• No results found

kreta dan grobag naekan dan moewatan dalem karesidenan Japara. i 1 )

In document 1 KÄRE3IDENÄN JAPÄRÄ. \ (pagina 32-37)

KANGDJENG RESIDENT JAPARA,

Mengengeti soerat ordonnantie hari 13 Augustus 1877. Staatsblad No. 152. jang menjeboetken bahoewa Reglement hal melihara dan me-makej koeda dan kreta di tanah Djawa dan Madoera (Staatsblad 1853.

No. 100), salainnja jang di temtoeken dalem fatsal 12 tentang besarnja kertas zegel, jang tertoelis boewat idjinnja, moelai pada hari permoelaàn boelan Januari 1878 soedah tiada terpakej lagi;

Menimbang, dari sebab jang demikian itoe, maka perloelah sekali menemtoeken anggér hal melihara, memakej dan menjewaken koeda, kreta dan grobag naekan dan moewatan dalem karesidenan Japara ;

Mëngèngeti lagi fatsal 12 dari Reglement hal paprintahan (Regee-ringsreglement) dan soerat ordonnantie, hari 17 Februari 1858 (Staats-blad No. 17) ;

Membri taoe pada sekalian pedoedoek dalem ini karesidenan, jang ija soedah menemtoeken pengatoeran terseboet di bawah i n i :

REGLEMENT HAL MELIHARA, MEMAKEJ DAN MENJEWA-KEN KOEDA, KRETA DAN GROBAG NAEKAN DAN

MOEWATAN DALEM KARESIDENAN JAPARA.

I. Hal pemakejnja koeda, kreta dan grobag naekan dan moeatan, jang oemoem.

Fatsal 1.

Di larang ada di djalan besar mendjalanken lebih keras dari pada djodjog (draf) sedeng atau njongklang medar.

Fatsal 2.

Di larang ada di djalan besar dengen sengadja mengganggoe pada jang naek, baik membikin kaget koeda, baik membikin roesak kreta dan grobag naekan atau moewatan, atau dengen lain-lain perboewatan.

(!) Termoewat dalem soerat kabar Gouvernement (Javasche Courant), hari 24 December 1877. No. 103.

Di tambahi, terseboet dalem keur No. 27.

Fatsal 3.

Djikalau doewa kreta atau grobag berpapagan, masing-masing mest i

menjimpang ka kiri dan sampej tjoekoep boewat simpangan.

Fatsal 4

Jang hendak nglantjangi kreta atau grobag, mesti memboenjiken tjamboek atau kasih lain tanda, jang kadengaran terang. Laloe kreta jang moeka menjimpang ka kiri. jang dateng dari blakang ka kanan.

Fatsal

Orang naek koeda jang berpapagan atau jang nglantjangi mësti me-njimpang bagimana kreta atau grobag.

Fatsal 6.

Grobag jang di tarik kerbo atau sapi tiada bolih di kota karesidenan dan di kota-kota afdeeling berdjalan di tengahnja djalan. akan tetapi mesti sentijasa berdjalan di tepinja.

Fatsal 7.

(1) Djika melaloei satoe hek atau pintoe gapoero. mesti dengen pe-lan-pelan. Bagitoe djoega, djikalau melaloei djalan-djalan. jang terlaloe sempit, jang doewa kreta atawa grobag tiada bisa simpangan dengan gampang.

(2) Di dalem hal jang pertama itoe, djikalau berdjalan masoek dan kloewar mesti lebih dhoeloe kasih tanda jang terang di dengarken.

Bagitoe djoega, djikalau menggok di podjokan atau melaloei djalan simpangan jang baroe ada kretanja berdjalan.

Fatsal 8.

Apabila melaloei djembatan jang sedikitnja sepoeloeh elo pandjang-nja, mesti dengen pelan-pelan.

Fatsal 9.

(1) Selamanja kretanja berdjalan. koesir mesti tinggal di tempat doe-doekannja.

(2) Bendi tiada bolih di koesiri olih kënèk, jang berdiri di blakang.

(3) Kreta berkoeda doewa di renteng atawa doewa pasang, sedikitnja mesti ada kënèk saörang jang berdiri di blakang.

No. 12. 28 Fatsal 10.

(1) Koesir dan kënèk kreta dan grobag jang berdjalan di djalan raja di larang, tiada bolih tidoer.

(2) Marika-itoe sedikitnja mesti beroemoer 16 taoen.

Fatsal 11.

Kreta dan grobag naekan dan moewatan jang brenti di djalan raja, mesti brenti di tepi dan djangan sampej bikin sësëk djalannja kreta jang lain, dan selamanja brenti mesti ada satoe orang jang djaga.

Fatsal 12.

