Reed, dan Paul Ehrlich yang menjadi pelopor penemuan jenis-

jenis bakteri dan jasad renik yang menyebabkan berbagai ma- cam penyakit, oleh Paul de Kruif (1953) dinamakan Pemburu Kuman. Bahkan Leeuwenhoek digelarkannya sebagai pawang ml- krcp yang pertama.

Ketiga, fase orientasi pada penderita penyakit dan pe- nyembuhannya. Pada Iase berkembang kesadaran bahwa yang di- hadapi para ilmuwan kesehatan adalah manusia-manusia yang terganggu kesehatannya. Dalam fase ini ilmu kedokteran kli- pik dengan berbagai ragam spesialisasi pengobatan tumbuh dengan pesat. Bahkan dalam rnasa-masa terakhir inl maaih te- rus berlanjut hingga terbina berbagai cabang super spesia- 1isa51. Penderitaan manusia seakan-akan terpi1ah-pi1ah meng ikuti cara pembagian anatomi atau fi5io10gi. Penderitaan si 'sakit yang ingin merasa kemba1i kebahagiaannya nyaris ter1upakan, karena masing-masing super spe5ialis menentukan sendiri ukuran kcbcrh~silan pekerjaannya.

Keempat, fase community oriented medicineo Pada fasc inl para i1rouwan kesehatan menyadarl bahwa pasien mereka mendapat penyaklt di dalam masyarakat, yaltu lingkungan te~

pat la hidup, dan setelah sembuh ke1ak la akan kembali ke da1am masyarakat yang sama. Rea1itas In! terutama sangit penting bag! paslen penderita traumatis. Tetapi pada pihak lain mereka juga menyadari ten tang kecende1~ngan perkemban3 an bidang kedokteran sendiri yang 5emakin menju1~s ke arah fragmentasl dan 1s01a5i di antara super spesialis yang se- makin kctat dan orientasinya tetap pada penyakit. Sadar dengan kedua kondisi demikian, pacta fase keempat ini par~

i1muwan kesehatan tergerak untuk memperdalam pemahaman me- reka tentang manusia dan masyarakat. Mereka mernbina kerja sama yang terintegrasi dengan pnra ilmuwan sosial.

7 modern. Beberapa tablb, seperti Leeuwenhock, Spallanzani, Pasteur, Koch, Roux dan Behring, Metchnikoff, Bruce, WaIter Reed, dan Paul Ehrlich yang menjadi pelopor penemuan jenis-

jenis bakteri dan jasad renik yang menyebabkan berbagai ma- cam penyakit, oleh Paul de Kruif (1953) dinamakan Pemburu Kuman. Bahkan Leeuwenhoek digelarkannya sebagai pawang ml- krcp yang pertama.

Ketiga, fase orientasi pada penderita penyakit dan pe- nyembuhannya. Pada Iase berkembang kesadaran bahwa yang di- hadapi para ilmuwan kesehatan adalah manusia-manusia yang terganggu kesehatannya. Dalam fase ini ilmu kedokteran kli- pik dengan berbagai ragam spesialisasi pengobatan tumbuh dengan pesat. Bahkan dalam rnasa-masa terakhir inl maaih te- rus berlanjut hingga terbina berbagai cabang super spesia- 1isa51. Penderitaan manusia seakan-akan terpi1ah-pi1ah meng ikuti cara pembagian anatomi atau fi5io10gi. Penderitaan si 'sakit yang ingin merasa kemba1i kebahagiaannya nyaris ter1upakan, karena masing-masing super spe5ialis menentukan sendiri ukuran kcbcrh~silan pekerjaannya.

Keempat, fase community oriented medicineo Pada fasc inl para i1rouwan kesehatan menyadarl bahwa pasien mereka mendapat penyaklt di dalam masyarakat, yaltu lingkungan te~

pat la hidup, dan setelah sembuh ke1ak la akan kembali ke da1am masyarakat yang sama. Rea1itas In! terutama sangit penting bag! paslen penderita traumatis. Tetapi pada pihak lain mereka juga menyadari ten tang kecende1~ngan perkemban3 an bidang kedokteran sendiri yang 5emakin menju1~s ke arah fragmentasl dan 1s01a5i di antara super spesialis yang se- makin kctat dan orientasinya tetap pada penyakit. Sadar dengan kedua kondisi demikian, pacta fase keempat ini par~

i1muwan kesehatan tergerak untuk memperdalam pemahaman me- reka tentang manusia dan masyarakat. Mereka mernbina kerja sama yang terintegrasi dengan pnra ilmuwan sosial.