(1) Pada malem hari jang gelap masing-masing kreta dan grobag naekan atau moewatan jang berdjalan atau jang brenti di djalan raja, mesti pakej lentera 2 di moeka kanan kiri jang menjala terang dan berkatja 2 atawa 3, atawa ada kawan saörang jang megang satoe obor menjala.

(2) Kahar pakej pir tjoekoep pakej satoe lentera jang menjala terang.

Fatsal 13.

(1) Koeda jang kena penjakit noelar atau jang loeka, tiada bolih di naeki di djalan raja, bagitoe djoega tarik kreta atau grobag moewatan atau naekan.

(2) Koeda, jang sakit ingoes (kwade droes) terbawa ka djalan raja, di boenoeh di atas printahnja politie, sasoedahnja penjakitnja di priksa dengen betoel olih doewa orang commissie, jang di tetepken olih pamarentah afdeeling.

II. Hal menjewaken koeda dan kreta atau grobak naekan dan moewatan.

Fatsal 1 4

(1) Masing-masing orang jang tinggal beroemah di dalem ini karesi-denan, djikalau hendak menjewaken kreta dan grobag moewatan atau naekan, baik pakej koeda atau tiada, perloe mendapet soerat idjin dari kapala pamarentah afdeeling (hoofd van plaatselijk bestuur der afdeelingen), jang tertoelis di kertas zegel, terseboet dalem fatsal 12 dari Staatsblad 1853, No. 100. (1)

(2) Pada permintaan idjin mesti di seboetken :

(1) Ini Staatsblad soedah di tarik kombali dan sekarang di ganti Staatsblad 1885, No. 131 (Zegel-Ordonnantie), meliat fatsal 1. Itoe kertas zegel boewat soerat idjin, besarnja f 1.50.—

a. tempat, di mana orang hendak bediriken pasewaän;

b. banjaknja kreta, dokar, bendi dan kahar pir;

c. banjaknja koeda;

d. banjaknja kawan.

(3) Ini idjin hanja boewat orang dan wengkon jang terseboet dalem soerat idjin.

(4) Soerat idjin hanja terberiken, sasoedahnja meriksa hal adanja tempat dan mendengarkën dan meriksa orang-orang jang beroemah di wengkon-wengkon koelilingnja. rja-itoe apa pemberian idjin itoe tiada membikin halangan.

(5) Idjin itoe tiada di tolak, djikalau tiada ada sebabnja.

Pada masing-masing pasewaän mesti ada lenteranja satoe, jang pada malem hari jang gelap di pasangnja.

Fatsal 15.

Koeda dan kreta jang di sewaken mesti bersih dan sampej baik.

Fatsal 16.

(1) Kaädaänja pasewaän kreta mesti sentijasa bersih.

(2) Kotoran gedogan mesti di bakar atau di boewang, Pemboewangan aèr kentjing mesti di djaga jang baik.

Fatsal 17.

(1) Saboelan sekali atau lebih, djikalau ada kaperloeän, maka pama-rintah afdeeling (het plaatselijk bestuur) soeroeh meriksa dari adanja

masing-masing pasewaän.

(2) Pada wektoe papriksaän. jang soedah di temtoeken olih kapala pamarentah afdeeling (hoofd van plaatselijk bestuur), sabolih-bolih sa-moewa kreta, pakejan dan koeda mesti berkoempoel di pasewaän.

(3) Djikalau kedapetan. jang atoeran terseboet di atas tiada di toeroet, maka kapala pamarentahpoen (hoofd van plaatselijk bestuur) membri printah akan mendjalanken saperloenja.

(4) Djikalau orang jang pegang pasewaän kerep mendapet katledoran, maka soerat idjin, jang terseboet dalem fatsal 14, bolih di tarik kombali.

III. Hoekoeman.

Fatsal 18.

(1) Pelanggaran dari ini anggër di hoekoem dengen denda dari ƒ 1 . — sampej ƒ 100.— atau djikalau orang djawa dan sasamanja di

hoe-No. 12. 30

koem kerdja dengen di bri makan tetapi tiada di bajar, lama-lamanja satoe boelan.

(2) Angger terseboetdi atas di djalanken moelai pada h a r i l Januari 1878.

Dan soepaia saörangpoen djangan berkata tiada taoe dari boenjinja ini reglement, maka itoelah akan termoewat dalem soerat kabar Gouver-nement (officieel nieuwsblad) dan sahingga haroes di tempelken salinannja dalem bahasa negri dan tjina.

Termaktoeb di PATI, pada hari 13 December 1877.

Kangrijeng Resident terseboet.

J. W. MOOJEN.

Secretaris karesidenan.

W . Th. L. CHASTEAU.

Pengatoeran hal pakerdjaan kampoeng jang di kerdjaken

In document 1 KÄRE3IDENÄN JAPÄRÄ. \ (pagina 32-37)