7 modern. Beberapa tablb, seperti Leeuwenhock, Spallanzani, Pasteur, Koch, Roux dan Behring, Metchnikoff, Bruce, WaIter Reed, dan Paul Ehrlich yang menjadi pelopor penemuan jenis-

jenis bakteri dan jasad renik yang menyebabkan berbagai ma- cam penyakit, oleh Paul de Kruif (1953) dinamakan Pemburu Kuman. Bahkan Leeuwenhoek digelarkannya sebagai pawang ml- krcp yang pertama.

Ketiga, fase orientasi pada penderita penyakit dan pe- nyembuhannya. Pada Iase berkembang kesadaran bahwa yang di- hadapi para ilmuwan kesehatan adalah manusia-manusia yang terganggu kesehatannya. Dalam fase ini ilmu kedokteran kli- pik dengan berbagai ragam spesialisasi pengobatan tumbuh dengan pesat. Bahkan dalam rnasa-masa terakhir inl maaih te- rus berlanjut hingga terbina berbagai cabang super spesia- 1isa51. Penderitaan manusia seakan-akan terpi1ah-pi1ah meng ikuti cara pembagian anatomi atau fi5io10gi. Penderitaan si 'sakit yang ingin merasa kemba1i kebahagiaannya nyaris ter1upakan, karena masing-masing super spe5ialis menentukan sendiri ukuran kcbcrh~silan pekerjaannya.

Keempat, fase community oriented medicineo Pada fasc inl para i1rouwan kesehatan menyadarl bahwa pasien mereka mendapat penyaklt di dalam masyarakat, yaltu lingkungan te~

pat la hidup, dan setelah sembuh ke1ak la akan kembali ke da1am masyarakat yang sama. Rea1itas In! terutama sangit penting bag! paslen penderita traumatis. Tetapi pada pihak lain mereka juga menyadari ten tang kecende1~ngan perkemban3 an bidang kedokteran sendiri yang 5emakin menju1~s ke arah fragmentasl dan 1s01a5i di antara super spesialis yang se- makin kctat dan orientasinya tetap pada penyakit. Sadar dengan kedua kondisi demikian, pacta fase keempat ini par~

i1muwan kesehatan tergerak untuk memperdalam pemahaman me- reka tentang manusia dan masyarakat. Mereka mernbina kerja sama yang terintegrasi dengan pnra ilmuwan sosial.

Referenties

GERELATEERDE DOCUMENTEN

perseli=ihan baik antar~ pcnduduk dengan pemerintah maupun se - c.a;na merek~. BerdDGOrk3n ini tani... pemerintahc.n zaman kemerdeka- a.n.. Hak milik penduduk tetap

Booklet ini disusun dengan cara memilih sejumlah data dan informasi statistik penting yang telah diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dalam Statistik Indonesia, Indikator

(1) Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan kepada Komisi Informasi Pusat dan/atau Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota

Dalam rangka melaksa~nakan DIKTUM KETIGA membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Ekonomi Kreatif yang beriugas melakukan koordinasi penyusunan dan pelaksanaan Rencana Aksi

f. pekerjaan yang memerlukan penyelesaian secara cepat dalam rangka pengembalian kekayaan negara yang penanganannya dilakukan secara khusus berdasarkan peraturan

Begitu juga pendidikan perpustakaan yang memberikan matakuliah yang lebih tradisional banyak dipersalahkan dan dianggap “gaptek’ (gagap teknologi). Perpustakaan di

bahwa program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan perlu ditingkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaannya, untuk itu Keputusan Menteri Keuangan

pemasaran dari pada Demonstration Farm maka pada tanggal 13 - Nopember 1974 telah diadakan rapat dengan mengundang dinas2 yang ada hubungannya dengan D